33 remaja tunanetra peserta self leadership training bersama rotary club jakarta dan pranala magni daya

Meski hujan deras mengguyur ibukota Jakarta sejak subuh, tak menyurutkan semangat 33 orang remaja tunanetra untuk datang mengikuti pelatihan Self Ledership pada hari Sabtu, 18 Januari 2020. Pelatihan pengembangan diri ini diselenggarakan oleh Yayasan Mitra Netra bekerja sama dengan Rotary Club Jakarta di Kemang, Jakarta Selatan. Para peserta adalah remaja tunanetra setingkat SMA dari Jabodetabek dan SLB Negeri A Kota Bandung.

Kegiatan dimulai pukul 09.00 WIB dan dibuka dengan acara sambutan.  Aria Indrawati, Kabag Humas dan ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra, memberikan sambutannya kepada para peserta. Aria menyatakan bahwa memiliki soft skill bagi para Tunanetra merupakan hal yang sangat penting dan harus diasah sejak dari usia muda. Oleh karena itu, tujuan pelatihan ini adalah mengajak remaja tunanetra untuk lebih sering lagi mengikuti pelatihan pengembangan diri dan mengasah kemampuannya, terutama di bidang soft skill.

“soft skill self leadership atau memimpin diri sendiri adalah kemampuan yang sangat bermanfaat. Dengan memiliki kemampuan memimpin diri sendiri, maka kita dapat memotivasi diri untuk melakukan banyak sikap positif dan menghindari sikap negatif dalam kehidupan sehari-hari” ucap Aria pada saat membuka kegiatan training Self Leadership bagi Remaja Tunanetra yang diselenggarakan di The Social House, Kemang.

Baca juga: Hadapi Kompetisi, Tunanetra Perlu Tingkatkan Kompetensi Berbahasaa Inggris

Memasuki pukul 10.00 WIB, sesi pertama pelatihan dimulai. Kegiatan dipandu oleh Coach  Wirzal dari lembaga training dan pengembangan diri  bernama Pranala Magnidaya. Dalam sesi ini  Coach Wirzal mengajak para remaja tunanetra untuk menyadari pentingnya value atau nilai hidup.

“tida poin penting yang harus kalian ingat, yaitu value apa yang ingin kalian miliki, bagaimana pandangan orang lain dengan value yang kalian miliki tersebut, dan ketika kalian sudah meninggal apa yang dikenang orang lain tentang kalian”, ujar Coach Wirzal lantang saat menjelaskan materi tentang value.

Sebagai panduan, para peserta diminta untuk memilih satu tokoh teladan yang mereka kenal. Kemudian mengambil tiga value hidupnya yang paling menginspirasi dan ingin mereka teladani.

Berlanjut ke sesi kedua. Coach Wirzal dibantu beberapa orang fasilitator menyampaikan materi tentang Ikigai atau gairah hidup. Menurut Coach Wirzal, setiap orang memiliki passion dalam hidup. Tapi agar passion tersebut dapat membuat seseorang terus bersemangat melakukannya setiap hari diperlukan dua hal yang lain.

“passion adalah gabungan antara sesuatu yang kita suka dan bisa kita lakukan. Tapi untuk menjadi ikigai passion ini perlu ditambah dua poin, yaitu apakah passion ini dapat menghasilkan uang dan dibutuhkan oleh dunia”, imbuh Coach Wirzal.

Dalam penjelasannya, Coach Wirzal menyatakan bahwa seseorang akan bahagia jika memiliki pekerjaan yang sesuai passion-nya. Seperti jika seseorang suka berbicara di depan umum. Orang tersebut dapat mengasah kemampuan public speaking-nya. Dengan kemampuannya tersebut, dia dapat memilih profesi yang dibutuhkan di dunia,misalnya menjadi pembicara,  tersebut juga memberikan penghasilan dan penghidupan yang layak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keempat poin tersebut merupakan unsur yang tak terpisahkan jika seseorang ingin merasa puas dan bahagia karena menemukan ikigai-nya.

Usai ishoma (istirahat, sholat, makan siang) , sesi berikutnya dimulai kembali. Pada sesi ketiga, Coach Wirzal mengajak para peserta untuk membuat dream board dengan teknik SMART (Spesifik, Measurable, Action oriented, Reachable, Time-bound). Para remaja tunanetra diberikan waktu 20 menit untuk membuat dream board tersebut. Kemudian sebagai tugas tambahan mereka juga diwajibkan untuk menulis tiga hal positif dari diri mereka yang dapat membantu mewujudkan impian tersebut, serta tiga hal negatif yang dapat menghambat mewujudkan impian mereka. Di akhir sesi ketiga ini, para peserta mendapatkan kesempatan untuk melepaskan ketegangan dengan meneriakkan kata-kata penyemangat “ aku bisa” dalam simulasi melawwan tiga hal negatif yang diperagakan oleh sesama peserta. Sontak satu ruangan menjadi riuh dengan keseruan dan teriakan “aku bisa” dari para peserta.

Baca juga: Ayo! Tentukan Masa Depan “Anti Galau” Dengan Mitra Netra Soft Skill Training

Sebagai penutup yang manis, sesi keempat para peserta melaksanakan kontemplasi selama 20 menit dipandu oleh Coach Iis, rekan seprofesi Coach Wirzal. Sesi ini dilaksanakan dengan cara yang sering disebut dengan Mindfulness, yakni penyelarasaan sikap, pikiran dan hati melalui olah nafas. Tujuan dari sesi ini adalah bersyukur dengan apa yang telah diberikan Tuhan kepada kita, baik di masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang.

“saya merasa sangat senang, karena tidak sia-sia bangun pagi dan berangkat jauh-jauh dari Bandung, dan akhirnya di sini mendapatkan banyak teman baru serta ilmu yang sangat berharga”, ujar Latifah, siswi SLB Negeri A Kota Bandung saat memberikan kesan-kesannya di akhir kegiatan.


“saya bahagia sekali bisa mendapatkan kesempatan berada di sini dan belajar banyak ilmu bermanfaat. Saya juga merasa bersyukur karena banyak hal yang sudah saya miliki dan berjanji akan mengurangi sikap saya yang sering mengeluh”, tutur Karolina, siswi kelas XI SLB Pembina Jakarta, sambil berurai air mata haru.

Sebagai perwakilan dari Yayasan Mitra Netra, Aria Indrawwati sangat gembira melihat antusiasme para peserta remaja tunanetra yang telah selesai mengikuti pelatihan sore itu. Aria berharap kegiatan seperti ini dapat terus dilakukan untuk generasi berikutnya dan remaja tunanetra di wilayah Indonesia lainnya. Di samping itu, Dia juga menyatakan bahwa training yang telah diselenggarakan, akan memberikan perubahan yang nyata dalam kurun waktu singkat maupun jangka panjang.

“adanya pelatihan seperti ini akan membawa remaja-remaja tunanetra menemukan tujuan masa depannya lebih awal dan bagaimana cara mewujudkan cita-citanya itu”, pungkas Aria.

**Juwita Maulida