Depok 31 Mei. Gerakan Seribu Buku Untuk Tunanetra kembali menyelenggarakan kegiatan Pengetikan Ulang Buku Untuk Tunanetra (PUBT), mengumpulkan relawan dalam satu hari, mengetik ulang buku-buku populer yang selanjutnya diproses menjadi buku Braille. PUBT yang ketiga kalinya ini diselenggarakan di Gedung Balairung Universitas Indonesia, diikuti oleh 800 relawan, dan mentargetkan mengetik kurang lebih 40 judul buku dalam satu hari. Kegiatan penghimpunan relawan ini diselenggarakan sebagai bagian dari rangkaian kegiatan memperingati 23 tahun eksistensi Yayasan Mitra Netra di Indonesia.
Gerakan Seribu Buku Untuk Tunanetra lahir pada 30 Januari 2006, bertujuan untuk mempercepat ketersediaan buku bagi tunanetra di Indonesia. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan melalui gerakan ini adalah:
1. Menghimpun relawan untuk:
* Mengetik ulang buku-buku populer yang selanjutnya oleh Mitra Netra diproses menjadi buku Braille;
* Menjadi pembaca buku audio digital.
2. Menghimpun dana di masyarakat, baik melalui donatur lembaga maupun perseorangan, guna pembiayaan produksi dan distribusi buku-buku untuk tunanetra, baik dalam bentuk buku Braille maupun buku audio digital.
Gerakan Seribu Buku Untuk Tunanetra lahir dilatarbelakangi oleh keprihatinan Mitra Netra akan terbatasnya ketersediaan buku bagi tunanetra di Indonesia. Sebagai lembaga nirlaba yang memusatkan programnya pada peningkatan kualitas dan partisipasi tunanetra di bidang pendidikan dan pekerjaan, Mitra Netra sangat menyadari dan memahami betapa besarnya potensi relawan sebagai salah satu sumber daya yang dapat digalang.Olehkarenanya, salah satu kegiatan yang dicanangkan melalui Gerakan Seribu Buku Untuk Tunanetra adalah penggalangan relawan, membantu proses produksi buku bagi tunanetra, baik buku Braille maupun buku audio digital.
Dalam proses produksi buku Braille, peran relawan adalah mengetik ulang buku-buku populer ke dokumen MS Word. Soft copy buku dalam format MS Word hasil ketikan para relawan ini selanjutnya oleh Mitra Netra diproses menjadi file berformat Braille dengan menggunakan software Mitra Netra Braille Converter (MBC); yaitu software ciptaan Mitra Netra sendiri, yang digunakan untuk memproduksi buku Braille. Mitra Netra telah mengembangkan software tersebut sejak tahun 1997, dan hingga kini terus diperbaharui – telah mencapai versi 5.0, menyesuaikan dengan perkembangan sistem operasi berbasis Windows.
Semua file buku yang telah berformat huruf Braille tersebut selanjutnya dikompilasi dalam sebuah perpustakaan Braille on line yang Mitra Netra kelola www.kebi.or.id; KEBI singkatan dari Komunitas E-Braille Indonesia. Saat ini KEBI telah memiliki lebih dari 1500 judul buku. Jika jumlah itu dibandingkan dengan jumlah buku yang ada di toko buku atau perpustakaan umum, tentu masih jauh dari memadai.
Bantuan relawan mengetik ulang buku populer ini telah memangkas kurang lebih 85 % dari seluruh pekerjaan produksi buku Braille.
Di samping menjadi relawan pengetik buku untuk diproses menjadi buku Braille, Mitra Netra juga mengundang masyarakat menjadi relawan pembaca buku audio digital. Untuk pekerjaan ini, tugas relawan adalah membaca buku dan sekaligus merekamnya di studio rekaman buku audio yang berada di kantor Mitra Netra. Hasil kerja para relawan ini selanjutnya diproses oleh karyawan Yayasan, yang disebut proses structure editting, yaitu menstrukturkan file audio berformat digital hasil kerja relawan sesuai struktur dalam buku aslinya, baik bab, sub bab maupun halaman.
Jika untuk menjadi relawan pengetik buku Braille seseorang cukup memiliki kemampuan mengetik saja – hal ini dimiliki oleh semua orang yang telah memiliki kemampuan bekerja dengan komputer, menjadi relawan pembaca buku audio digital membutuhkan keahlian yang lebih spesifik. Ia harus memiliki kemampuan membaca dengan intonasi dan artikulasi yang baik. Untuk menjadi relawan pembaca buku audio, seseorang harus menyampaikancontoh suara ke tim produksi buku Mitra Netra. Jika contoh suara tersebut dinilai baik, memenuhi standar pembaca buku audio untuk tunanetra yang ada di Mitra Netra, relawan tersebut dapat langsung mengatur jadwal kehadiran di Mitra Netra.
Dalam mengimpun relawan, khususnya relawan pengetik buku untuk diproses menjadi buku Braille, Mitra Netra melakukannya dengan dua cara. Pertama, penghimpunan relawan dilakukan secara rutin setiap hari sepanjang tahun. Dengan cara ini, relawan cukup mendaftar via email, mengusulkan judul buku yang akan diketik ulang, setelah mendapatkan persetujuan dari Mitra Netra, relawan dapat langsung mengerjakannya. Skema ini dapat dilakukan secara individu, maupun secara kelompok, misalnya karyawan perusahaan, maupun oleh kelompok relawan yang ada di masyarakat. Data Buku-buku yang sedang dikerjakan relawan dan yang sudah diproses menjadi buku Braille semuanya tersimpan di database di bagian produksi buku Mitra Netra. Dengan demikian “double typing” oleh relawan dapat dihindari.
Cara kedua adalah dengan mengadakan event khusus satu hari di satu tempat, menghimpun sejumlah relawan, dan para relawan tersebut bersama-sama mengetik buku yang telah disiapkan. Dengan cara semacam ini, dalam satu hari dapat menghasilkan jumlah buku yang cukup signifikan menambah koleksi perpustakaan Braille on line Yayasan Mitra Netra www.kebi.or.id.
Sejak Gerakan Seribu Buku Untuk Tunanetra diluncurkan tahun 2006, Mitra Netra telah menyelenggarakan empat event. Event Pertama diselenggarakan di tahun 2008, bekerja sama dengan Mall Citraland Semarang, berhasil mengumpulkan 300 relawan dan menghasilkan 100 buku. Sejak tahun 2012, kerja sama penyelenggaraan event menghimpun relawan dalam satu hari ini dilaksanakan melalui kerja sama dengan Fency – Fellowship Of Netra Community, sebuah komunitas relawan yang mendedikasikan diri untuk membantu tunanetra melalui Yayasan Mitra Netra.
Bersama Fency, Mitra Netra telah mengadakan tiga event penghimpunan relawan dan menamai kegiatan tersebut PUBT – Pengetikan Ulang Buku Untuk Tunanetra. PUBT pertama diadakan pada Januari 2013, bekerja sama dengan Mall Citraland Jakarta, berhasil menghimpun 600 relawan dan menghasilkan kurang lebih 100 buku. PUBT kedua diadakan pada April 2014, bekerja sama dengan Bina Sarana Informatika (BSI), menghimpun 700 relawan; jumlah buku yang dihasilkan sedang dalam proses kompilasi. Sedang PUBT ketiga diadakan pada 31 Mei kali ini.
Untuk mengikuti kegiatan PUBT, relawan diharapkan membawa sendiri laptop/netbook yang akan digunakan bekerja di lokasi acara. Antusiasme masyarakat mengikuti kegiatan PUBT ini sangat luar biasa. Sejak pertama kali diumumkan melalui sosial media pada bulan April lalu, tercatat ada 1600 orang mendaftarkan diri. Ini bukti betapa masyarakat Indonesia memiliki semangat kerelawanan yang sangat tinggi, dan ini adalah energi yang luar biasa untuk menciptakan pelbagai perubahan di masyarakat. Relawan Seribu Buku Untuk Tunanetra berasal dari pelbagai kalangan. Ada siswa dan mahasiswa, karyawan perusahaan, dosen/guru, ibu rumah tangga, bahkan direktur perusahaan.
“Atas nama tunanetra Indonesia, kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kontribusi para relawan selama ini,” ungkap Bambang Basuki, Direktur Eksekutif Mitra Netra. Seribu Buku Untuk Tunanetra mentargetkan suatu hari nanti akan ada peraturan perundangan yang diterbitkan pemerintah Indonesia, yang memberikan kemudahan bagi tunanetra di Indonesia dalam mendapatkan akses ke buku. Buku adalah salah satu pilar penting penyangga pendidikan. Tak ada pendidikan tanpa buku. Jika akses tunanetra ke buku masih terbatas, bisa kita bayangkan bagaimana kualitas pendidikan tunanetra di negeri ini.
Gerakan Seribu Buku Untuk Tunanetra yang Mitra Netra laksanakan bersama para relawan merupakanupaya mengatasi kondisi darurat yang ada saat ini. Selanjutnya, Mitra Netra mengharapkan akan ada sistem khusus yang dibangun di Indonesia, guna mempermudah tunanetra mengakses buku.
“Dengan jari relawan berbagi cinta, dengan jari tunanetra melihat dunia”.