Mendorong lahirnya lebih banyak pemimpin dari kalangan tunanetra merupakan salah satu perhatian Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni). Pertuni tidak hanya menunggu lahirnya pemimpin secara alamiah, tetapi melakukan desain nyata.

Melalui gerakan kampanye pendidikan tinggi bagi siswa tunanetra, Pertuni menyelenggarakan pelatihan bimbingan karier untuk tunanetra. Langkah pertama dimulai di Payakumbuh, Sumatera Barat, pertengahan Februari 2011.

Penyelenggaraan kegiatan ini bekerja sama dengan Mitra Netra dan Agung Motivation Center (AMC). Kegiatan ini disponsori International Council of Education for People with Visual Impairment (ICEVI) dan The Nippon Foundation.

AMC adalah penyedia pelatihan motivasi dari Semarang, yang dipimpin Agung Rejeki Yuliastuti, tunanetra yang berprofesi sebagai psikolog. AMC dan Mitra Netra yang diwakili Irwan Dwi Kustanto mendesain pelatihan bimbingan karier bagi tunanetra ini dengan sangat menarik, tidak membosankan, dan diharapkan dapat mencapai tujuan secara efektif.

Pelatihan bimbingan karier selama tiga hari ini diikuti 17 tunanetra, terdiri atas 8 mahasiswa dan 9 siswa SMA. Para peserta belajar menghancurkan hambatan mental (mental block) yang selama ini menghambat keberhasilan hidup mereka. Belajar mengenali diri sendiri serta membangun impian masa depan. Belajar mengatasi tantangan secara kreatif. Juga diajarkan bekerja dalam tim dengan efektif dan efisien, mengalahkan rasa takut, dan mendorong diri sendiri agar mampu melampaui keterbatasan.

Semua topik tersebut disajikan dalam bentuk permainan-permainan menarik, di dalam dan luar ruangan, melalui permainan berkelompok dan permainan individu. Di antaranya enkering, yaitu menanamkan jangkar emosi ke pikiran bawah sadar bahwa tunanetra juga bisa meraih sukses. Juga permainan memindahkan balon dengan kaki dari satu orang ke orang lainnya. Diajarkan pula strategi membungkus telur hingga tidak pecah, meski dijatuhkan dari ketinggian satu setengah meter. Berpindah dari satu papan ke papan lainnya secara berantai, menyeberangi kolam buaya, melewati halang rintang secara sistematis, mendorong bola plastik dengan air hingga keluar dari tabungnya, dan berjalan di atas kobaran api.

Tokoh inspiratif pun dihadirkan. Irwan Dwi Kustanto, tunanetra yang menjabat Wakil Direktur Eksekutif Mitra Netra, penulis antologi puisi Angin Pun Berbisik, memberikan gambaran betapa tunanetra yang berangkat dari titik yang hampir sama dengan rata-rata tunanetra di negeri ini juga dapat meraih keberhasilan dalam hidupnya, menjadi pemimpin, dan membuat perubahan di negerinya. Semua itu diraih dengan komitmen dan kesungguhan kuat untuk berubah dan menciptakan perubahan. Juga mau bekerja keras dan kerja secara cerdas.

Agar peserta memiliki emosi yang kuat untuk membuat perubahan, fasilitator meminta mereka membuat public commitment. Para peserta berjalan di atas karpet menuju panggung dan meneriakkan impian serta berjanji akan bekerja keras meraih impian itu.

Tujuh belas tunanetra peserta pelatihan itu adalah mutiara. Mereka kemudian mendapat gelar “laskar Pertuni”. Mereka juga pemilik Indonesia di masa depan. *Aria Indrawati

Leave Comment