Wikan mengenakan kemeja putih dan blazer di depan gedung Universitas Harvard, Amerika Serikat

Perhatian dan kepedulian masyarakat terhadap isu disabilitas kini semakin meningkat. Hal ini tak lepas dari perjuangan tanpa henti dalam menyuarakan hak-hak para penyandang disabilitas. Dampak positif dari meningkatnya kesadaran masyarakat adalah muncul berbagai peluang kerja bagi para penyandang disabilitas, termasuk tunanetra. Salah satu profesi baru yang potensial untuk digeluti oleh penyandang disabilitas adalah disability inclusion officer. I Made Wikandana merupakan seorang tunanetra yang berhasil menempati posisi disability inclusion officer di Unicef Indonesia.  Pemuda asal Bali ini akan menjelaskan gambaran profesi tersebut. Penasaran? Yuk simak fakta-faktanya berikut!

Baca juga: Arti Sahabat Bagi Perjalanan Cerita Stella Putri Menjadi Tunanetra

 

Lingkup Pekerjaan Seorang Disability Inclusion Officer

menurut Wikan, sapaan akrab I Made Wikandana, ada dua tanggung jawab utama sebagai seorang disability inclusion officer. Di tempatnya bekerja, yakni Unicef Indonesia, banyak program-program yang dijalankan khusus bagi anak dan remaja, seperti pendidikan, perlindungan anak, nutrisi dan kesehatan, serta kebijakan sosial. Tugas disability inclusion officer yang pertama adalah mendukung tim internal organisasi dalam melaksanakan program-program tersebut. Tujuannya agar program dan kegiatan yang terselenggara menjadi lebih inklusif bagi anak-anak dan remaja penyandang disabilitas. Tugas kedua, seorang disability inclusion officer juga berperan sebagai penghubung antara program-program internal organisasi dengan komunitas-komunitas penyandang disabilitas yang ada di Indonesia.

 

Keterampilan yang Dibutuhkan Seorang Disability Inclusion Officer

Lantaran memiliki lingkup kerja yang sangat spesifik, maka seorang disability inclusion officer diharuskan mempunyai keterampilan yang khusus pula. Keterampilan tersebut yaitu, komunikasi yang baik serta memiliki pengetahuan yang spesifik terkait isu disabilitas maupun inklusivitas. Wikan mengatakan bahwa ada kemungkinan keterampilan yang diharapkan dalam menempati posisi disability inclusion officer berbeda-beda di tiap lembaga. Namun, dirinya meyakini bahwa dua keterampilan tersebut menjadi syarat utama yang dikehendaki lembaga ketika merekrut disability inclusion officer. Jika bekerja pada organisasi internasional, kemampuan berbahasa Inggris pun perlu dikuasai. Pasalnya, seorang disability inclusion officer akan sering berinteraksi pada lingkungan kerja yang multikultural serta berkomunikasi dengan kolega dari berbagai negara.

Baca juga: Berani Mencoba, Jurus Sakti Ayu Ningsih Hadapi Tantangan Sebagai Low Vision

 

Apakah Disability Inclusion Officer Hanya Khusus untuk Penyandang Disabilitas Saja?

Pada dasarnya, profesi ini dapat ditempati  oleh siapa saja, baik penyandang disabilitas maupun non-disabilitas. Akan tetapi, Wikan berpendapat bahwa teman-teman disabilitas memiliki keunggulan dalam mengisi posisi disability inclusion officer. Hal ini lantaran para penyandang disabilitas memiliki pengetahuan, bahkan pengalaman terkait isu disabilitas dan inklusivitas yang belum tentu dimiliki oleh orang non-disabilitas. Keunggulan inilah yang dapat menjadi nilai tambah dan dapat dimanfaatkan oleh para penyandang disabilitas. Kendati demikian, teman-teman disabilitas pun diharapkan memiliki pemahaman dan pengetahuan multisektorral pada isu disabilitas dan inklusivitas. Jadi, teman-teman disabilitas pun juga harus terus menambah wawasan serta mengikuti perkembangan terkait isu disabilitas, ya!

 

Tantangan yang Dihadapi Tunanetra Ketika Menempati Posisi Disability Inclusion Officer

Secara singkat, tugas dari seorang disability inclusion officer adalah mempromosikan gagasan dan praktik-praktik  baik tentang inklusivitas terkait isu disabilitas, khususnya pada segmen audiens yang baru atau  yang mungkin sama sekali belum terpapar pada isu ini. Oleh karena itu, dalam penyampaian ide, pengetahuan, dan praktik baik dari isu disabilitas tersebut hendaknya dengan metode yang menarik dan efisien. Sebagai tunanetra, hal ini cukup menantang. Pasalnya, penyampaian pesan tersebut perlu dikemas dan dipresentasikan dengan materi visual yang menarik. Selain itu, ketika akan memberikan ide dan saran, penting bagi tunanetra untuk mengenal kultur target audiens dan cepat beradaptasi pada situasi yang berlangsung. Wikan memberikan saran agar teman-teman tunanetra lebih proaktif dan tidak terperangkap dengan lingkungan yang terus menerus penuh pemakluman.

Baca juga: 3 Kunci Sukses Riandi Pratama Tembus Loker Bappenas

 

Sebagai tunanetra, Wikan  bersyukur bisa menempati posisi sebagai disability inclusion officer di Unicef Indonesia. Banyak pelajaran dan pengalaman berkesan yang diperolehnya selama menjalani profesi tersebut. Mulai dari menjadi perwakilan organisasi yang diundang ke forum-forum internasional, bertemu dan bergaul dengan beragam orang dari mancanegara, hingga mendengar pengalaman berharga dari pihak-pihak yang berkecimpung di isu disabilitas dan inklusivitas. Nah, bagaimana denganmu? Apakah tertarik untuk menggeluti karier sebagai disability inclusion officer juga?

 

*Juwita Maulida

Leave Comment