Pandemi COVID 19 telah membuat kehidupan kita berbeda, termasuk kehidupan dunia pendidikan. Dan, karena Yayasan Mitra Netra merupakan bagian dari dunia pendidikan, terutama pendidikan untuk tunanetra, Mitra Netra pun harus menyesuaikan diri.
Paska berakhirnya pembatasan sosial berskala besar (PSBB), masyarakat telah diperkenankan kembali melakukan kegiatan di luar rumah, dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Hal ini penting, karena pandemi COVID 19 belum berakhir. Virus itu masih tetap ada, menular dari satu manusia ke manusia lainnya. Namun, khusus untuk dunia pendidikan, demi menjaga anak-anak dari penularan COVID 19, anak-anak masih tetap belajar di rumah; Begitu pula dengan mahasiswa, pihak universitas masih tetap menerapkan pembelajaran jarak jauh. Kondisi ini akan berlangsung hingga Desember 2020, dan setelah itu akan dievaluasi kembali.
Mengikuti instruksi Gubernur DKI Jakarta, sejak 15 Juni 2020, kantor Mitra Netra pun telah dibuka kembali. Namun, hanya karyawan penuh waktu yang diijinkan masuk kantor; sedangkan karyawan paruh waktu belum beraktivitas di Mitra Netra. Lalu bagaimana dengan para klien yang dilayani? Tunanetra yang menjadi kelompok sasaran layanan Mitra Netra pun masih tidak diperbolehkan datang ke kantor Mitra Netra; Jadi, sebagaimana sekolah dan kampus, Mitra Netra pun masih menerapkan layanan jarak jauh, sama seperti saat PSBB diberlakukan di Jakarta.
Ada hikmah di balik harus menerapkannya layanan jarak jauh ini; Mitra Netra jadi memiliki kesempatan untuk memperluas jangkauan layanan, yang biasanya layanan langsung hanya menjangkau tunanetra yang ada di Jakarta dan sekitarnya; Kalaulah ada tunanetra dari wilayah tersebut ingin belajar di Mitra Netra, mereka harus pindah tinggal di Jakarta untuk sementara waktu; Dengan layanan jarak jauh, Mitra Netra dapat menjangkau tunanetra dari mana pun mereka berada, asal mereka memiliki alat untuk belajar sendiri dan akses internet.
Hal ini terutama terjadi dengan “kursus komputer bicara”. Peserta kursus tersebut saat ini tidak hanya berasal dari Jakarta dan sekitarnya, namun, ada tunanetra asal pulau Nias misalnya, yang saat ini sedang bersiap-siap untuk mengikuti pembelajaran komputer.
Untuk layanan perpustakaan online www.pustaka.mitranetra.or.id, tentu tidak masalah, karena sejak awal layanan ini dilahirkan pada 3 Desember 2016, prosesnya sudah “dalam jaringan”. Sementara, untuk perpustakaan luar jaringan, anggota perpustakaan dapat meminjam buku dari rumah, dengan menghubungi pustakawan Mitra Netra baik melalui telepon atau email, kemudian yang bersangkutan memilih buku yang akan dipinjam, dan perpustakaan luar jaringan Mitra Netra akan mengirimkan buku yang dipinjam langsung ke rumah tunanetra tersebut. Untuk hal ini, biaya pengiriman dan pengembalian buku menjadi tanggungan peminjam.
Layanan tutorial matematika, kursus membaca dan menulis Braille, belajar membaca Qur’an, layanan konseling, terus dilanjutkan secara online. Tunanetra tetap antusias belajar; Para staf Mitra Netra pun tidak kalah antusiasnya.
Yang sedang akan diujicoba dalam waktu dekat adalah “layanan terapi fisik”; Layanan ini akan dilakukan dengan menggunakan video. Tim Terapis membuat video terapi untuk masing-masing anak yang selama ini dilayani dengan menggunakan “boneka”, selanjutnya video dikirimkan kepada orang tua anak tunanetra yang menjalani terapi di Mitra Netra dan meminta orang tua melakukannya sendiri pada anak mereka. Ihtiar ini penting dilakukan, agar anak tunanetra yang juga mengalami disabilitas tambahan lain yang selama ini telah menjalani terapi fisik di Mitra Netra tidak mengalami kemunduran akibat dihentikannya layanan terapi yang mengharuskan interaksi langsung.
Untuk tunanetra kategori anak-anak, adanya layanan dalam jaringan ini tentu mengharuskan adanya peran orang tua yang lebih besar; Apalagi layanan terapi. Untuk kursus komputer dengan peserta anak-anak, orang tua juga perlu memahami bagaimana anak-anak tunanetra mereka menggunakan screen reader. Pada awalnya pasti tidak mudah, karena selama ini para orang tua mempercayakannya kepada staf Mitra Netra. Namun, dengan kondisi pandemi COVID 19, kita semua memang harus mau berubah dan menyesuaikan diri, demi anak-anak tunanetra kita.
*Aria Indrawati.