“Kadang setelah selesai belajar keyboard, Sigit nggak langsung pulang. Tapi malah duduk-duduk di studio musik Mitra Netra sampai sore, Cuma buat mendengarkan kakak-kakak tunanetra yang lain bermain musik dan mengaguminya,” Begitulah Adi Ariyanto, konselor sekaligus guru Musik di Yayasan Mitra Netra bercerita tentang salah satu muridnya, Sigit Radityo Nugroho. Menurut Adi, semangat Sigit dalam belajar musik merupakan bukti nyata bahwa musik dapat memberi dampak positif pada perkembangan seorang tunanetra.
Adi menguraikan, bahwa musik bisa menjadi sebuah “terapi” bagi seseorang yang mengalami dampak psikologis akibat ketunanetraannya. Sebagai pengajar alat musik keyboard, Adi memiliki banyak murid dengan beragam alasan untuk belajar musik. Mulai dari alasan ingin menekuni musik dengan serius, sebagai hiburan dan relaksasi, meningkatkan kepercayaan diri atau sebagai sarana mengekspresikan diri. “musik memiliki bahasa universal, mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan setiap manusia dan tidak perlu memiliki tingkat pendidikan tertentu untuk mengerti musik, sehingga musik inilah yang bisa masuk ke perasaan setiap orang dan membebaskan emosinya,” jelas Adi.
Tentang muridnya yang bercita-cita ingin menjadi pemain musik berbakat itu, Adi pun melanjutkan ceritanya dengan bersemangat. Sejak mengikuti kursus di bulan April 2019 hingga sekarang, Sigit hampir tidak pernah absen. Menurut Adi, Sigit hanya absen ketika dia sakit. Adi merasa tekad kuat anak berusia 12 tahun ini sungguh sangat membuatnya terkesan. Sigit sangat rajin dan tekun dalam memahami semua materi belajar keyboard. Dia seakan tidak ingin menyia-nyiakan seluruh materi dan wwaktu yang diberikan di setiap jadwal kursusnya. Faktor itulah yang lantas membuat Sigit mengalami kemajuan yang pesat.
“untuk anak di usianya (12 tahun), Sigit seperti memiliki pikiran yang cukup mendalam. Bisa dibilang dewasa sebelum waktunya. Tapi ketika dia belajar keyboard dan memainkan musiknya, dia lebih terlihat bebas dan gembira, seperti meninggalkan beban pikirannya. Semangatnya pada saat main musik seperti terrus membara, tidak pernah padam. Bisa dikatakan, kalau Sigit menemukan passion-nya atau gairah hidupnya pada musik. Itu yang istimewa dari Sigit”, ungkap pria yang juga seorang tunanetra low vision ini.
Baca juga: Ikuti Layanan Fisioterapi, Daffa Alami Perkembangan Pesat
Dihubungi secara terpisah, ibunda Sigit menyatakan hal serupa. Perempuan bernama Siti Aminah ini mengisahkan bahwa Sigit kecil sangat gemar memainkan alat musik dan bernyanyi. Minat dari anak bungsunya tersebut muncul sejak usia 3 tahun. Perempuan berdarah Jawa ini menceritakan bahwa Sigit yang menjadi low vision sejak usia 2 tahun, terus mengungkapkan keinginannya untuk bisa belajar musik. Akan tetapi, keadaan ekonomi yang terbatas serta kondisi ketunanetraan Sigit membuatnya urung untuk mendaftarkan sang buah hati kursus musik. Beruntunglah, ketika Sigit pindah sekolah ke SLB A Pembina tingkat nasional, salah satu guru menyarankan sang ibu untuk membawa Sigit kursus musik di Yayasan Mitra Netra.
“saya sangat bersyukur ada Mitra Netra. Cita-cita Sigit untuk belajar musik bisa tercapai. Walaupun tempat tinggal saya jauh, tapi saya tetap berusaha untuk menemani Sigit meraih impiannya”, ujar ibunda Sigit sambil terisak haru.
Dengan jadwal kursus musik seminggu sekali di Mitra Netra, saat ini kemajuan Sigit memainkan alat musik keyboard bisa dikatakan cukup pesat. Hal ini tentunya berkat dukungan sang ibunda yang merupakan orang tua tunggal bagi Sigit. Siti Aminah tidak pernah lelah menemani anaknya berangkat ke sekolah, memeriksakan kesehatan ke rumah sakit hingga kursus musik di Mitra Netra, meski harus menempuh jarak yang jauh dari tempat tinggalnya di kawasan Ciracas, Jakarta Timur setiap hari. Dukungan juga diberikan kedua kakak perempuan dari anak laki-laki kelahiran Jakarta, 20 November 2008 ini.
“sebagai ibu, saya lebih semangat dari Sigit. Karena ini juga menjadi tanggung jawab saya sebagai orang tua. Sedang kakak-kakaknya selalu support dan bangga sama Sigit. Jadi meski Sigit sekarang masih perlu banyak belajar, kita semua keluarganya terus mendukung dan bangga sama Sigit”, cerita Siti Aminah.
Baca juga: Rayakan Hari Buku Nasional Bareng Juwita Maulida, Tunanetra Penggila Buku
Sigit yang saat ini sedang menempuh tahun ke-4 sekolah dasar, telah memberikan teladan bagaimana dalam sebuah kesederhanaan anak tunanetra terdapat sebuah keinginan dan impian yang sangat besar. Kecintaannya pada musik juga telah menghidupkan semangat dan gairah hidup yang sebelumnya hampir padam. Sebagai pengajar, Adi berharap suatu saat Sigit mampu menggapai kesuksesan dan cita-citanya di bidang musik. Sang ibunda pun berharap suatu hari Sigit mampu berkarya di bidang musik, mampu memiliki penghasilan dan hidup mandiri.
“terima kasih untuk Mitra Netra, karena sudah hadir untuk memperhatikan anak-anak tunanetra seperti Sigit. Dengan adanya layanan Mitra Netra, termasuk kursus musik, telah membuat Sigit kembali menemukan kegembiraannya dan impiannya yang tadinya tidak mungkin menjadi mungkin” , ucap Ibunda Sigit penuh syukur.
*Juwita Maulida