low vision sedang membaca buku dengan magnifier

Extra Cost of Disability atau biaya tambahan yang harus dikeluarkan oleh para penyandang disabilitas merupakan tantangan nyata yang dialami di kehidupan sehari-hari. Sahabat Tunanetra pun mengalami hal tersebut. Meskipun telah banyak kemajuan dalam memahami dan mendukung kehidupan tunanetra, masih terdapat berbagai kebutuhan yang mengharuskan mereka untuk mengeluarkan biaya tambahan. Tentunya fakta ini sering terlupakan atau bahkan mungkin tidak disadari oleh banyak orang. Sebagai tambahan wawasan, yuk baca artikel berikut yang menguraikan 5 jenis Extra Cost of Disability yang lazim ditanggung oleh Sahabat Tunanetra.

Baca juga: Mengenal dan Memahami Extra Cost of Disability

 

1.    Biaya Alat Bantu Khusus

Jenis Extra Cost pertama yang umum ditanggung oleh tunanetra adalah biaya alat bantu khusus. Jenis alat bantu yang dibutuhkan oleh Sahabat Tunanentra mulai dari tongkat putih untuk bermobilitas, magnifier untuk membaca bagi para low vision, alat tulis Braille, dan masih banyak lagi. Tak hanya itu, jika tunanetra harus menempuh pendidikan di sekolah, perkuliahan, atau bekerja, mereka membutuhkan alat bantu, seperti alat perekam, pemindai, alat bantu untuk membaca buku (mobile reading device), hingga perangkat laptop dan ponsel pintar yang dilengkapi dengan pembaca layar. Tentunya biaya yang harus dikeluarkan untuk pembelian, pemeliharaan, dan penggantian alat-alat bantu khusus tersebut tidaklah murah. Pasalnya, beberapa peralatan tertentu harus diimpor dari luar negeri dan dikenakan beban pajak yang membuat harganya jauh lebih mahal ketika dijual di Indonesia.

Baca juga: Ini Dia! 4 Alat Bantu untuk Keseharian Penyandang Low Vision

 

2. Buku dan Materi Berformat Braille

Bahan bacaan atau buku pelajaran berformat Braille merupakan kebutuhan utama bagi siswa tunanetra dalam menempuh pendidikan. Biaya untuk memproduksi buku/materi dalam format Braille ini cukup tinggi. Faktor yang memengaruhi biaya produksi buku Braille, antara lain penggunaan kertas yang berbeda, perbandingan 1 halaman cetak tinta yang menjadi 3 halaman pada kertas Braille, dan ketersediaan serta pemeliharaan printer Braille yang mahal. Jika biaya produksi buku Braille ini dibebankan seluruhnya pada tunanetra, maka dapat dipastikan banyak keluarga yang memiliki anak tunanetra tidak sanggup menanggung Extra Cost tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan mitra Netra untuk meringankan beban biaya tambahan ini adalah dengan menyediakan layanan peminjaman buku pelajaran Braille bagi siswa tunanetra secara Cuma-Cuma. Selain itu, Sahabat Tunanetra juga dapat mencetak materi Braille, hanya dengan mengganti biaya cetak, alih-alih membayar seluruh biaya produksi yang cukup tinggi.

 

3. Biaya Transportasi

Biaya transportasi adalah jenis Extra Cost berikutnya yang sering ditanggung oleh tunanetra. Transportasi publik mungkin tidak selalu mudah diakses bagi penyandang tunanetra. Permasalahan umum yang kerap menjadi tantangan bagi tunanetra adalah jalur transportasi yang tidak terintegrasi, tidak adanya fasilitas untuk penyandang disabilitas, tidak praktis karena harus berganti-ganti moda transportasi, dan lain-lain. Oleh sebab itu, mereka mungkin perlu mengandalkan bantuan pendamping atau menggunakan layanan transportasi khusus, seperti taksi yang biayanya jauh lebih mahal untuk bepergian. Di kota besar, seperti Jakarta, transportasi publik cukup berkembang dalam segi aksesibilitas bagi penyandang disabilitas. Misalnya, tersedianya kartu Trans Jakarta khusus penyandang disabilitas, adanya petugas yang mendampingi tunanetra di stasiun MRT atau KRL, hingga beberapa fasilitas transportasi mobil Trans Jakarta Care khusus untuk penyandang disabilitas di wilayah Jakarta. Sarana dan prasarana yang aksesibel bagi penyandang disabilitas tersebut memang cukup meringankan beban biaya tambahan transportasi tunanetra yang tinggal di kota besar, namun ketersediaannya belum merata, terutama di kota yang lebih kecil.

 

4. Biaya Pendamping

Sahabat Tunanetra terkadang memerlukan pendamping untuk membantu mereka dalam aktivitas sehari-hari. Beberapa  kegiatan yang biasanya membutuhkan pendamping adalah berbelanja, menghadiri acara di tempat baru, memeriksakan diri ke dokter, dan bepergian ke luar kota. Keluarga biasanya menjadi pilihan pertama ketika tunanetra membutuhkan kehadiran pendamping. Namun, jika keluarga tak dapat mendampingi, maka pilihan berikutnya adalah orang yang berada dalam lingkaran pertemanan hingga relawan. Sekilas diperhatikan, keberadaan pendamping ini tidak tampak memunculkan Extra Cost. Namun, jika dicermati, dengan adanya pendamping, biaya tambahan harus dikeluarkan oleh tunanetra, mulai dari biaya akomodasi dan transportasi, biaya makan, atau kompensasi penggantian waktu bagi relawan. Jadi, bagi orang nontunanetra yang bisa berkegiatan secara mandiri dan  cukup mengeluarkan biaya untuk satu orang saja, maka lain halnya untuk tunanetra yang harus mengeluarkan biaya tambahan dengan adanya pendamping.

Baca juga: Relawan, Pendamping, dan Teman Tandem Bagi Tunanetra, Apa Bedanya, Sih?

 

5. Biaya Pemeriksaan dan Perawatan Mata Secara rutin

Pemeriksaan kesehatan bisa jadi merupakan kebutuhan bagi setiap orang. Namun, Sahabat Tunanetra mungkin harus melakukan perawatan medis untuk mata secara rutin di samping pemeriksaan kesehatan umum. Berbagai jenis perawatan medis yang biasanya dilakukan oleh tunanetra, contohnya tindakan operasi, pembelian obat-obatan atau vitamin khusus mata, serta pemasangan atau perawatan protesa mata. nah, otomatis dengan adanya kebutuhan tersebut, tunanetra harus membayar biaya tambahan yang tidak perlu dikeluarkan oleh mereka yang bukan tunanetra.

 

Itulah 5 contoh jenis Extra Cost of Disability yang harus ditanggung oleh tunanetra dan keluarganya agar dapat menjalani kehidupan sehari-hari secara mandiri dan produktif. Tentunya masih ada jenis biaya tambahan lainnya, tergantung dari kebutuhan dan kondisi lingkungan setiap Sahabat Tunanetra yang berbeda-beda.

 

*Juwita Maulida

Leave Comment