“Menyediakan dan mengembangkan layanan untuk tunanetra”, itulah fungsinya. Dan, jika karena konsistensinya dalam menjalankan fungsi itu membuat banyak pihak memberikan “penghargaan”, itu adalah “anugrah”. Penghargaan yang diterima – baik melalui kompetisi atau dalam suatu event tertentu –, telah memberi tambahan energi bagi Mitra Netra untuk terus tumbuh, dan karena penghargaan-penghargaan ini, membuat pihak-pihak yang semula tidak terlalu yakin akan ide-ide Mitra Netra perlahan-lahan mulai berpikir sebaliknya.

Berikut ini adalah Beberapa penghargaan yang telah Mitra Netra raih:

INDEX AWARD TAHUN 2000

Penghargaan ini diberikan oleh INDEX, sebuah perusahaan penghasil mesin cetak Braille (Braille embosser) dari Swedia, sebagai pengakuan atas komitmen Mitra Netra dalam penyediaan buku Braille bagi tunanetra.

Untuk itu, INDEX telah memberikan sebuah mesin cetak Braille (Braille embosser) INDEX 4×4 PRO, dengan kapasitas 70 CPS (Character per second) kepada Yayasan Mitra Netra. Tambahan satu buah mesin embosser ini telah meningkatkan kapasitas produksi buku Braille Mitra Netra, sehinga Yayasan ini dapat melayani lebih banyak tunanetra.

PENGHARGAAN MENTERI SOSIAL RI TAHUN 2003

Sebagai bagian dari peringatan Hari Internasional Penyandang Cacat (Hipenca) setiap tanggal 3 Desember, sejak tahun 2003, Menteri Sosial RI setiap tahun memberikan penghargaan kepada organisasi dan tokoh masyarakat (perorangan) yang melakukan upaya peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan sosial penyandang cacat di Indonesia.

Mitra Netra menerima penghargaan ini di tahun 2003, sebagai bentuk pengakuan Pemerintah melalui Departemen Sosial, atas pengembangan program inovatif di bidang sistem pendukung pendidikan, akses teknologi dan sarana khusus elektronika bagi tunanetra yang dikembangkan sejak pendirian Yayasan ini.

SAMSUNG DIGITALL HOPE TAHUN 2004

Mitra Netra memenangkan penghargaan ini dalam sebuah kompetisi berskala regional Asia Australia, yang diselenggarakan Samsung Asia.
Adapun kegiatan yang membuahkan penghargaan ini adalah Program Inovasi Pemanfaatan Teknologi Informasi bagi Tunanetra, , yang terdiri dari:
Merintis model bagaimana tunanetra mengelola media on line pada www.mitranetra.or.id
Mempromosikan model website yang mudah diakses (accessible) oleh tunanetra, yaitu dengan mendesign website www.mitranetra.or.id sesuai standar yang ditetapkan oleh www konsorsium.
Menyelenggarakan pusat layanan internet bagi tunanetra (internet center), dengan menyediakan beberapa komputer bicara berikut akses internet yang dapat digunakan secara cuma-cuma oleh tunanetra. Kegiatan ini dilaksanakan di tiga kota yaitu: di kantor Yayasan Mitra Netra Jakarta, di perwakilan Mitra Netra Bandung, serta bekerja sama dengan Dria Manunggal Jogjakarta (sebuah lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang pemberdayaan penyandang cacat).
Kemenangan Mitra Netra ini kemudian menarik perhatian panitia penyelenggara kompetisi Stockholn Challenge Award – sebuah kompetisi berskala dunia di bidang pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi– yang kemudian mengundang Mitra Netra mengikuti kompetisi ini untuk kegiatan yang sama. Panitia memasukkan kegiatan Mitra Netra ini ke dalam kategori pendidikan. Dan, setelah melewati seleksi berjenjang, Mitra Netra terpilih sebagai salah satu “nominator utama” bersama empat negera lainnya.

ASIA PACIFIC NGO AWARDS TAHUN 2005

Mitra Netra terpilih sebagai Country Winner dalam Asia Pacific NGO Awards yang diselenggarakan oleh Citigroup bersama Resource Alliance. Kompetisi ini bertujuan untuk memberikan penghargaan kepada organisasi non pemerintah yang berprestasi. Kriteria penilaian didasarkan atas manajemen yang profesional (good corporate governence), inovasi dalam mobilisasi sumber daya lokal, dan efektifitas dari program lembaga tersebut dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang menjadi kelompok sasarannya.

SAMSUNG DIGITALL HOPE TAHUN 2005

Pada tahun 2005, untuk kedua kalinya, Mitra Netra memenangkan kompetisi berskala regional Asia Australia Samsung DigitAll Hope. Pada kesempatan kedua ini, program yang didedikasikan adalah DIFERSIFIKASI BAHAN BACAAN UNTUK TUNANETRA MELALUI PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI, yang meliputi:
Produksi e-book
Melanjutkan Penyelenggaraan media on line www.mitranetra.or.id yang dikelola jurnalis tunanetra
Merintis penyelenggaraan perpustakaan digital di tiga kota yaitu Yayasan Mitra Netra Jakarta, Perwakilan Mitra Netra di Bandung serta YAPTI (Yayasan Pengembangan Tunanetra Indonesia) di Makasar. Perpustakaan digital ini menyediakan buku-buku dalam bentuk elektronik produksi Mitra Netra, serta menyediakan pusat layanan internet yang dapat digunakan secara cuma-cuma oleh tunanetra.

PENGHARGAAN BANK INDONESIA TAHUN 2005

Penghargaan ini diterima Mitra Netra atas partisipasinya dalam memberikan masukan berupa kode tunanetra (blind code) dalam desain uang rupiah pecahan 100.000 dan 20.000 Tahun Emisi 2004

PENGHARGAAN MUSEUM REKOR INDONESIA (MURI) TAHUN 2006

Penghargaan ini diterima Mitra Netra atas keberhasilannya menyelenggarakan “The First National Computer Camp For The Blind” di Indonesia. Pada acara ini, Mitra Netra berhasil mengumpulkan seratus orang tunanetra yang telah mahir memanfaatkan teknologi komputer untuk menunjukkan ketrampilannya memanfaatkan teknologi tersebut guna mendukung aktivitas keseharian mereka.

Eksibisi ini diselenggarakan dengan tujuan untuk:
Menunjukkan kepada khalayak bahwa tunanetra juga mampu memanfaatkan teknologi komputer untuk mendukung kehidupan sehari-hari mereka
Mengajak semua pihak termasuk pemerintah untuk turut berperan membuka akses seluas-luasnya bagi tunanetra ke teknologi informasi dan komunikasi.

PENGHARGAAN PERSATUAN TUNANETRA INDONESIA (PERTUNI) JAKARTA TAHUN 2008

Pada tahun 2008, Mitra Netra menerima penghargaan dari Pertuni Daerah Jakarta atas konsistensinya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia tunanetra melalui program akses teknologi informasi dan komunikasi bagi tunanetra.

Penghargaan ini diberikan karena, Mitra Netra telah membuktikan bahwa penggunaan teknologi informasi oleh tunanetra telah “merevolusi” kehidupan para tunanetra di Indonesia, seperti halnya tunanetra di belahan bumi lainnya.

PENGHARGAAN INDONESIA INNOVATES TAHUN 2013

Penghargaan ini diterima Mitra Netra dari Google, Ogilvy, dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI sebagai Pahlawan Inovasi Indonesia (Indonesia Innovates Hero) atas kepeloporannya dalam menggunakan internet untuk kepentingan pendidikan bagi tunanetra.

Produk

Sebagai lembaga yang secara inovatif terus mengambangkan layanan untuk tunanetra, menemukan dan menciptakan alat Bantu serta metode-metode baru, termasuk di dalamnya metode pembelajaran untuk bidang/subyek tertentu merupakan salah satu pusat perhatian Mitra Netra. Itu sebabnya, kegiatan penelitian dan Pengembangan merupakan salah satu program penting di Mitra Netra.

Dalam melakukan upaya untuk melahirkan karya-karya inovatif ini, Mitra Netra tidak melakukannya sendirian; bermitra dengan berbagai pihak sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan adalah strategi yang ditempuh.

Sebagai hasilnya, Mitra Netra senantiasa mempersembahkan karya-karya kreatif itu kepada Negara, dengan menghibahkannya ke seluruh lembaga yang bekerja di bidang pemberdayaan tunanetra.

Berikut ini adalah uraian tentang karya-karya inovatif Mitra Netra.

Mitranetra Braille Converter (MBC)

MBC adalah perangkat lunak yang digunakan untuk memproduksi buku Braille. Perangkat lunak ini memiliki kemampuan untuk:

  1. Mengubah dokumen teks dalam huruf latin menjadi file dalam huruf Braille secara otomatis (forward translation). Conversi ini dapat dilakukan dalam dua bentuk. Conversi grade 1, untuk tulisan penuh (full writing), dan conversi grade 2 untuk tulisan singkat (tusing) atau yang juga disebut contraction.
  2. Mengubah kembali file berformat huruf Braille menjadi dokumen teks dalam huruf latin (backward translation)
  3. Mengetik symbol Braille secara langsung dengan menggunakan fasilitas enam tombol bagian tengah pada keyboard computer, yaitu tombol A S D F J K ; fasilitas ini disebut “six key mode”, dan biasa digunakan untuk mengetik symbol matematika, kimia, fisika, notasi Braille, serta arab Braille.
  4. Mencetak, baik single copy maupun multi copy

Dengan diciptakannya MBC,

  1. Pembuatan buku Braille dapat dilakukan lebih cepat
  2. Mereka yang tidak memahami huruf Braille juga dapat membantu – mengambil bagian dalam proses pembuatan buku Braille, yaitu pada tahapan pengetikan ulang buku-buku yang akan dicetak menjadi buku Braille.
  3. Distribusi buku Braille dapat dilakukan dalam bentuk file secara on line, sehingga memangkas biaya pengiriman yang begitu besar. Untuk diketahui, bentuk buku Braille pada umumnya besar dan tebal, karena membutuhkan kertas lebih tebal (minimal 120 gram) dan membutuhkan space lebih banyak, karena ukuran huruf Braille yang lebih besar dan harus standar (tidak dapat diubah-ubah).
  4. Tidak lagi perlu mengimpor software serupa, sehingga dapat menghemat anggaran negara.

Pengembangan MBC oleh Mitra Netra telah menempuh perjalanan yang panjang. Berawal dari penelitian awal di tahun 1996; penelitian ini dilakukan sendiri oleh Mitra Netra, dan menghasilkan MBC versi 1 — software berbasis DOS (Disk Operating System).

Setelah diluncurkan pada tahun 1997, MBC Versi 1 kemudian disempurnakan menjadi MBC Versi 2 di tahun 1999. Pada versi 2 software ini, MBC mampu melakukan conversi grade 2 sesuai tahap pembelajaran tulisan singkat yang dilakukan di sekolah-sekolah luar biasa (SLB) untuk tunanetra.

Di tahun 2000, melalui kerja sama dengan Microsoft Indonesia, MBC versi II kembali disempurnakan sehingga dapat bekerja “under Windows” – menjadi MBC Versi 3. Dan, pada tahun 2004, MBC versi 3 disempurnakan dengan fasilitas pengetikan enam tombol (six key mode) serta backward translation. Pengembangan ini dilakukan melalui kerja sama dengan Universitas Bina Nusantara Jakarta, yang kala itu memenangkan dana hibah penelitian dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Sejak awal peluncurannya, Mitra Netra terus mendapatkan masukan dari para pengguna MBC – yaitu para produser buku Braille. Hingga saat ini, penyempurnaan masih terus dilakukan, sebagai tindak lanjut dari semua masukan yang diterima.

Usaha Mitra Netra untuk membuat agar MBC digunakan oleh seluruh produser buku Braille di Indonesia tidak selamanya berjalan mulus. Meski sejak versi pertama software ini diluncurkan, Mitra Netra telah “menghibahkannya” ke seluruh produser buku Braille – termasuk yang berada di bawah koordinasi pemerintah, tetap saja, ketika Pemerintah Indonesia melalui Departemen Pendidikan Nasional di tahun 1998 melakukan kerja sama dalam bentuk “pinjaman lunak (soft loan)” dengan Pemerintah Norwegia, Departemen tersebut membeli software serupa dari Jerman dan didistribusikan ke 200 SLB untuk tunanetra di Indonesia. Sudah tentu, impor software ini dilakukan dengan harga yang tidak murah.

Software buatan Jerman ini hanya dapat bekerja di bawah system operasi Windows 98 – karena diciptakan kala itu, dan habis masa berlakunya setelah sepuluh tahun. Dengan demikian, saat ini, software tersebut tidak dapat lagi digunakan. Situaasi ini menjadi kesempatan emas bagi Mitra Netra untuk terus mempromosikan MBC – yang merupakan produk dalam negeri sendiri dan tidak dikomersiilkan.

Urgensi pengunan MBC ini menjadi lebih nyata, saat Mitra Netra mulai merintisn layanan perpustakan Braille on line www.kebi.or.id (KEBI singkatan dari Komunitas E-Braille Indonesia) di tahun 2004. KEBI merupakan sistem produksi dan distribusi buku Braille yang Mitra Netra bangun, sebagai solusi untuk mengatasi tingginya biaya yang dibutuhkan selama ini untuk memproduksi dan mendistribusikan buku Braille di Indonesia. Penjelasan lebih detail tentang KEBI dapat dibaca pada bagian “Program” dari situs ini.

Mitranetra Electronic Dictionary (Meldict)

Meldict adalah kamus elektronik Inggris-Indonesia dan Indonesia-Inggris yang khusus dibuat untuk tunanetra. Meldict dikemas dalam CD, dan untuk memanfaatkannya, tunanetra harus mengunakan komputer bicara, yaitu komputer yang dilengkapi dengan perangkat lunak pembaca layar.

Dapat menggunakan kamus secara praktis, mudah dan mandiri adalah tantangan yang dihadapi tunanetra saat mereka belajar bahasa Inggris. Ide untuk membuat kamus dalam huruf Braille memang telah lama ada. Tapi, dalam prakteknya, khususnya di Indonesia, produser buku Braille hanya dapat membuat “kamus saku” versi Braille, dengan jumlah kata yang sangat terbatas.

Mengapa demikian? Telah diuraikan sebelumnya bahwa, buku Braille pada umumnya sangat tebal, karena membutuhkan kertas lebih tebal dan ukuran huruf Braille yang besar dan standar. Sebagai perbandingan, 100 halaman buku biasa, akan menjadi sekurang-kurangnya 300 halaman buku Braille. Agar lebih praktis saat digunakan, biasanya buku Braille dengan jumlah halaman lebih banyak dan lebih tebal harus dibuat dalam beberapa volume.

Kita dapat membayangkan, bagaimana jadinya jika ribuan kata berikut arti, sinonim, serta cara mengunakan kata tersebut dan lain-lain yang ada dalam satu kamus dibuat dalam huruf Braille. Satu kamus besar itu akan harus dibagi dalam puluhan volume, dan masing-masing volume pun harus dibuat dalam bentuk buku yang tebal. Ini tentu sangat tidak praktis untuk digunakan. Apalagi jika harus dibawa-bawa.

Kondisi inilah yang menjadi salah satu penyebab kesulitan tunanetra saat belajar bahasa Inggris. Sementara, kita semua memahami, kamus adalah salah satu pilar penting saat kita belajar bahasa.

Mempertimbangkan kesulitan dalam penggunaan kamus dalam huruf Braille, muncullah ide untuk membuat kamus dalam bentuk elektronik khusus untuk tunanetra, yang dapat dioperasikan dengan mengunakan komputer.

Uji coba membuat embrio kamus ini dimulai pada tahun 1998. Seperti halnya pembuatan MBC, pada tahap awal Mitra Netra hanya menggunakan sumber daya yang ada. Setelah konsep kamus ini mencapai tahap final, barulah dapat dipromosikan ke calon partner yang berpotensi membiayai proyek ini.

Pendekatan antara lain dilakukan ke Citibank; bank internasional ini memiliki program bertajuk “Citibank Peka”. Pada awalnya, informasi yang Mitra Netra dapatkan dari program social ini adalah bahwa korporasi ini menyediakan relawan dari para karyawan mereka untuk membantu kegiatran pengembangan masyarakat. Olehkarenanya, ajakan kerja sama yang Mitra Netra sampaikan adalah penyediaan relawan untuk membantu proses entry data untuk kamus elektronik yang Mitra Netra desain.

Setelah melalui proses diskusi dengan para pengambil keputusan, akhirnya Citibank menyepakati untuk membiayai sepenuhnya proses pembuatan kamus tersebut, berikut acara peluncuran serta pelatihan-pelatihan untuk penggunaannya.

Sumber tunggal yang dipakai dalam pembuatan kamus ini adalah kamus Inggris-Indonesia dan Indonesia-Inggris yang disusun oleh John Ecol dan Hasan Shadili. Ijin pun Mitra Netra dapatkan dari Cornel University Press di Inggris sebagai pemegang hak cipta atas kamus tersebut. Mitra Netra Electronic Dictionary (Meldict) adalah nama yang diberikan untuk karya strategis yang satu ini.

Dibutuhkan waktu kurang lebih dua tahun untuk membuat Meldict. Meldict versi pertama (inggris-Indonesia) diluncurkan pada awal tahun 2002, dan Meldict versi 2 (gabungan antara Inggris-Indonesia dan Indonesia-Inggris) diluncurkan awal tahun 2003.

Setelah Meldict lahir dan tunanetra mulai memanfaatkannya, muncullah harapan baru dari para tunanetra. Mereka yang mengambil studi bidang bahasa Inggris sudah tentu membutuhkan kamus dengan kompilasi kata lebih banyak dan lebih lengkap; tidak hanya Inggris-Indonesia, bahkan juga Inggris-Inggris.

Tentu saja keinginan ini membahagiakan Mitra Netra. Ini berarti, tunanetra mulai tahu apa yang mereka butuhkan dan memiliki saluran yang tepat untuk menyampaikannya.

Kata Mereka

FX Rudy Gunawan (Pemred VHR News Center)

“Mitra Netra adalah sebuah lembaga yang mampu membuktikan bahwa tunanetra bisa jauh lebih hebat dari kita yang bermata awas! Salut untuk semua kiprah Mitra Netra bagi kemajuan pemenuhan hak-hak tuna netra di indonesia. Semoga lebih banyak yang bisa diperjuangkan Mitra Netra di tahun-tahun mendatang!”