seorang perempuan menunduk dan menutup wajah dengan kedua tangan, tampak depresi

Saya adalah penyandang disabilitas netra total sejak lahir. Lika-liku hidup sebagai disabilitas netra mengantarkan saya berkenalan dengan sebuah lembaga literasi bernama Yayasan Mitra Netra (YMN).

Mitra Netra bukan sekadar penyedia bahan bacaan. Lebih dari itu, lembaga ini telah bertransformasi menjadi bagian terpenting dalam kehidupan sehari-hari saya. Mitra Netra tak hanya memenuhi kebutuhan kognisi, melainkan juga kebutuhan psikis saya.

Saya mulai mengetahui keberadaan Yayasan Mitra Netra pada 2013 ketika masih di Pondok Pesantren. Waktu itu, salah satu produk Mitra Netra, yakni Digital Talking Book (DTB) secara berkala dikirim ke pondok tersebut dan akan diputar melalui radio komunitas di sana. Maka secara rutin saya menyimak berbagai kisah melalui pemutaran DTB.

Setelah menamatkan pendidikan di Ponpes, saya tidak pernah lagi menyimak DTB. Hingga pada 2015, menjelang ujian persamaan, salah seorang guru memberi saya sejumlah DTB dari Mitra Netra. Kata beliau, DTB-DTB itu berisi materi pelajaran yang mungkin akan diujikan. Itu memang sangat membantu. Saya akhirnya bisa lulus ujian persamaan.

Usai urusan ujian persamaan, urusan saya dengan Mitra Netra dimulai lagi pada sekitar awal 2017. Saat itu saya baru saja dipaksa menenggak racun dari ssebuah pernikahan. Persoalan rumah tangga yang menyesakkan, sehingga menyebabkan trauma berlarut-larut membuat saya tak pernah lepas dari kondisi depresi. Bahkan, kepala saya teramat sering diterpa rasa nyeri yang tak tertahankan. Sampai-sampai terkadang saya perlu menjambak rambut sendiri dalam usaha melampiaskan rasa sakitnya. Akibatnya, saya tidak disarankan untuk memanjangkan rambut demi menghindari tindakan brutal semacam itu. Meski rambut luput dari kebrutalan, tidak lantas mengakhiri tindakan menyakiti diri sendiri itu. Tindakan yang mungkin terjadi di luar sadar saya itu beralih ke sekujur tubuh. Tak sulit menemukan bekas cakaran di tangan dan kaki saya. Sebab itu, baik orang tua maupun saudara-saudara selalu mengawasi, demi memastikan kuku-kuku saya tidak memanjang lebih dari batas normal.

Menghadapi cobaan nan tak tertanggungkan itu, saya kembali menemukan kekuatan melalui DTB produk Mitra Netra. Suatu hari di bulan Januari 2017, seorang teman dari provinsi lain menawari file-file audio yang disalinnya dari DTB yang berjudul Kisah 25 Nabi. File-file tersebut diunggahnya ke sebuah website sehingga bisa saya unduh. Ajaibnya, suara pembaca (reader) yang direkam dalam kepingan CD itu sangat mampu meredam nyeri di kepala saya.

Memang sering saya mendengar bahwa suara atau bunyi-bunyian tertentu dapat memengaruhi kerja syaraf seseorang, tapi itu biasanya berasal dari bunyi atau suara alam atau musik yang mengalun lembut. Kalaupun berupa suara seseorang, lazimnya suara itu berasal dari orang-orang terdekat.  Fenomena yang terjadi pada diri saya agak unik, apalagi karena waktu itu saya belum pernah berinteraksi atau berkomunikasi dengan pembaca mana pun dari Mitra Netra. Saya mencoba berselancar di internet untuk mencari tahu apakah yang saya alami ini telah pernah diteliti atau belum. Namun, sejauh ini saya belum menemukan fakta atau informasi yang menjelaskan fenomena tersebut. Tidak heran, masih terlalu banyak orang yang, ketika mendengar penuturan ini, menganggap itu hanya fiktif alias mengada-ada. Setiap orang boleh saja tidak percaya, tetapi memang itulah yang saya alami dan rasakan.

Setelah berulang kali menikmati Kisah 25 Nabi, saya penasaran apakah bisa mendapatkan DTB-DTB lain  dari Mitra Netra. Saya belum tahu apakah produk Mitra Netra dapat diakses juga oleh individu sebagaimana halnya lembaga. Teman-teman yang pernah memanfaatkan DTB dari Mitra Netra, semuanya menyatakan bahwa mereka memperolehnya dari sekolah asrama tempat mereka menempuh pendidikan.

Akhirnya, sekitar akhir 2017, pencerahan itu tiba. Melalui salah seorang teman di facebook, saya tahu bahwa produk-produk Mitra Netra dapat diakses oleh individu dengan cara meminjam atau membeli. Saya gembira bukan kepalang.

Tak sampai setengah hari setelah diberi nomor kontak petugas perpustakaan YMN, saya pun langsung menghubungi nomor tersebut, padahal hari itu Sabtu. Artinya, semua pegawai sedang libur. Ternyata petugas perpustakaan itu sangat ramah.

 

Dari pembicaraan itu, saya memahami bahwa Bagi pengguna yang berdomisili di Jakarta, mungkin meminjam adalah opsi terbaik. Akan tetapi, bagi saya yang tinggal jauh di desa terpencil, tepatnya di Provinsi Lampung, tidak ada opsi yang lebih rasional selain membelinya.

Sejak saat itu, hampir setiap dua minggu sekali saya memesan DTB dari Mitra Netra. Kebahagiaan saya tak terperikan setiap kali pesanan itu tiba. Karena hobi membaca cerita fiksi, maka sebagian besar pesanan saya berupa novel ataupun kumpulan cerpen.

Waktu terus berlalu, sangat banyak efek positif saya rasakan sejak kehadiran produk Mitra Netra dalam keseharian ssaya. Kualitas hidup saya semakin hari semakin meningkat. Tak hanya hiburan dan pengetahuan yang diperoleh, kesehatan psikis pun selalu terjaga. Saya yang tadinya kurang nafsu makan, kini mulai punya hobi makan. Saya yang awalnya sering susah tidur, kini memiliki pola tidur yang lebih teratur. Saya yang sebelumnya selalu terpuruk dalam keputusasaan, kini punya sumber motivasi dan semangat hidup.

Pernah suatu hari saya berkonsultasi pada seorang dokter, tepatnya psikiater. Ketika dia bertanya tentang cara saya mengatasi gangguan saraf ataupun mental yang kerap timbul, saya memutarkan file-file DTB yang telah saya salin ke ponsel. Dia pun memahami dan menyarankan agar saya terus menerapkan metode tersebut. Menurutnya, gelombang suara dari si pembaca dalam DTB itu memiliki efek menenangkan yang dapat membantu memulihkan kondisi mental saya yang tertekan begitu berat.

Berbagai pengalaman indah bersama YMN membuat saya tidak menolak ketika pada sekitar akhir 2019, saya didaftarkan oleh petugas perpustakaan menjadi pelanggan resmi. Iurannya pun sangat terjangkau, bahkan oleh orang yang belum punya penghasilan tetap seperti saya. saya hendak mengajak para pembaca, terutama yang belum sempat mendaftar sebagai klien Mitra Netra, untuk segera bergabung dan merasakan manfaatnya yang demikian luar biasa. Tidak hanya audio, YMN pun memproduksi buku braille dan electronic publication (epub) yang benar-benar aksesibel bagi disabilitas netra. Begitu pun dalam soal pelatihan. Setahu saya, di YMN terdapat berbagai jenis layanan yang bertujuan mewujudkan kemandirian para disabilitas netra. Misalnya pelatihan komputer, Orientasi dan Mobilitas, Bahasa Asing, Musik, dan masih banyak lagi.

Peran YMN memang sangat besar dalam penyembuhan luka-luka batin yang saya alami akibat pengalaman traumatis di masa lalu. Mendengarkan pembacaan buku dalam format audio telah membuka simpul-simpul mati yang selama ini menjerat saya dalam pemikiran skepptis dan pesimis tentang masa depan.

Kini, kendati luka itu masih ada, tetapi tak lagi menganga. Kini, meski derita itu masih mendera, tetapi tak lagi punya daya siksa.

Menukil salah satu kutipan favorit saya, yang saya dengarkan dari DTB berisi rekaman novel Orang-orang Biasa karya Andrea Hirata, “Barangsiapa yang Berani Melawan Kesepian, akan Menang Bertempur Melawan Kesedihan”, saya ingin menghaturkan beribu terima kasih kepada YMN yang telah membersamai saya merawat luka yang dulu tampak terlalu parah ini. Bersama produk Mitra Netra, tak ada waktu untuk merasa sepi, sehingga saya bisa menang melawan kesedihan. Selain itu, apresiasi setinggi-tingginya saya berikan atas eksistensi serta komitmen yang kuat selama tiga dekade untuk melayani para disabilitas netra. Teruslah berinovasi demi kemajuan literasi masyarakat, terutama warga disabilitas netra. Dirgahayu ke-30 tahun!

 

***

Echy Wardani

Juara 1 Lomba Menulis Essai dalam Rangka Peringatan HUT ke-30 Yayasan Mitra Netra

Leave Comment