Hari-hari di minggu ketiga September 2012 ini terjadi kesibukan yang meningkat di Mitra Netra. Dua kegiatan penting diselenggarakan dalam rentang waktu pada hari-hari tersebut.

Pertama, kegiatan “Pelatihan Komputer untuk Tunanetra” diselenggarakan pada 17–23 September 2012 di Gedung Balai Besar Pelatihan Kesehatan, Pondok Labu, Jakarta Selatan. Dan kedua, kegiatan “Pelatihan Pengelolaan Perpustakaan Buku Bicara Digital untuk Tunanetra” diselenggarakan pada 18–21 September 2012 di Perpustakaan Mitra Netra, Lebak Bulus, Jakarta Selatan.

Pada pelatihan komputer, peserta diajarkan materi pelatihan komputer tingkat dasar (Microsoft Windows, Microsoft Word, Screen Reader, Internet, dan kamus elektronik Meldict), metode pembelajaran komputer untuk tunanetra dan kreatifitas pengembangannya, instalasi software yang diperlukan untuk penggunaan komputer untuk tunanetra, troubleshooting praktis, dan membuat rencana kegiatan (action plan) penyelenggaraan kursus komputer untuk tunanetra.

Pelatihan yang diikuti oleh utusan-utusan dari Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) Provinsi Sumatra Selatan, Pertuni Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) Provinsi Sulawesi Selatan ini bertujuan untuk mempersiapkan organisasi-organisasi yang dilatih agar memiliki kemampuan untuk menyelenggarakan kursus komputer untuk tunanetra di daerahnya masing-masing sehingga mereka bisa mengakses informasi mengenai hukum dan keadilan yang disajikan secara online. Dengan tersedianya informasi yang dapat diakses secara mandiri oleh tunanetra tentang hal tersebut, diharapkan tunanetra dapat lebih memahami dan menyadari akan hak-hak mereka sebagai warga negara serta mengupayakan perlindungan, penghargaan, dan pemenuhan hak-hak tersebut. Dengan demikian secara bertahap perlakuan diskriminasi pada tunanetra dapat dikurangi.

Kegiatan pelatihan komputer ini merupakan realisasi dari program “Akses terhadap Informasi Hukum Melalui Pelatihan Pengenalan Komputer untuk Penyandang Tunanetra” yang didukung oleh Australia Indonesia Partnership for Justice (AIPJ)-AusAID. Dalam program ini, tiga organisasi yang dilatih akan memperoleh bantuan dana dan peralatan untuk penyelenggaraan kursus komputer untuk tunanetra di daerah masing-masing.

Pada pelatihan pengelolaan perpustakaan, para peserta akan diajarkan beragam materi, seperti administrasi dan pelayanan perpustakaan, sistem pelaporan, penggunaan buku bicara digital (Digital Talking Book/DTB) melalui CD player, DTB player, dan komputer. Pelatihan yang diikuti oleh utusan-utusan dari SLB-A Ganda Binar Insan Istiqomah, Bekasi, Jawa Barat, SLB Sejahtera, Bogor, Jawa Barat, SDLB Negeri Lamongan, Jawa Timur, SMPLB-ABCD Kurnia Asih, Jombang, Jawa Timur, dan SLB Sumenep, Jawa Timur ini bertujuan agar perpustakaan yang berada di sekolah-sekolah tersebut dapat menangani administrasi dan layanan perpustakaan buku bicara digital dengan baik, dapat menyediakan akses kepada anggota perpustakaan untuk mendengarkan buku bicara digital di perpustakaan, dan dapat menyimpan dengan rapih koleksi buku bicara digital di perpustakaan mereka dalam rak-rak CD khusus.

Kegiatan pelatihan pengelolaan perpustakaan ini merupakan realisasi dari program “Capacity Building Perpustakaan Khusus untuk Tunanetra” yang didukung oleh Light for The World, Belanda. Dalam program ini, lima sekolah yang dilatih akan memperoleh bantuan perlengkapan perpustakaan berupa 2 unit CD player dan 1 unit rak CD khusus untuk penyimpanan buku bicara digital, di samping bantuan rutin pengiriman 45 judul buku bicara digital setiap tiga bulan sekali yang sudah berlangsung sebelum pelatihan ini diselenggarakan.

“Kedua pelatihan ini diharapkan dapat menjadi media bagi diseminasi pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman Mitra Netra dalam hal akses tunanetra terhadap teknologi informasi dan literasi kepada lembaga-lembaga lain dari berbagai daerah di Indonesia”, kata Bambang Basuki, Direktur Eksekutif Mitra Netra. Lebih lanjut Bambang mengatakan bahwa di masa datang Mitra Netra akan berusaha mengikutsertakan lebih banyak lembaga lagi dalam penyelenggaraan pelatihan ini sehingga secara bertahap dapat menjembatani kesenjangan digital (digital devide) dan kesenjangan literasi (literacy devide) antara tunanetra dan orang berpenglihatan di tanah air.

*Muizzudin Hilmi

Leave Comment