Illustrasi penyandang tunanetra saat menggunakan alat untuk produksi podcast (UMN/Samiaji Bintang Nusantara)

Oleh: Ryan Richardo

BANTEN – Memasuki abad ke-21, podcast sebagai salah satu media berbasis audio semakin populer di seluruh dunia. Dilansir dari katadata.co.id, pendengar podcast di Indonesia telah mencapai 35,6% dari seluruh pengguna internet dengan rentang umur 16-64 tahun. Peringkat ini membuat Indonesia berada di peringkat kedua negara dengan pendengar podcast terbanyak di dunia. Data ini tentunya menjadi bukti bahwa potensi pekerjaan dalam bidang podcast sangat diminati oleh masyarakat Indonesia untuk mendengar dan membuat konten berbasis audio yang satu ini. Lalu, bagaimana dengan tunanetra? Apakah para tunanetra dapat berpartisipasi dalam industri podcast sekarang ini?

Yayasan Mitra Netra, sebagai salah satu organisasi nirlaba yang bertujuan untuk meningkatkan pendidikan dan memperluas lapangan kerja para tunanetra turut berpartisipasi dalam merencanakan pembuatan podcast. Yayasan yang didirikan di Jakarta, 14 Mei 1991 ini bertujuan untuk membantu para tunanetra melakukan kerja sama dengan mereka yang bukan tunanetra.

Bambang Basuki atau yang biasa dikenal dengan nama “Bambang” sebagai salah satu pendiri dari Yayasan Mitra Netra mendedikasikan dirinya untuk membantu para tunanetra. Dimulai dari pengalaman pribadi beliau saat mengalami penyakit glaukoma saat remaja, ia mulai berjuang setelah menjadi guru di sekolah luar biasa untuk tunanetra. Melalui pengajaran itu, beliau ingin mendorong para tunanetra untuk mendapatkan pendidikan yang lebih ramah dan setara siswa lainnya.

Yayasan Mitra Netra pada saat ini turut memanfaatkan penggunaan audio dalam bentuk podcast. Melalui pelatihan lewat komputer dan juga teknologi, Yayasan Mitra Netra memiliki keunikan tersendiri dalam mendidik para tunanetra. Selain itu, yayasan ini juga bekerja sama dengan salah satu universitas, yaitu Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Yayasan Mitra Netra melakukan kolaborasi untuk membimbing anggota tunanetra dalam menggunakan alat-alat produksi konten audio podcast. Tidak hanya itu, mereka juga akan diajarkan untuk melakukan editing untuk memilah dan menentukan audio yang cocok untuk cerita mereka. Pada nantinya, hasil dari para tunanetra akan dipublikasikan pada platform media podcast seperti Noice dan KBR.

Bersamaan dengan proyek ini, Pak Bambang sebagai ketua pengurus Yayasan Mitra Netra, sangat berharap bahwa projek ini dapat terus berlanjut hingga menjadi terkenal atau popular. Beliau juga berharap supaya semakin banyak orang yang mengenal Yayasan Mitra Netra melalui kolaborasi proyek podcast yang sedang dikerjakan saat ini. Melalui pertemuan dengan pihak UMN, ia juga mengharapkan bahwa proyek ini dapat terus mendorong para tunanetra untuk lebih termotivasi dalam menciptakan podcast dengan topik yang menarik dan belum pernah diangkat atau dibahas sebelumnya.

Bapak Samiaji Bintang Nusantara S.T., M.A., sebagai Kepala Program Studi Jurnalistik Universitas Multimedia Nusantara (UMN) juga menyetujui pendapat dari Pak Bambang mengenai kolaborasi antara UMN dengan Yayasan Mitra Netra. Beliau yang akrab disapa dengan nama “Pak Bintang” juga mengharapkan supaya kolaborasi ini dapat menjadi starting point bagi mahasiswa UMN untuk membantu dan memfasilitasi para tunanetra di Yayasan Mitra Netra.

“Kolaborasi ini diharapkan bisa menjadi awalan bagi UMN untuk ikut mendukung dan mempromosikan hak-hak aksesibilitas bagi disabilitas,” kata Pak Bintang saat diwawancarai di UMN pada Kamis, 7 September 2023.

Proyek ini menjadi salah satu bukti bahwa Yayasan Mitra Netra mencari terobosan baru bagi para tunanetra. Lembaga ini tidak hanya mengajar, tetapi juga mendorong ide-ide kreatif nan unik yang dimiliki oleh anggota Mitra Netra. Melihat dari prospek pekerjaan, hingga saat ini masih belum ditemukan adanya podcast popular yang diciptakan dan diproduksi oleh para tunanetra. Beberapa dari bentuk podcast hanya berupa pengalaman pribadi yang tidak begitu diusut jelas dan kurang menarik untuk didengarkan. Kedepannya, proyek ini diharapkan akan menjadi salah satu produksi yang dapat menginspirasi para tunanetra untuk membuat podcast.

Faktanya, mencapai kesuksesan dalam dunia podcast tidak dilihat dari pengalaman dalam bidang broadcasting atau memiliki latar belakang pekerjaan di media. Melalui ide yang kreatif, pemahaman target audiens, dan teknik perekaman yang baik sudah cukup untuk menciptakan audio podcast yang menarik. Ini tentunya menjadi keuntungan bagi tunanetra untuk menghasilkan karya mereka. Tentunya, ada keuntungan yang dimiliki tunanetra dalam memproduksi suatu podcast.

Pertama, kelebihan yang dimiliki oleh tunanetra merupakan pemanfaatan kemampuan pendengaran. Para tunanetra memiliki pendengaran dan pemahaman tentang suara yang lebih baik dari orang biasa. Dalam membuat podcast, mereka dapat menghasilkan kualitas audio yang lebih tinggi karena proses perekamanan dan editing audio yang lebih teliti. Proses pencarian suara dan penentuan audio juga dapat dihasilkan dengan maksimal karena pengalaman para tunanetra dalam mendengar suara disekitarnya yang lebih baik.

Lalu, para tunanetra juga memiliki kepekaan terhadap nuansa suara. Melalui pendengaran, mereka dapat menentukan dan merasakan perbedaan suara yang rendah dan tinggi atau halus dan kasar dalam pembuatan audio sesuai kebutuhan mereka. Dalam dunia podcast, faktor ini sangat penting karena penggunaan dramatisasi dan emosi dalam pembuatan audio dapat menciptakan hasil karya yang lebih menarik untuk didengar.

Kelebihan lainnya yang dimiliki oleh rekan tunanetra berupa angle topik yang menarik untuk dibagikan. Mereka tentunya memiliki pengalaman yang beragam mengenai cara pandang terhadap dunia dan bagaimana mereka melakukan aktivitas sehari-hari. Lalu, mereka juga dapat membagikan tips-tips menggunakan kode braile atau teknologi yang dapat membantu para tunanetra yang berada di seluruh Indonesia. Topik-topik seperti ini akan menjadi daya tarik tersendiri bagi para pendengar.

One comment for “Podcast: Peluang Berkarya bagi Tunanetra di Era Digital

Leave Comment