Hari Film Nasional yang jatuh pada 30 Maret merupakan momen yang bermakna untuk merayakan perkembangan industri perfilman Indonesia. Tidak hanya tentang pengakuan atas karya seni para sineas, tetapi juga tentang bagaimana film dapat menjadi alat untuk menyampaikan pesan yang mendalam kepada semua lapisan dan elompok masyarakat. Pada saat bersamaan, masih banyak segmen penonton yang belum dapat mengakses hiburan ini sepenuhnya, di antaranya adalah tunanetra. Salah satu langkah penting untuk meningkatkan inklusivitas di dunia perfilman adalah dengan menambahkan fitur deskripsi audio (Audio Description/AD) yang memungkinkan penonton tunanetra untuk menikmati film seutuhnya, seperti halnya penonton nontunanetra.
Baca juga: Mengenal dan Memahami Extra Cost of Disability
Apa itu Deskripsi audio?
Deskripsi audio adalah fitur aksesibilitas yang memberikan penjelasan verbal tentang elemen visual dalam film yang tidak dapat dinikmati oleh tunanetra. Fitur ini meliputi deskripsi mengenai ekspresi wajah, gerakan tubuh, perubahan latar belakang, serta tindakan atau situasi yang sedang berlangsung dalam film. Deskripsi audio biasanya disertakan dalam trek audio terpisah yang dapat diaktifkan oleh penonton melalui perangkat yang kompatibel. Dengan cara ini, tunanetra bisa mendapatkan gambaran lengkap tentang film tersebut, sehingga mereka dapat ikut merasakan emosi dan cerita yang ingin disampaikan oleh pembuat film.
Mengapa Deskripsi audio Penting di Dunia Perfilman Indonesia?
Industri perfilman Indonesia telah berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir, dengan banyak film yang mendapatkan perhatian internasional dan memenangkan penghargaan. Namun, meskipun film-film ini semakin populer, tidak banyak yang menyediakan fitur aksesibilitas bagi penonton tunanetra. Hal ini menciptakan kesenjangan yang signifikan dalam aksesibilitas dan inklusivitas, terutama bagi tunanetra yang ingin menikmati hiburan melalui film.
Dengan adanya fitur deskripsi audio, penonton tunanetra dapat mendapatkan pengalaman menonton yang lebih utuh, mengikuti alur cerita, memahami karakter, dan menikmati berbagai elemen film yang sebelumnya tidak bisa mereka nikmati sepenuhnya. Ini tidak hanya meningkatkan pengalaman mereka, tetapi juga memberikan kesempatan untuk lebih terlibat dalam percakapan budaya dan sosial seputar film Indonesia.
Baca juga: Sudah Tahu Belum? Ini 5 Jenis Extra Cost of Disability yang Harus Ditanggung Tunanetra
Menanggapi Tantangan Aksesibilitas dalam Perfilman
Seiring dengan kemajuan teknologi, penambahan fitur deskripsi audio dalam film tidaklah sulit. Beberapa platform streaming besar, seperti Netflix dan Amazon Prime, telah menyediakan opsi deskripsi audio untuk berbagai film dan serial. Namun, di Indonesia, fitur ini masih jarang ditemukan. Padahal, dengan semakin berkembangnya teknologi dan fasilitas digital, seharusnya industri perfilman Indonesia dapat mengikuti jejak tersebut dan memastikan aksesibilitas film bagi penonton tunanetra.
Salah satu alasan mengapa penerapan deskripsi audio masih terbatas di Indonesia adalah kurangnya kesadaran mengenai pentingnya fitur ini. Banyak produser film dan rumah produksi belum sepenuhnya menyadari bahwa mereka dapat memperluas cakupan penonton mereka dengan membuat film mereka lebih inklusif. Penambahan fitur deskripsi audio tidak hanya bermanfaat bagi tunanetra, tetapi juga bagi orang dengan gangguan penglihatan temporer yang ingin menikmati film.
Langkah-langkah yang Dapat Ditempuh
Untuk mewujudkan dunia perfilman yang lebih inklusif, ada beberapa langkah yang dapat diambil oleh industri perfilman Indonesia. Pertama, produser dan tim rumah produksi perlu diberikan edukasi mengenai pentingnya fitur deskripsi audio. Mereka perlu memahami bahwa menambahkan fitur ini pada film mereka bukan hanya soal memenuhi kewajiban, tetapi juga memberikan nilai lebih kepada produk film yang mereka hasilkan.
Kedua, pemerintah melalui Kementerian Kebudayaan dapat menerbitkan kebijakan yang mendorong atau bahkan mewajibkan penyediaan deskripsi audio pada film-film nasional. Dengan adanya kebijakan ini, para sineas akan lebih terdorong untuk memperhatikan kebutuhan aksesibilitas dalam produksi film mereka.
Ketiga, rumah produksi dan platform penyiaran film dapat bekerja sama dengan organisasi yang mendukung pemenuhan hak-hak tunanetra, semisal Yayasan Mitra Netra, untuk memberikan masukan dan panduan dalam implementasi deskripsi audio, termasuk memastikan kualitas deskripsi audio yang baik.
Peluang dan Keuntungan bagi Industri Perfilman
Penerapan deskripsi audio di film Indonesia juga membuka peluang pasar yang lebih luas. Menyediakan film yang lebih inklusif bagi tunanetra dapat menarik lebih banyak penonton dan hal ini menjadi sebuah nilai plus bagi sebuah karya seni. Selain itu, dengan semakin banyaknya platform streaming global yang memperhatikan aksesibilitas, film Indonesia yang menyertakan fitur ini dapat membuka jalan untuk menembus pasar internasional.
Di sisi lain, dengan memperkenalkan aksesibilitas kepada lebih banyak orang, industri perfilman Indonesia akan semakin dianggap progresif dan peduli terhadap keberagaman. Hal ini akan membangun citra positif bagi para sineas dan pihak-pihak terkait, sekaligus membuka pintu bagi kolaborasi internasional dalam menciptakan karya-karya yang lebih inklusif.
Baca juga: Praktis! Tips mengirimkan E-mail pada Gmail Standard View bagi Pengguna NVDA
Menciptakan Dunia Perfilman yang Lebih Inklusif di Hari Film Nasional
Hari Film Nasional adalah kesempatan sempurna untuk berkontemplasi dan mengingat kembali komitmen industri perfilman Indonesia dalam menciptakan karya yang inklusif dan mudah diakses oleh semua kalangan, termasuk tunanetra. Dengan menyediakan fitur deskripsi audio, dunia perfilman Indonesia dapat lebih menghargai keberagaman dan memastikan bahwa semua orang dapat menikmati keindahan dan kekayaan budaya yang ada di dalamnya. Inilah saat yang tepat untuk meningkatkan inklusivitas dalam dunia perfilman Indonesia, dan fitur deskripsi audio bisa menjadi langkah awal yang sangat berarti.
Dengan adanya dukungan dari seluruh pihak, mulai dari pemerintah, elemen industri perfilman, organisasi dan masyarakat, kita dapat mewujudkan dunia perfilman yang lebih inklusif, semakin banyak film Indonesia yang menyediakan deskripsi audio, memperkaya pengalaman menonton untuk tunanetra, serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya aksesibilitas dalam seni dan hiburan. Selamat Merayakan Hari Film Nasional 2025!
*Juwita Maulida