Uang merupakan salah satu pilar dalam kehidupan perekonomian kita. Uang berfungsi sebagai alat tukar saat kita melakukan transaksi. Adalah sangat penting setiap orang memiliki akses ke uang; dapat mengenalinya dan menggunakannya secara mandiri.

Sebagai alat tukar, uang dibagi menjadi dua bentuk. Ada uang kertas, ada uang logam atau koin.

Kelompok masyarakat yang paling berkesulitan dalam mengenali uang adalah para tunanetra. Berbagai upaya pun telah dilakukan untuk membuat tunanetra dapat membedakan nilai uang dengan memberikan unsur pembeda yang dapat dikenali tunanetra dengan lebih mudah.

Bagi tunanetra yang masih memiliki sisa penglihatan, unsur pembeda mata uang kertas adalah pada warna uang tersebut. Itu sebabnya, sangatlah penting mata uang kertas dibuat dalam warna warni yang mencolok dan berbeda satu sama lain untuk tiap nilainya. Di Indonesia, seratus ribu berwarna merah, lima puluh ribu berwarna biru, dan sebagainya. Uang kertas Dolar Australia pun juga dibuat dalam warna-warni yang mudah dibedakan mereka yang lemah penglihatan. Seratus dolar berwarna hijau, 50 dolar berwarna kekuningan, 20 dolar merah, dan seterusnya. Tidak demikian dengan dolar Amerika, yang semua berwarna sama.

Unsur pembeda mata uang yang lain adalah ukuran. Tiap nilai mata uang baik kertas maupun koin dibuat dalam ukuran yang berbeda, dan perbedaan ukuran ini harus dibuat konsisten. Kelemahan unsur pembeda ukuran adalah, tunanetra baru dapat mengenali nilai mata uang jika ada pembandingnya. Jadi, minimal harus memegang dua uang. Jika ia sedang memegang satu uang saja, — tak ada pembanding — tetap sulit bagi tunanetra menentukan berapa nilai uang kertas yang dipegangnya tersebut.

Untuk mengatasi hal ini, Bank sentral Pemerintah Federal Australia menciptakan alat sederhana yang berfungsi membantu tunanetra (totally blind) mengenali mata uang kertas dolar Australia. Alat ini disebut “note guide”, yaitu pemandu untuk mengenali mata uang kertas.

Note guide terbuat dari bahan plastik berwarna putih, berbentuk menyerupai dua lembar kertas yang dilipat. Jika dibuka lipatannya, ukurannya adalah, panjang 15,7 centimeter, dan lebar 6,5 centimeter. Dalam kondisi terlipat, ukuran note guide adalah panjang 8 centimeter, lebar tetap 6,5 centimeter, dengan sisi depan lebih panjang dari sisi belakang.

Pada setengngah bagian atas dari sisi muka note guide, terdapat lambang “Blind Citizen Australia”, organisasi asosiasi tunanetra di Australia, serupa dengan Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni). Sedangkan pada setengah bagian bawah sisi mukanya terdapat tanda Braille berurutan dari atas ke bawah,yaitu angka 5, 10, 20, 50 dan 100. Posisi angka-angka tersebut dibuat bersilang. Angka lima di sisi kiri, 10 di sisi kanan, 20 di sisi kiri, 50 di sisi kanan, dan 100 di sisi kiri. Angka-angka itu merepresentasikan nilai mata uang kertas dolar Australia. Pada bagian atas sisi belakang note guide tersebut terdapat kalimat bertuliskan Cash test, tanda dolar Australia. Di bawah kalimat tersebut bertuliskan: Issued by Blind Citizen Australia.

Bagaimana cara menggunakan note guide ini? Sangat mudah. Masukkan uang kertas dolar Australia yang ingin dikenali ke note guide. Lipat uang kertas tersebut sesuai ukuran note guide dalam keadaan terlipat. Ujung uang kertas yang ada di bagian dalam note guide harus menyentuh sudut lipatan ote guide. Dengan melipat uang kertas semacam ini, ujung lain dari uang kertas tersebut akan menyentuh angka Braille yang berada di sisi depan note guide. Jika ujung uang kertas menyentuh angka lima, berarti nilai uang tersebut adalah lima dolar. Jika kita menggunakannya dengan cara yang benar, pasti tak akan terjadi kesalahan, karena ukuran note guide ini benar-benar dirancang sesuai ukuran uang kertas dolar Australia.

Mudah bukan? Dan sederhana sekali ide ini, namun sangat membantu mengatasi salah satu permasalahan mendasar tunanetra, yaitu mengenali mata uang kertas secara mandiri.

Dalam sebuah pameran alat bantu tunanetra di sela-sela acara sidang umum The World Blind Union (WBU), saya pernah menyaksikan alat berupa scanner kecil, yang berfungsi mengenali mata uang kertas dolar Amerika. Harga scanner uang ini 300 dolar Amerika kala itu – delapan tahun lalu. Mahal sekali. Sedangkan note gide Australia, dibuat sederhana, murah, dibagikan gratis kepada seluruh tunanetra di negeri kanguru itu.

Hampir sepuluh tahun lalu Bank Indonesia berupaya mengatasi persoalan ini. Komunikasi dengan wakil tunanetra, baik dari Yayasan Mitra Netra maupun Persatuan Tunanetra Indonesia (pertuni) dilakukan untuk menggali aspirasi. Hasilnya memang ada, namun belum semaksimal yang tunanetra sarankan, sehingga masih belum sepenuhnya membantu.

Keberadaan kode tunanetra (blind code) pada sisi kiri bawah mata uang kertas rupiah hanya bisa dikenali jika uang dalam keadaan baru. Jika uang tersebut telah lusuh sedikit saja, kode tunanetra itu tak lagi bisa dirasakan oleh tunanetra dengan indera perabaan mereka.

Rasanya ide “note guide” Australia ini harus dicoba di Indonesia. *Aria Indrawati.

Leave Comment