Tuhan menciptakan manusia dalam kondisi yang berbeda-beda. Ada perbedaan warna kulit, suku atau ras, serta perbedaan warna dan bentuk rambut. Namun, ada pula perbedaan yang mengakibatkan orang memiliki kebutuhan khusus. Mereka adalah para penyandang disabilitas; yaitu para tunanetra, tunarungu, tunadaksa, orang-orang dengan hambatan kecerdasan atau tunagrahita, penyandang autistik, bahkan orang-orang dengan disabilitas ganda serta multi disabilitas, misalnya tunanetra dan tunarungu, tunadaksa serta tunarungu, disabilitas akibat kelumpuhan sebagian fungsi otak, dan sebagainya.

Untuk membaca buku, para tunanetra harus menggunakan buku Braille dan/atau buku audio; untuk berjalan, mereka yang memiliki hambatan mobilitas harus dibantu dengan kursi roda, dan untuk berkomunikasi, para tunarungu harus menggunakan bahasa isyarat dan/atau bahasa tulisan.

Adalah menjadi tugas negara melalui semua pemangku peran terkait untuk memenuhi kebutuhan khusus tersebut, sehingga orang-orang yang berkebutuhan khusus ini dapat menjalani kehidupan yang berkuaulitas dan dapat berperan di masyarakat sebagai aset pembangunan negara, sesuai fungsi dan kemampuan masing-masing.

Salah satu kebutuhan khusus yang harus disediakan oleh penyedia layanan publik adalah kebutuhan di bidang transportasi. Saat bepergian, tak selamanya orang-orang berkebutuhan khusus dapat ditemani oleh seorang pendamping. Jika mereka harus bepergian sendiri, petugas penyedia layanan harus membantu mereka, sehingga mereka dapat bepergian dengan aman dan nyaman.

Sebagai salah satu mitra pemerintah, Pilar Indonesia Peduli SIKIB memprihatinkan kondisi masih minimnya fasilitas aksessibilitas bagi orang berkebutuhan khusus di sektor transportasi publik. Itu sebabnya, SIKIB melakukan langkah-langkah kongkrit untuk berperan memperbaiki situasi ini.

Komitmen ini muncul saat Lusie Susantono “ istri wakil menteri perhubungan – dari Pilar Indonesia Peduli SIKIB berkunjung ke Yayasan Mitra Netra. Dari diskusi bersama para tunanetra di lembaga ini, terungkaplah persoalan masih minimnya aksessibilitas layanan di bidang transportasi. Persoalan ini kemudian dibahas dengan lebih mendalam dalam rapat yang dipimpin oleh Annie Numberi “ Istri Menteri perhubungan.

Sebagai tindak lanjut dari rapat tersebut, SIKIB memutuskan perlunya ada kerja sama yang institusional dengan Kementerian Perhubungan. Olehkarenanya, diperlukan penandatanganan nota kesepahaman antara SIKIB dengan Kementerian Perhubungan, yang bertanggungjawab membangun sistem transportasi publik. Sebagai model awal, SIKIB mengajak Sriwijaya Air, salah satu operator di bidang transportasi udara, memperbaiki sistem layanannya agar menjadi layanan yang ramah bagi penyandang disabilitas.

Agar langkah ini dapat diketahui publik secara luas dan menginspirasi pihak-pihak lain, pada tanggal 1 Agustus 2011, bertepatan dengan hari pertama di bulan Ramadhan, SIKIB, bekerja sama dengan Kementerian perhubungan, Yayasan Mitra Netra dan Sriwijaya Air, mengadakan peluncuran kerja sama tersebut. Peluncuran diselenggarakan di Ruang Mataram kantor Kementerian Perhubungan.

Pada hari tersebut, acara diawali dengan penampilan tim angklung tunanetra binaan Yayasan Mitra Netra, yang dilanjutkan dengan sambutan Direktur Eksekutif Mitra Netra Bambang Basuki. Dalam sambutannya, Direktur Eksekutif Mitra Netra antara lain menyampaikan bahwa kerja sama antara SIKIB dan Kementerian Perhubungan ini merupakan momentum, guna perbaikan aksessibilitas layanan transportasi publik di Indonesia, khususnya bagi para penyandang disabilitas.

Acara dilanjutkan dengan Penandatanganan Kerja sama antara Sriwijaya Air bersama Mitra Netra. Pihak Sriwijaya Air diwakili oleh Direktur Utama, sedangkan Mitra Netra diwakili oleh Direktur Eksekutif. Kerja sama ini difokuskan untuk pembuatan prosedur keselamatan penerbangan dalam versi huruf Braille serta penyelenggaraan pelatihan baik untuk staf darat maupun kru kabin tentang bagaimana memberikan pelayanan khusus kepada para tunanetra saat mereka bepergian sendiri.

Dalam sambutannya, Direktur Utama Sriwijaya Air antara lain menyampaikan bahwa kerjasama ini wujud komitmen Sriwijaya Air dalam memberikan pelayanan terbaik untuk pelanggannya, khususnya untuk pelanggan tunanetra. Lebih jauh lagi, Sriwijaya Air akan terus berupaya untuk memahami dan mengerti akan kebutuhan dan keinginan pelanggan tunanetra dengan cara melakukan kerjasama dengan Yayasan Mitra Netra dalam rangka melakukan pelatihan. Training yang dimaksud adalah pelatihan untuk para cabin crew dan staf darat Sriwijaya Air dalam memberikan pelayanan khusus untuk tunanetra. Dengan menyadari adanya ketidaksesuaian dalam tata cara melayani, maka pelatihan tersebut akan terus dilakukan secara intensif.

Pada event ini, Sriwijaya Air juga menerima penghargaan dari Musium Rekor Indonesia (MURI), sebagai perusahaan penerbangan pertama di Indonesia yang memulai penyediaan aksessibilitas layanan bagi penumpang berkebutuhan khusus.

Kepedulian SIKIB pada pentingnya penyediaan layanan transportasi publik yang ramah pada para tunanetra juga diwujudkan dengan menyumbangkan dua buah baju pelampung kepada Yayasan Mitra Netra. Kedua baju pelampung ini akan digunakan untuk melatih tunanetra tentang prosedur keselamatan penerbangan.

Dalam sambutannya, Ketua III SIKIB Sylvi Agung Laksono menyampaikan bahwa SIKIB sangat mengharapkan kerjasama yang sangat baik ini akan juga dilaksanakan oleh operator penerbangan lain, serta jenis transportasi lain seperti pelayaran dan kereta api. Lebih dari itu, SIKIB mengharapkan kerjasama dengan Kementerian Perhubungan dapat mewujudkan juga kerjasama yang mencakup semua program-program SIKIB dari kelima pilar selain Indonesia Peduli, juga Indonesia Pintar, Indonesia Sehat, Indonesia Hijau dan Indonesia Kreatif, dengan maksud mulia agar dunia transportasi di Indonesia mampu mencerminkan masyarakat sejahtera.

Puncak acara peluncuran ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman antara SIKIB dan Kementerian Perhubungan, sebagai upaya bersama guna mendorong penyediaan aksessibilitas layanan transportasi publik bagi orang-orang berkebutuhan khusus, serta sambutan Menteri Perhubungan RI Freddy Numberi. Dalam Sambutannya, Menteri Perhubungan antara lain menyampaikan pentingnya memberikan perhatian dan kepedulian kepada para pengguna transportasi yang memiliki kebutuhan khusus. Kementerian Perhubungan secara terus menerus mendorong agar para penyelenggara layanan jasa transportasi dapat terus meningkatkan pelayanannya, sehingga hak setiap pengguna dapat terpenuhi tanpa membedakan kondisi fisik seseorang. Melalui momentum ini, Menteri Perhubungan meminta agar semua pihak termasuk regulator maupun operator layanan jasa transportasi mengambil peran aktif dalam mereplikasi langkah yang telah dicetuskan dalam acara ini.

Layanan transportasi memiliki fungsi yang vital dalam kehidupan masyarakat. Dengan adanya layanan transportasi yang ramah untuk semua, masyarakat, termasuk para penyandang disabilitas akan dapat berperan lebih besar membangun negara ini. *Aria Indrawati

Leave Comment