Olahraga golf tak hanya milik pemain bermata normal.
Posisi tubuh dan kelenturan otot merupakan hal terpenting.

Perempuan berambut sebahu itu memainkan stik golf di geng­gaman tangannya. Telinganya awas mendengarkan aba-aba dan instruksi dari pelatih. Mes­ki hanya berhadapan dengan simulator mesin golf, wanita bernama Aria Indrawati itu se­rius berlatih. “Saya senang bisa berlatih golf,” katanya kepada Prioritas, Rabu pekan lalu.

Bersama Juwita dan Denny, dua rekannya dari Yayasan Mitra Netra, Aria berlatih di Power Golf Academy (PGA), sebuah sekolah golf di kawasan Lippo Karawaci, Tangerang. Keterlibatan Aria dan rekan-rekannya bermain golf ber­mula dari tawaran Leo, pemilik PGA. “Mereka menawarkan apakah kami mau diajarkan main golf,” ujar Aria, yang menyandang low vision (pengli­hatan terbatas) itu.

Ia tertarik ketika Leo men­ceritakan bahwa seorang tuna netra di Korea bisa menjadi atlet golf profesional, serta da­pat mengikuti turnamen dan berbagai kejuaraan. “Sebagai lembaga yang memberdaya­kan tuna netra, Mitra Netra juga ingin tuna netra bisa ber-prestasi di bidang olah raga, dan menjadi profesional di bi­dang itu,” kata Aria. Mereka pun mulai belajar golf sepekan sekali sejak November lalu.

Untuk awal latihan, semua penyandang tuna netra tak langsung diterjunkan ke lapang-an. Latihan dipusatkan di dalam ruangan dengan meng­gunakan simulator khusus. Ke­tika alat simulator dinyalakan, muncul lapangan golf virtual. Cara bermainnya mirip de-ngan bermain virtual dancing atau need for speed di sebuah arena bermain game. Simula­tor ini yang akan membantu murid tuna netra untuk belajar melenturkan posisi tubuh dan melemaskan otot-otot sebagai salah satu kesiapan bermain golf. Termasuk belajar menga­yunkan stik golf (swing).

Seorang pendamping akan menuntun dan memberitahu­kan batasan-batasan si murid berdiri. Jika murid tuna ne­tra dianggap sudah mengua­sai cara mengayunkan stik golf, selanjutnya mereka akan dibimbing untuk memakai alat simulator golf hingga mahir. Jika sudah mahir, mereka diajak langsung ke lapangan golf sesungguhnya.

Pemilik PGA Leo optimistis semua orang, termasuk tuna ne­tra bisa bermain golf. “Bermain golf tidak memerlukan mata,” katanya kepada Prioritas. “Selama posisi tubuh benar, serta kelenturan otot dan urat tubuh sudah sesuai maka golf bisa dimainkan meski tak me­miliki penglihatan,” dia me­nambahkan.

Berdasarkan pengalaman-nya melatih tuna netra di Ko­rea, hampir semua murid akhirnya mampu menguasai lapangan dan permainan golf. Pengalamannya melatih di Negeri Ginseng itu pun dia te-rapkan untuk melatih tuna netra di Indonesia. Kepada para tuna netra, pria asal Korea yang te-lah dua tahun tinggal di Tanah Air ini memberikan kesempatan untuk menggunakan fasili­tas simulator golf secara gratis.

Leo yakin setiap orang akan mampu menguasai golf karena lapangan dan ukuran lubang (hole) yang digunakan di selu­ruh dunia adalah sama. “Jadi mau bermain di belahan dunia manapun, tak akan kebingung-an soal ukuran lapangan dan hole yang digunakan,” katanya.

Semangat yang dibawa Leo ditangkap oleh Aria, Juwita dan Denny. Mereka berharap bisa mengikuti kejuaraan golf untuk tuna netra. “Semoga pemerintah bersedia memfasilitasi kami, karena kami sudah be­rani memulainya,” ujar Aria.

Endah Lismartini| Rubayyi Astari

Sumber: http://www.prioritasnews.com/2013/04/25/mengayunkan-stik-tanpa-melihat/

Leave Comment