Kesamaan hak dan kesempatan di dunia karier menjadi isu yang terus diperjuangkan, terutama bagi kelompok tunanetra yang sering kali menghadapi diskriminasi atau kurangnya akses ke peluang kerja. Namun, PT. Imamatek, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan perangkat lunak, telah menunjukkan komitmen nyata untuk meruntuhkan stigma tersebut. Di bawah kepemimpinan Managing Director Mas Agung Sachli (Agung), perusahaan ini berupaya menciptakan ruang kerja inklusif yang benar-benar membuka peluang karier yang sama bagi tunanetra. Apa saja yang telah dilakukan Mas Agung Sachli dan PT. Imamatek dalam memberikan kesempatan yang sama di dunia kerja bagi tunanetra? Yuk simak uraiannya berikut!
Baca juga: Inikah Alasan Mengapa Perusahaan Belum Berkeinginan Merekrut Karyawan Tunanetra?
Merekrut Programmer Tunanetra sebagai Langkah Awal
Mas Agung Sachli percaya bahwa dunia kerja harus berbasis pada kompetensi, bukan pada kondisi fisik seseorang. Prinsip ini diterapkannya dengan merekrut programmer tunanetra ke dalam tim PT. Imamatek. Bagi Agung, fokus utama dalam perekrutan adalah pada keahlian yang dimiliki kandidat, tanpa memandang kondisi disabilitas para pelamar kerja. Hal ini menjadi langkah penting dalam membangun budaya kerja yang menghargai kemampuan individu secara objektif.
“Sepanjang kondisi tunanetra itu tidak menghalangi jenis pekerjaan tersebut, kenapa tidak? Kami bersedia untuk mencobanya,” ujar Agung.
Pada awal proses perekrutan tunanetra sebagai programmer, Agung mengakui bahwa perusahaan belum mempersiapkan infrastruktur khusus yang mungkin dibutuhkan. Ia menggunakan kesempatan tersebut untuk belajar dan memahami kebutuhan karyawan tunanetra. Ketika ada tunanetra yang melamar posisi programmer, hal itu memunculkan rasa penasaran sekaligus semangat untuk memberikan peluang yang sama. Dengan komitmen yang kuat, proses wawancara kerja, tes logika, dan tes praktik lanjutan tetap dilaksanakan untuk memastikan pelamar tunanetra tersebut memenuhi syarat sebagai programmer di Imamatek. “Kami tidak memberikan tes-tes yang bersifat visual ataupun hal-hal yang tidak relevan dengan pekerjaan sebagai seorang programmer. Jadi, hanya tes kemampuan logikanya saja. Kemudian lanjut ke masa percobaan dan kami berikan training,” jelasnya.
Baca juga: Patut Dicoba! Bangun Personal Branding untuk Raih Peluang Karier bagi Tunanetra
Penyesuaian dan Akomodasi yang Layak bagi Programmer Tunanetra
Agung mengakui bahwa di masa-masa awal training, programmer tunanetra memerlukan penyesuaian dalam memahami materi yang diberikan. Namun, hal tersebut bukan karena kurangnya kemampuan, melainkan karena materi training yang awalnya bersifat visual. Oleh karena itu, PT. Imamatek segera melakukan penyesuaian, seperti memperjelas materi dengan deskripsi tertulis dan memberikan pendampingan khusus.
“Setelah mendapati bahwa programmer tunanetra sedikit tertinggal ketika mengikuti training, kami berusaha menyesuaikan materi training kami agar lebih deskriptif. Dengan pendampingan yang ada, yang bersangkutan kini dapat mengikuti ritme kerja perusahaan,” ungkap Agung.
Selain itu, perusahaan juga menyediakan berbagai akomodasi yang layak, seperti melengkapi dokumen kerja dengan deskripsi tertulis, memberikan pelatihan teknis tambahan, dan bimbingan personal. Langkah-langkah ini menunjukkan bahwa PT. Imamatek tidak hanya berfokus pada memberikan peluang yang sama, tetapi juga memastikan karyawan dapat bekerja secara efektif dan produktif.
Baca juga: Mengenal Portofolio dan Manfaatnya bagi Tunanetra Pencari Kerja
Membangun Ekosistem Kerja yang Inklusif
Tidak hanya berhenti pada perekrutan dan akomodasi, PT. Imamatek memiliki visi untuk menciptakan ekosistem kerja yang benar-benar inklusif. “Sudah sejak lama kami menerapkan kesempatan yang sama bagi semua karyawan di Imamatek. Pada awalnya kami mulai dari tidak membedakan SARA (suku, agama, dan ras), usia, pendidikan, senioritas, dan gelar. Tetapi kemudian kami menantang diri untuk mulai mempekerjakan penyandang tunanetra,” ujar Agung.
Ia percaya bahwa inklusivitas adalah kunci untuk membangun budaya kerja yang saling mendukung dan menghargai. Dalam lingkungan kerja ini, semua karyawan, tanpa memandang kondisi fisik, dapat merasa diterima dan berdaya. Programmer tunanetra yang bekerja di Imamatek pun mengaku bahwa rekan-rekan kerja nontunanetra selalu sigap membantu dan berdiskusi ketika mereka menghadapi tantangan dalam pekerjaan.
Baca juga: 4 Fakta Tentang Disability Inclusion Officer, Peluang Karier baru untuk Tunanetra
Mendorong Perubahan di Dunia Kerja
Upaya PT. Imamatek dalam membuka peluang karier yang sama bagi tunanetra menunjukkan bahwa kesamaan hak di dunia kerja bukanlah hal yang mustahil. Agung berharap langkah-langkah yang telah diambil PT. Imamatek dapat menjadi inspirasi bagi perusahaan lain untuk mengikuti jejak yang sama.
“Jika Anda adalah seseorang yang berada di posisi yang memiliki wewenang untuk mengambil keputusan, mari buat keputusan untuk memberikan kesempatan yang sama kepada para tunanetra agar mereka mampu membuktikan kemampuan mereka di dunia kerja. Apabila Anda ragu, kami di Imamatek bisa menunjukkan pada Anda apa yang bisa dilakukan oleh programmer tunanetra dan bagaimana caranya,” pungkas Agung.
Langkah PT. Imamatek dalam merekrut dan memberdayakan programmer tunanetra adalah bukti nyata bahwa keberagaman dan inklusivitas dapat diwujudkan di dunia kerja. Dengan memberikan kesempatan kerja yang sama, perusahaan turut membangun masyarakat yang lebih adil dan inklusif. Melalui komitmen dan visi Mas Agung Sachli, PT. Imamatek telah membuktikan bahwa keberhasilan perusahaan tidak hanya diukur dari keuntungan semata, tetapi juga dari dampak positif yang mereka ciptakan bagi komunitas.
*Juwita Maulida