Berita duka cita mewarnai gerakan disabilitas Indonesia di hari-hari terakhir tahun 2013. Yusdiana, yang biasa dipanggil “Diana”, seorang perempuan pengguna kursi roda asal Sumbawa Nusa Tenggara Barat, meninggalkan kita semua pada hari Sabtu 28 Desember pukul 5 sore.
Selama dua tahun terakhir ini, Diana aktif dalam proyek yang mempromosikan pemilu aksessibel bagi penyandang disabilitas di Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya. Dan enam bulan terakhir, Diana menjadi bagian dari “kelompok kerja” bersama beberapa penyandang disabilitas lain memproses pengusulan Undang-Undang disabilitas baru ke DPR.
“Sebagian besar pejuang gugur di atas tempat tidur”, kalimat itu saya cuplik dari buku “Syekh Siti Jenar, Makrifat Dan Makna Kehidupan” karya Achmad Chodjim.
Yusdiana adalah pejuang yang mengupayakan peningkatan kualitas hidup penyandang disabilitas di Indonesia. Perempuan cerdas ini gugur dalam perjuangannya melawan sakit yang dialami selama beberapa bulan terakhir ini. Kepergiannya begitu mengejutkan. Betapa tidak. Dua hari sebelum berpulang, Diana masih aktif dalam rapat kelompok kerja RUU Disabilitas di kantor Persatuan penyandang Disabilitas Indonesia PPDI. Rapat yang dipimpin Ketua kelompok kerja Ariani Sukanwo telah menghasilkan rencana aksi memproses RUU disabilitas di tahun 2014, setelah sidang pleno DPR tanggal 17 Desember lalu memutuskan untuk memasukkan pembahasan RUU disabilitas dalam program legislatif nasional (prolegnas) 2014.
Begitu cepat kau pergi,
Kau pergi di saat negeri ini sedang membutuhkanmu.
Namun, Allah jualah yang paling tahu,
Kapan kau datang, dan kapan saat kau harus pergi.
Kau gugur di tengah perjuanganmu,
Dan doa kami semua mengiringi kepergianmu.
Selamat jalan Diana,
Selamat jalan pejuang.
Meski fisikmu tak ada lagi,
Namun semangat juangmu tetap abadi,
Di hati kami,
Menyertai perjuangan yang terus berlanjut.
Selamat jalan Diana,
Selamat jalan pejuang,
Selamat berjumpa kekasih tercinta.
*Aria Indrawati