Sudah hampir enam bulan, saung yang terletak di halaman belakang Mitra Netra diwarnai dengan harmoni suara musik. Ada aangklung, zimbe, keyboard serta guitar. Ini berlangsung setiap selasa sore seusai kegiatan English club. Itulah simbiosis, sekelompok tunanetra klien Mitra Netra yang bermain musik bersama anak-anak pemulung dari Sanggar Gunung Balong.
Dinamai Simbiosis, karena ini merupakan kegiatan bersama antara Mitra Netra dan sanggar Gunung Balong, sebuah sanggar yang memberikan pendidikan untuk anak-anak pemulung yang berlokasi di dekat kantor Mitra Netra.
Bagi tunanetra yang sehari-hari belajar dan beraktivitas di Mitra Netra, bermain angklung bersama anak-anak pemulung merupakan kegiatan yang menyenangkan. Bisa jadi hiburan sekaligus obat stress, ungkap Irma, salah seorang anggota Simbiosis. Bagi anak-anak pemulung, main angklung bersama tunanetra menjadi pendidikan yang sangat penting dan berharga. Mereka merasa berarti karena memiliki kesempatan berbagi ketrampilan bermain angklung dengan menjadi mentor para tunanetra anggota Simbiosis, meski secara ekonomi mereka berkekurangan.
Pada tanggal 21 April lalu, Simbiosis diundang oleh HHP, sebuah kantor konsultan hukum yang berada di gedung Bursa Efek Jakarta BEJ untuk tampil pada peringatan hari Kartini serta syukuran atas tiga penghargaan berskala internasional yang diterima kantor konsultan hukum tersebut. Beberapa lagu mereka mainkan. Di antaranya Gundul-gundul Pacul dan Ibu Kita Kartini. Butuh waktu lima kali latihan untuk mempersiapkan penampilan ini.
Ini untuk pertama kalinya, Simbiosis tampil sendiri di hadapan publik, tanpa didampingi mentor mereka. Ini juga menjadi pengalaman serta pelajaran penting untuk mereka. Melatih pengembangan rasa percaya diri. Bagi karyawan HHP, penampilan Simbiosis di kantor mereka juga sangat bermakna. Mereka lebih menyadari, bahwa di tengah masyarakat ada sekelompok orang berbeda, yang berkebutuhan khusus karena memiliki hambatan penglihatan, yang sedang belajar menjadi manusia mandiri.
Saat Simbiosis menampilkan kebolehan mereka, para karyawan kantor konsultan hukum itu pun turut bernyanyi. Komentar-komentar pun disampaikan seusai pemunculan Simbiosis. Hebat ya mereka. Keren juga. We want more.
Kehadiran 14 tunanetra ke gedung BEJ ini juga menarik perhatian orang-orang yang ada di sana. Mata-mata melihat ke arah mereka. Mulai dari saat turun dari bis, berjalan menuju lobi gedung, melewati pintu security khusus , hingga memasuki lift. Ini juga penting. Masyarakat perlu lebih sering bertemu dengan penyandang disabilitas. Berbicara dengan mereka, melihat penampilan mereka yang memiliki ketrampilan dan keahlian, agar terbangun persepsi yang benar tentang penyandang disabilitas. *Aria Indrawati