Lirik melirik, lirik! Lirik melirik! Lirik melirik! Siapa yang mau sukses ikut kami! plok, Plok, plok.. Begitulah cuplikan yel-yel dari kelompok Sukses, yang terdiri dari 9 orang tunanetra. Mereka, dan delapan tunanetra lainnya yang tergabung di kelompok Berhasil, jadi semua ada 17 orang, adalah peserta pelatihan bimbingan karir dan kepemimpinan yang diselenggarakan Persatuan Tunanetra Indonesia Pertuni di Pucak, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan akhir bulan Juni yang lalu.
Setelah berhasil dengan 17 tunanetra di Payakumbuh Sumatera Barat, kali ini giliran Sulawesi Selatan. Di sini, juga ada 17 tunanetra berpartisipasi. Mereka adalah siswa dan mahasiswa, yang dilatih agar memiliki kemampuan menemukan jati diri mereka, memiliki konsep pribadi yang baik, dan memiliki ketrampilan-ketrampilan dasar yang dibutuhkan untuk menjadi pemimpin. Seperti sebelumnya, kali ini Pertuni juga bekerja sama dengan Agung Motivation Center (AMC), sebuah penyedia pelatihan (training provider) yang dipimpin Agung Rejeki Yuliastuti “seorang tunanetra berprofesi sebagai psikolog“ dari Semarang.
Sesi pelatihan dimulai dengan pohon impian. Apakah tunanetra berani bermimpi? Atau, Apakah tunanetra juga punya impian? Harus punya. Jika belum punya, tunanetra juga harus belajar memiliki impian. Impian adalah arah, ke mana perjalanan kita akan menuju. Dengan memiliki impian, hidup kita tak akan mengalir begitu saja; ada arah dan tujuan yang ingin kita capai. Impian adalah energi. Dengan memiliki impian, kita akan selalu punya kekuatan untuk terus bergerak maju.
Agar tunanetra berani bermimpi, dan melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapainya, tunanetra perlu membersihkan mentalnya dari tembok-tembok yang selama ini menghambat pertumbuhan dan perkembangan pribadinya. Dan, karena tantangan akan selalu menghadang di setiap langkah dalam perjalanan hidup ini, tunanetra juga harus memiliki kemampuan untuk menyemangati diri sendiri. Itu sebabnya, setelah mengajarkan kepada mereka agar berani bermimpi, ada sesi khusus membantu tunanetra menghancurkan hambatan mental dan menanamkan jangkar emosi di pikiran. Untuk sesi ini, motivator tunanetra Irwan Dwi Kustanto kembali membagikan ilmunya kepada ketujuhbelas peserta pelatihan kali ini.
Pelatihan juga memberikan sesi outdoor training, dalam bentuk permainan-permainan edukatif; bagaimana bekerja sama dalam tim, bagaimana membangun strategi mengatasi tantangan, bagaimana saling mendukung dan menghargai, dan sebagainya. Puncak dari seluruh aktivitas di luar ruangan itu adalah sesi menembus keterbatasan dalam bentuk berjalan melewati kobaran api atau fire walk. Sebelum melakukan sesi ini, Irwan sang motivator kembali mengobarkan semangat para peserta training bahwa mereka bisa. Dan, itu memang terbukti. Tak satu pun peserta melewatkan sesi fire walk.
Pelatiahn bimbingan karir dan kepemimpinan ini merupakan bagian dari serangkaian gerakan kampanye yang dilakukan Pertuni untuk mendorong lebih banyak tunanetra menempuh dan menyelesaikan pendidikan tinggi dan menjadi pemimpin-pemimpin yang akan meneruskan perjuangan meningkatkan kualitas kehidupan tunanetra di Indonesia.
Kegiatan ini disponsori oleh The Nippon Foundation dan disupervisi oleh International Council of Education for People with Visual Impairment (ICEVI). Tahun 2011 Ini adalah tahun kelima dari gerakan yang bertajuk Higher Education for Students with Visual Impairment.
Gerakan kampanye Higher education telah membuat pemanfaatan teknologi komputer di kalangan tunanetra lebih meningkat; karena gerakan ini telah mencontohkan, bagaimana teknologi telah membantu tunanetra mengatasi tantangan terberat dalam belajar, yaitu mengakses referensi/literatur yang selama ini menjadi salah satu penghambat keberhasilan belajar mereka di perguruan tinggi.
Sebelumnya, tunanetra lebih banyak tergantung pada volunteer yang mau meluangkan waktu membacakan buku untuk mereka. Namun, dengan promosi bahwa teknologi pemindaian (scanning) ditambah penggunaan software optic character recognation (OCR) yang accessible bagi tunanetra, hambatan ke referensi dapat diatasi.
Di daerah tertentu, terutama di luar Jawa, tahap yang masih harus ditempuh adalah meyakinkan para tunanetra bahwa akan sangat baik jika mereka menempuh pendidikan hingga pendidikan tinggi, dan meyakinkan bahwa mereka dapat melakukannya.
Itu sebabnya, Pertuni mengadakan pelatihan persiapan memasuki perguruan tinggi yang dikemas dalam bentuk pelatihan bimbingan karir dan kepemimpinan.
Telah ada dua propinsi yang dijangkau melalui gerakan kampanye ini, Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan. Selanjutnya adalah Sumatera Utara.
Dari pelatihan di Pucak Kabupaten Maros akhir Juni lalu, Pertuni kembali melahirkan 17 laskar Pertuni. Mereka siap menjemput tantangan, menjadi agen-agen perubahan dan memajukan daerah mereka masing-masing. *Aria Indrawati.