Bagi sebagian orang tentu menghadapi masa transisi antara lulus kuliah dan memasuki dunia kerja merupakan waktu-waktu yang cukup menegangkan. Bagaimana tidak? pastilah muncul sedikit kekhawatiran ketika kita menyongsong dunia yang penuh dengan persaingan itu. Pertanyaan yang mungkin muncul adalah siapkah kita menghadapi dunia kerja tersebut? Atau apa saja yang harus kita persiapkan untuk memasuki dunia kerja? Pertanyaan semacam itu tidak hanya dipertanyakan oleh orang-orang non-disabilitas melainkan juga muncul pada teman-teman tunanetra. Dunia karier yang penuh dengan persaingan mengharuskan semua individu tidak terkecuali tunanetra wajib mempersiapkan diri lebih baik, sehingga mampu berkompetisi dengan individu lainnya.

Demi menjawab tantangan itulah, Pada tanggal 10–15 Agustus 2015 yang lalu Yayasan Mitra Netra bekerjasama dengan Pertuni (Persatuan Tunanetra Indonesia) menyelenggarakan kegiatan pelatihan pra-kerja untuk mahasiswa tunanetra. Selain bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa tunanetra menghadapi masa transisi antara dunia kuliah dan dunia kerja, pihak penyelenggara merasa bahwa tunanetra harus mempunyai bekal pengetahuan dan pengalaman yang lebih agar benar-benar siap berkompetisi dalam dunia kerja yang sebenarnya dalam masyarakat nantinya. Kegiatan Pre employment training ini diikuti oleh 18 orang mahasiswa tunanetra dan mengundang 3 orang pemateri yang merupakan dosen dari fakultas Psikologi Universitas Yarsi yaitu Alabanyo Brebahama, M.Psi, riselligia Caninsti, M.Psi dan Fitri arlinkaSari, M.Psi. Kerjasama dengan pemateri dari Universitas Yarsi ini merupakan bentuk pengabdian masyarakat yang dilaksanakan setiap dosen/pengajar di lembaga pendidikan tinggi.

Menurut Alabanyo Brebahama, tujuan dan manfaat dari pelaksanaan pelatihan bukan hanya untuk mahasiswa tunanetra semata, namun juga sebagai pembelajaran bagi fasilitator dan pemateri. Fasilitator yang berjumlah 5 orang merupakan mahasiswa jurusan Psikologi Universitas Yarsi yang sedang melaksanakan tugas magang di Yayasan Mitra Netra. Disisi lain, bagi pemateri, pre employment training ini menjadi pengalaman baru. Dalam pengalaman pengabdian masyarakat yang selama ini mereka lakukan dalam bentuk pelatihan, semua pesertanya adalah non-disabilitas. Merupakan tantangan tersendiri bagi para Pemateri ketika harus menangani peserta tunanetra dan bagaimana dapat menyampaikan materi yang aksesibel bagi tunanetra.

Selama 6hari pelatihan berlangsung, sangat banyak pengetahuan dan pengalaman berharga yang didapatkan para peserta. Pada hari pertama dan kedua, pembekalan diberikan dalam bentuk materi diselingi games-games yang merepresentasikan teori yang disampaikan. Alabanyo Brebahama, M.Psi yang menjadi pemateri dalam keseluruhan kegiatan ini. Dua hari pertama, materi lebih menekankan pada konsep diri yaitu para peserta harus mampu mengenali potensi diri dan mengetahui kekurangan diri. Potensi akan menjadi nilai lebih yang dapat ditingkatkan, sedangkan kekurangan dalam diri dapat diperbaiki. Setelah peserta diajak untuk mengenali kelebihan dan kekurangan diri, , peserta diarahkan untuk membentuk goal setting, vision board dan time management. Materi ini membentuk peserta untuk selalu focus dan disiplin dalam mencapai tujuan yang menjadi cita-cita dimasa depan. Adapun tujuan dari pemberian materi tersebut adalah menekankan agar setiap peserta wajib mempunyai nilai positif dalam dirinya. Selain itu, materi juga mengajarkan bahwa seseorang yang focus, tekun dan disiplin merupakan syarat utama jika seseorang ingin sukses dalam meraih tujuan hidup.

Di hari ketiga, pembekalan materi diformulasikan dengan praktik. sejak awal kegiatan sampai tengah hari, peserta diuji tingkat asertifitasnya. Asertifitas adalah kemampuan seseorang mengutarakan pikiran maupun keinginan pada orang lain, secara baik. Tidak agresif (memaksa/kasar), namun tidak pula submisif (pasif/berdiam diri). lewat tengah hari salah satu pemateri yaitu Riselligia Caninsti, M.Psi, memberikan pembekalan teori dan praktik tentang tips menghadapi wawancara kerja. Pemateri yang satu ini menyampaikan bahwa penggambaran karakter dengan olah tubuh saat interview kerja dapat mempengaruhi penilaian untuk pelamar kerja. Olah tubuh yang patut diperhatikan adalah, sikap tubuh saat berbicara dan mendengarkan orang bicara, cara berjalan yang menunjukkan kepercayaan diri serta cara berjabat tangan yang mencerminkan keseriusan. Selain itu, Dosen sekaligus Psikolog yang biasa dipanggil dengan sapaan mbak Gia ini juga mengungkapkan pentingnya pilihan warna pakaian yang dikenakan saat interview. Pemilihan warna oleh si pelamar menjadi salah satu poin penting yang diperhatikan oleh pewawancara. Mbak Gia menyebutkan bahwa warna-warna pilihan yang menjadi favorit seseorang merupakan cerminan atau penggambaran karakter kita yang sebenarnya. Oleh sebab itu, ketika seseorang sedang melakukan interview sangat diharapkan memakai pakaian yang resmi, rapi dan memilih warna yang menunjukkan suatu ketegasan, keseriusan dan komitmen tinggi pada pekerjaan. Pemilihan pakaian saat interview juga harus disesuaikan dengan tipe pekerjaan yang akan dilamar, karena jika pakaian tidak menunjukkan kesesuaian akan menimbulkan persepsi bahwa pelamar tidak mengetahui secara tepat bidang pekerjaan yang dilamarnya.

Hari keempat menjadi hari yang special untuk peserta pelatihan. Masih dengan teori dan praktik tentang simulasi interview kerja yang diisi oleh Fitri Arlinkasari, dosen sekaligus psikolog yang berpengalaman dalam melakukan wawancara kerja perusahaan-perusahaan ternama di Indonesia. Beliau membekali peserta dengan materi olah vocal dan pernafasan yang berguna untuk menambah kepercayaan diri dalam berkomunikasi. Kemudian dilanjutkan dengan praktik simulasi wawancara kerja bagi setiap peserta. Pada sesi ini, triner memberikan feedback serta koreksi dan masukan agar peserta dapat memperbaiki teknik berbicara saat menempuh wawancara kerja. Selain tips berkomunikasi dan simulasi interview kerja, peserta pelatihan mendapat kunjungan khusus dua wakil dari ICEVI yang menjadi Sponsor utama pelaksanaan Pre Employment Training ini. ICEVI atau The International Council of Education for People with Visual Impairment merupakan lembaga yang mendorong serta mengupayakan peningkatan kualitas pendidikan tunanetra, terutama di negara-negara sedang berkembang, termasuk Indonesia. kedua wakil dari ICEVI tersebut selama beberapa jam berbincang-bincang serta makan siang bersama para peserta pelatihan untuk mendapatkan informasi tentang perkembangan dunia pendidikan tinggi di Indonesia. Informasi yang didapatkan akan dihimpun dan menjadi laporan ICEVI agar dapat terus membantu serta memenuhi kebutuhan pendidikan bagi pelajar dan mahasiswa tunanetra di Indonesia.

Berkunjung ke tiga perusahaan yaitu FIF, Think Web serta Talk Link didaerah Jakarta Selatan menjadi agenda berikutnya di hari kelima. 18 orang peserta dibagi menjadi 2 kelompok dan melakukan kunjungan ke perusahaan yang telah ditentukan. Peserta pelatihan diperkenalkan dengan lingkungan perusahaan, budaya kerja serta pemberian kesempatan magang bahkan bekerja pada perusahaan tersebut sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Dengan melihat langsung dari dekat lingkungan dan budaya kerja suatu perusahaan, peserta mendapatkan suatu gambaran nyata betapa pentingnya mempersiapkan diri untuk siap berkompetisi dalam dunia kerja yang sesungguhnya.

Trik pembuatan Curiculum Vitay (CV) atau daftar riwayat hidup yang singkat dan tepat menjadi materi terakhir di hari keenam pelatihan. Sebuah CV harus ditulis secara singkat, jelas dan disesuaikan dengan pekerjaan yang akan dilamar. Pengetahuan ini amat penting mengingat CV merupakan gerbang pertama pewawancara kerja menilai seseorang dipertimbangkan lolos atau tidaknya ke tahap berikutnya. Agenda dilanjutkan dengan evaluasi selama pelatihan dan sharing pengalaman para peserta. Pada penutupan kegiatan, Aria Indrawati selaku penanggung jawab kegiatan dan Kabag Humas Yayasan Mitra Netra memberikan sebuah tantangan kepada peserta pelatihan. Peserta ditantang untuk melaksanakan pelatihan lanjutan berbentuk Outbond training bagi mahasiswa tunanetra/sederajat dengan target waktu pelaksanaan pada Agustus tahun 2016. Dengan menjawab tantangan ini, peserta pelatihan akan belajar mempraktikkan materi-materi selama Pre Employment Training. disamping itu, kegiatan outbond diharapkan akan membuat manfaat yang didapatkan dari pelatihan selama enam hari tersebut tidak berhenti begitu saja, melainkan akan terus berkelanjutan sehingga membentuk pribadi-pribbadi tunanetra yang tangguh serta memiliki jiwa kepemimpinan. *Juwita Maulida

One comment for “Membentuk Tunanetra Siap Bekerja melalui Pre-Employment Training

  • Qurratul A says:

    Acaranya keren banget, benar-benar sarat dengan manfaat. Acara ini diselenggarakan di mana? semoga ada di lombok, kalau ada mohon informasinya ya:)

    Reply

Leave a Reply to Qurratul A Cancel reply