Semua mungkin tak terbayangkan sebelumnya oleh Bambang Basuki bahwa ia harus mengalami glaukoma (meningkatkan tekanan cairan bola mata) ketika masa remaja, justru saat ia harus menghadapi ujian akhir sekolah. Merasa putus asa, ia pun sempat mengurung diri selama 5 tahun tanpa melakukan apapun. Lelah dengan keputusasaan, akhirnya ia memutuskan untuk bangkit dari keterpurukannya.

Bambang mendaftar ke sebuah sekolah keguruan, namun ia ditolak lantaran kondisinya yang tunanetra. Tak mau menyerah, justru ia mendaftar ke sebuah institut keguruan negeri di Jakarta. Setelah melalui perjuangan yang cukup berat, akhirnya ia diterima. Prestasi Bambang pun tak kalah dengan teman-temannya. Meskipun tunanetra, namun nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) Bambang menduduki peringkat tertinggi di angkatannya. Sayangnya, ia kembali mengalami perlakuakn diskriminatif dengan dibatalkannya ia menjadi mahasiswa terbaik lantaran kondisinya tunanetra.

Banyaknya kejadian yang dialami oleh Bambang sejak ia mengalami tunanetra, menjadikannya merasakan bahwa kebutuhan akan tersedianya fasilitas bagi para tunanetra untuk mengembangkan diri sangatlah penting. Pada tahun 1991, bersama beberapa temannya di Pertuni (Persatuan Tunanetra Indonesia), Bambang mendirikan Yayasan Mitra Netra, sebuah lembaga yang bertujuan membantu para tunanetra untuk berkembang terutama dalam hal pendidikan dan lapangan kerja.

Yayasan Mitra Netra bertempat di daerah Lebak Bulus, Jakarta. Yayasan ini memberikan beragam layanan yang bisa dimanfaatkan oleh tunanetra secara cuma-cuma. Di antara layanan yang diberikan adalah rehabilitasi. Layanan rehabilitasi membantu para tunanetra untuk mengurangi dampak psikologis yang mereka alami. Selain itu, ada pula layanan pendampingan pendidikan untuk berbagai mata pelajaran. Baik siswa SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi bisa memperoleh layanan ini.

Untuk membekali para tunanetra dengan kemampuan IT, Yayasan Mitra Netra juga memberikan pelatihan ‘komputer bicara’ dengan instruktur yang expert, yang kondisinya juga tunanetra. Tak sebatas itu, untuk mendukung para tunanetra dalam mengembangkan bakat seni mereka, yayasan ini juga memfasilitasi pelatihan musik (grup “Saung harmoni”) dan pelatihan menulis, Bengkel Sastra. Yayasan inipun semakin produktif dengan memproduksi buku-buku Braille secara berkala berdasarkan permintaan anggota (Based on request). Buku-buku Braille tersebut dapat dengan mudah diakses oleh tunanetra melalui perpustakaan yayasan.

Perpustakaan Yayasan Mitra Netra menjadi lokomotif yang menarik 35 gerbong perpustakaan Sekolah Luar Biasa (SLB) di seluruh Indonesia dengan kurang lebih 2000 siswa tunanetra di dalamnya. Tidak hanya itu, lokomotif ini pun menjadi tempat para relawan yang membacakan buku dan merekam suara mereka untuk para tunanetra. Sekitar 300 judul buku audio dihasilkan oleh para relawan ini setiap tahunnya.

Bambang, sebagai pendiri yang saat ini juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif merasa bahwa tunanetra sudah selayaknya mendapatkan hak yang sama dengan yang bukan tunanetra. Di bawah pimpinannya, Yayasan Mitra Netra berhasil meraih berbagai penghargaan, bahkan hingga di tingkat internasional.

Rabu, 14 Maret 2012, 11:31:20 WIB

http://www.kickandy.com/hope/profile/read/bambang-basuki.html

Leave Comment