Salam Inklusif

Pada awal Desember 2010, Pusat Data Nasional menyampaikan bahwa, diperkirakan pada tahun 2020 mendatang, berarti sepuluh tahun dari sekarang, jumlah manusia usia lanjut (manula) di Indonesia akan mencapai 11% dari jumlah penduduk. Jika, misalnya, jumlah penduduk Indonesia di tahun2020 mencapai 250 juta – kemungkinan besar bahkan lebih –, berarti jumlah manula adalah 27,500,000 orang. Dari jumlah ini, diperkirakan 80% masih produktif, yang berarti masih giat beraktifitas di masyarakat dan memiliki penghasilan sendiri. Sedangkan 20% sisanya tidak lagi produktif, berarti lebih banyak tinggal di rumah dan bergantung pada keluarga.

Bertambahnya jumlah manula produktif merupakan salah satu indikator keberhasilan di bidang kesehatan, baik fisik, mental/emosi, spiritual dan sosial, yang ditandai dengan lebih panjangnya usia harapan hidup masyarakat –; serta keberhasilan di bidang pendidikan, yang memungkinkan seseorang tetap dapat memberikan kontribusi dan berkarya di masyarakat meski di usia lanjut.

Situasi ini tentu akan memberikan konsekuensi tersendiri. Satu di antaranya adalah ketersediaan sistem layanan dan fasilitas fisik untuk manula.

Mengapa demikian? Kaarena faktor usia yang sudah lanjut, manula akan mengalami penurunan fungsi organ-organ tubuhnya, sehingga untuk melakukan aktivitas sehari-hari mereka membutuhkan bantuan /layanan dan fasilitas/sarana khusus, yang dahulu tidak mereka perlukan.

Jika dicermati, prinsip bahwa manula membutuhkan layanan dan fasilitas khusus ini sama seperti mereka yang menyandang disabilitas. Mereka yang menyandang disabilitas, karena mengalami penurunan atau gangguan yang bersifat permanen, atau bahkan ketidakberfungsian organ tubuhnya, pada saat tertenu dalam melakukan aktivitas sehari-hari juga membutuhkan bantuan/layanan serta sarana/fasilitas khusus.

Untuk membaca buku, tunanetra butuh buku yang berbeda, yaitu buku Braille, buku audio, atau buku dengan perbesaran huruf. Untuk berkomunikasi, tunarungu memerlukan bahasa isyarat atau komunikasi dengan gerak bibir yang jelas. Untuk mencapai tempat yang lebih tinggi, tunadaksa membutuhkan ram, dan sebagainya.

Fasilitas-fasilitas khusus tersebut juga diperlukan oleh manula, yang telah mengalami penurunan fungsi organ tubuh; penurunan fungsi mata, telinga, organ mobilitas dan motorik kasar, dan lain-lain.

Berarti, jika saat ini para pegiat isu disabilitas gencar memperjuangkan ketersediaan layanan dan sarana khusus untuk penyandang disabilitas, sebenarnya mereka juga sekaligus memperjuangkan ketersediaan layanan dan sarana khusus untuk manula.

Ini juga berarti, jika perjuangan para pegiat isu disabilitas ini mulai menampakkan hasil, berarti, mereka yang di tahun 2020 akan menjadi kaum manula, yang saat ini tidakmenyandang disabilitas, juga akan menikmati hasilnya.

Olehkarenanya, mereka yang memiliki kesungguhan akan pentingnya “standar desain yang bersifat universal” senantiasa mendorong agar segala sesuatu dirancang dengan standar universal, yang dapat mengakomodasikan kebutuhan semua orang siapa pun dia; orang tidak menyadang disabilitas, orang yang menyandang disabilitas, serta orang lanjut usia. Dalam merancang sebuah situs penyedia informasi misalnya, kita harus memperhitungkan kebutuhan para tunanetra pengguna perangkat lunak pembaca layar. Dalam hal penyediaan informasi, akan lebih baik dalam sistem multi media, yang di dalamnya ada fasilitas teks, termasuk teks dengan perbesaran huruf, audio, serta gambar.

Jadi, mari kita berterima kasih pada para pegiat isu disabilitas, yang telah meluangkan energi memperjuangkan ketersediaan fasilitas dan layanan khusus untuk penyandang disabilitas, yang juga sangat berguna dan diperlukan oleh semua orang, saat kita menjadi manusia dengan usia lanjut. Ciptakan lingkungan yang ramah dan bebas hambatan untuk semua. *Aria.

Leave Comment