Pembaca yang baik.

Seperti telah diketahui bahwa, selain memberdayakan tunanetra di wilayah jabodetabek, Mitra Netra juga menyebarluaskan layanan untuk tunanetra ke kota-kota lain di Indonesia. Beberapa layanan yang juga dinikmati oleh sahabat-sahabat tunanetra di kota-kota lain adalah layanan penyediaan buku Braille melalui perpustakaan Braille on-line www.kebi.or.id, yang hingga kini telah memiliki 45 produser buku Braille sebagai anggota; penyediaan buku bicara/audio digital, yang hingga kini telah menjangkau 34 kota melalui layanan perpustakaan untuk tunanetra di sekolah-sekolah luar biasa untuk tunanetra; serta layanan kursus komputer, yang hingga kini telah menjangkau 18 lembaga di seluruh Indonesia.

Setiap tahun, Mitra Netra mengadakan kunjungan monitoring dan evaluasi ke lembaga-lembaga yang telah dibantu dengan ketiga layanan tersebut.

Saat mengadakan kunjungan tersebut, representatif Mitra Netra tidak hanya bertemu dengan staf lembaga saja, namun juga bertatap muka langsung dengan para tunanetra yang menikmati layanan-layanan tersebut. Dengan kata lain, Mitra Netra secara rutin mengadakan “jumpa fans” dengan para tunanetra di daerah.

Tahun ini, saya mendapat tugas berkunjung ke SLB-A Bakti Luhur Malang, SLB-A Bakti Nurani Lampung, dan perwakilan Mitra Netra di Bandung yang berlokasi di SLB-A Pajajaran Bandung; ketiganya telah Mitra Netra bantu agar dapat mengawali kursus komputer untuk tunanetra. Kunjungan saya lakukan bersama Wenru Niu, koordinator program internasional Overbrook School for The Blind dari Amerika, yang mensponsori kegiatan tersebut bersama The Nippon Foundation.

Di malang, saya bertemu dengan empat orang tunanetra. Mereka pada umumnya baru dalam tahap awal mempelajari komputer; ada yang sedang berlatih mengetik, ada yang sedang belajar menulis cerita. Di Malang, pelatihan komputer diberikan oleh Suster Vin dan dibantu satu orang asistennya.

Di lampung, suasana jauh lebih dinamis. Ruangan kursus yang berisi – jika tidak salah ingat – lima komputer, dipenuhi tunanetra yang sehari-hari menjadi pengunjung dan siswa di pelatihan komputer tersebut. Pak Sukron, Wakil Kepala Sekolah yang juga seorang tunanetra bergelar master bidang pendidikan luar biasa adalah instrukturnya, dibantu dua orang mahasiswa tunanetra sebagai asisten instruktur.

Tidak hanya siswa tunanetra yang belajar komputer di Bakti Nrani Lampung, juga ada tunanetra dewasa yang ingin mengembangkan karir di bidang komposisi musik, ada juga tunanetra yang telah bekerja sebagai guru. Di sana, saya bertemu siswa tunanetra kelas dua SMP, yang usianya telah 25 tahun – karena terlambat sekolah –, yang bercita-cita ingin jadi anggota DPR.

Di Bandung, saya banyak bertemu dengan siswa-siswa tunanetra, baik yang bersekolah di sekolah luar biasa SLB maupun di sekolah umum, serta mahasiswa. Ada satu yang unik. Dayan, siswa kelas satu sebuah SMA negeri di Bandung, saat saya dekati dan bertanya sedang mengerjakan apa, dia bilang sedang menulis surat untuk Bapak Bupati Sukabumi kota dari mana ia berasal, menyampaikan permohonan bantuan biaya pendidikan. Anak yang kreatif. Dayan berasal dari keluarga tidak mampu, namun semangat belajarnya tinggi.

Penyebarluasan kegiatan kursus komputer untuk tunanetra yang Mitra Netra lakukan sejak tahun 1998, yang berawal di Bandung, telah memberikan harapan baru bagi para tunanetra di Indonesia. Ketrampilan menggunakan komputer tidak hanya membuat tunanetra menjadi lebih mandiri dalam mengerjakan tugas sekolah/kuliah, mencari dan mendapatkan informasi, serta hiburan di waktu luang, namun teknologi ini juga telah merevolusi kehidupan tunanetra.

Semula orang mengira tunanetra hanya bisa bekerja sebagai tukang pijat, sekarang, ada lebih banyak hal yang bisa dan terbukti bisa tunanetra lakukan dengan memiliki ketrampilan memanfaatkan teknologi komputer. Bekerja di bank pun bukan hal yang mustahil bagi tunanetra. *Aria.

Leave Comment