Minggu, 21 April 2013. Tak seperti biasa, di hari libur itu terjadi aktivitas para karyawan dan tunanetra di Yayasan Mitra Netra. Ketika waktu menunjukkan pukul 14.35, sebuah bus besar memasuki halaman Mitra Netra. Diiringi hujan yang cukup lebat, satu per satu para penumpang kendaraan itu keluar. Dilihat dari bentuk dan raut muka mereka, jelas para penumpang ini bukan orang Indonesia. Ya, mereka adalah anggota rombongan Bank ANZ Australia yang akan melakukan kegiatan sosial di Mitra Netra.

Dengan didampingi empat orang staf lokal Bank ANZ Indonesia, rombongan yang berjumlah 15 orang ini disambut Bambang Basuki, Direktur Eksekutif Mitra Netra dan langsung diarahkan oleh tim penyambutan Mitra Netra menuju saung belakang gedung Yayasan atau biasa disebut Mini Learning Center (MLC). Di MLC ini telah berkumpul 26 orang tunanetra yang bersiap mengikuti acara pembukaan kegiatan sosial ini.

Irma Hikmayanti, seorang tunanetra instruktur Mitra Netra English Club, membuka acara dalam kapasitasnya sebagai pembawa acara. Irma mempersilakan kolaborasi Group Band “SBM” dan Group Angklung “Saung Harmony” tampil dengan iringan musik melodi. Tampilan kedua group musik tunanetra ini cukup menghangatkan suasana dan mendapat sambutan tepuk tangan meriah dari hadirin dalam cuaca hari itu yang cukup dingin.

Selanjutnya, Bambang Basuki menyampaikan sambutan selamat datang kepada para tamu. Bambang menyampaikan terima kasih atas kedatangan rombongan Bank ANZ Australia dan menjelaskan secara singkat apa dan siapa Mitra Netra serta kerja sama yang telah terjalin dengan Bank ANZ Indonesia.

Sambutan selamat datang Bambang direspon oleh sambutan Marta Yuliana, mewakili Bank ANZ Indonesia yang menggantikan Leonie Lethbridge, Chief Operating Officer Bank ANZ Indonesia. Leonie berhalangan hadir di Mitra Netra karena memilih ikut rombongan Bank ANZ Australia yang lain ke Kampus Diakonia Modern (KDM), sebuah lembaga yang perduli pada pemberdayaan anak jalanan di Jakarta. Dalam sambutannya, Marta mengatakan bahwa kedatangan rombongan Bank ANZ Australia di Mitra Netra dapat dimanfaatkan kedua pihak untuk menjalin jejaring (networking) sebagaimana yang selama ini terjalin antara Bank ANZ Indonesia dengan Mitra Netra.

Sreeram Iyer, Chief Operating Officer ANZ Australia for International and Institutional Banking, menyampaikan sambutan balasan atas pidato Bambang Basuki. Sreeram mengatakan bahwa dia secara pribadi tidak tahu sama sekali tentang Mitra Netra. Namun demikian, dia merasa senang berkunjung dan berharap akan terjalin kerja sama antara Bank ANZ Australia dengan Mitra Netra.

Setelah sambutan Sreeram selesai, Irma mempersilakan para tamu untuk melakukan kunjungan ke berbagai fasilitas layanan yang ada di Mitra Netra yang akan dipandu oleh Bambang Basuki dan seorang staf Mitra Netra.

Kunjungan pertama para tamu adalah ke ruang produksi buku Braille. Di ruang ini Bambang memperkenalkan Zainal Abidin, seorang staf produksi buku Braille yang sedang bertugas. Zainal memperagakan proses produksi buku Braille, mulai dari input data, proses konversi dari file Microsoft Word ke dalam format Braille dengan software Mitra Netra Braille Converter (MBC), proses mencetak dengan printer Braille, dan proses mengunggah file Braille ke perpustakaan Braille online atau biasa dikenal dengan KEBI Online yang beralamat di www.kebi.or.id. KEBI yang merupakan singkatan dari Komunitas Elektronik Braille Indonesia adalah gagasan orisinil Mitra Netra yang memfasilitasi berbagai lembaga produser buku Braille di Indonesia untuk bekerja sama dalam mengunggah dan mengunduh file-file buku Braille sehingga dapat membantu ketersediaan buku bagi tunanetra. Demikian Bambang menjelaskan kepada para tamu.

Para tamu sangat terkesan dengan fasilitas produksi buku Braille ini dan beberapa di antara mereka mengajukan pertanyaan kepada Bambang. Bahkan, Sreeram Iyer siap membantu Mitra Netra untuk mengerahkan para karyawan ANZ agar menyempatkan waktu beberapa menit di sela-sela waktu kerja mereka untuk mengetik ulang buku.

Kunjungan kedua para tamu adalah ke studio rekaman buku audio digital. Di salah satu studio, Astrid Unun Garini, seorang staf produksi buku audio digital menjelaskan secara singkat proses produksi buku audio digital kepada para tamu. Dalam kesempatan ini, Sreeram menyatakan bahwa dirinya akan ikut mengisi suara sebagai bagian dari kegiatan sosial yang dia lakukan.

Kunjungan para tamu yang terakhir adalah ke ruang kursus komputer. Di ruang ini ada Sugiyo, seorang tunanetra yang menjadi instruktur kursus komputer. Sugiyo telah siap untuk memperagakan bagaimana seorang tunanetra menggunakan komputer. Para tamu dengan antusias melihat Sugiyo mengetik sepuluh jari dengan lancar, membuka salah satu situs di internet, dan mengoperasikan Mitra Netra Electronic Dictionary (Meldict).

Yang menarik, ternyata Sreeram tahu tentang software screen reader. Hal ini terlihat dari pertanyaannya, “Apakah memakai JAWS (Job Access With Speech, sebuah merk software pembaca layar yang berbayar—Pen.)?” Yang tentu dijawab oleh Bambang dan Sugiyo bahwa Mitra Netra menggunakan NVDA (Non-Visual Desktop Active, sebuah merk software pembaca layar yang dapat diperoleh secara gratis melalui download di internet—Pen.).

Sebenarnya, ada satu ruang lagi yang diagendakan untuk dikunjungi para tamu, yakni ruang editing buku audio digital yang pada saat ini ditempati oleh Endah Tri Wahyuningsih, seorang staf perpustakaan Mitra Netra. Endah direncanakan memperagakan penggunaan alat pemutar buku audio digital di ruang ini. Namun, mengingat waktu yang terbatas, kunjungan ke ruang ini dibatalkan. Waktu telah menunjukkan pukul 15.30 ketika kunjungan para tamu ke tiga fasilitas Mitra Netra tersebut selesai.

Selanjutnya, Marta Yuliana mengarahkan para tamu untuk menuju ke tempat kegiatan sosial sesuai dengan pilihan masing-masing. Tercatat, dua orang mengisi suara untuk buku audio digital, lima orang mengetik ulang buku di ruang kursus komputer, empat orang mengikuti English conversation di ruang perpustakaan, tiga orang mengikuti story telling di ruang tengah lantai 1, dan satu orang bermain musik dengan Group Band SBM di MLC.

Tak terasa, waktu telah menunjukkan pukul 16.45 ketika para tamu merampungkan berbagai kegiatan sosialnya. Mereka dan para tunanetra kembali berkumpul di MLC untuk mengikuti acara penutupan.

Kembali Irma Hikmayanti membawakan acara. Irma mempersilakan Roy Sulistiono, salah seorang tunanetra yang bekerja di Bank ANZ Indonesia untuk memberikan testimoni mengenai pengalamannya bekerja di bank tersebut. Dalam testimoninya, Roy menyampaikan rasa senangnya bekerja di bank tersebut dan berharap agar rekan-rekannya sesama tunanetra diberikan kesempatan yang sama untuk bekerja.

Berikutnya penyampaian kesan salah seorang staf ANZ Australia setelah mengikuti kegiatan sosial di Mitra Netra. Pada kesempatan ini, Mr. Boon Choo, salah seorang staf ANZ Australia yang mengikuti kegiatan story telling, menyampaikan rasa senangnya berkumpul dan berinteraksi dengan anak-anak tunanetra. Dengan hapal di luar kepala, dia menyebut tujuh nama anak-anak tunanetra yang mengikuti story telling, yakni Kenichi, Diffa, Attila, Ibrahim, Maulana, Haikal, dan Tiara. Baginya, anak-anak ini sangat pintar dan tidak segan berinteraksi dengan orang asing seperti dirinya dalam keterbatasan penglihatan mereka.

Selanjutnya, Adi Ariyanto, mewakili para tunanetra menyampaikan terima kasih atas kegiatan sosial ANZ Australia di Mitra Netra. Adi berharap, ANZ Australia dapat hadir kembali di Mitra Netra untuk mengambil bagian dalam berbagai kegiatan dengan tunanetra.

Di akhir acara, Bambang Basuki menyerahkan cinderamata kepada Sreeram Iyer berupa buku antologi puisi edisi Bahasa Inggris dan CD musikalisasi puisi karya Irwan Dwi Kustanto, Wakil Direktur Eksekutif Mitra Netra. Selanjutnya, seluruh hadirin saling bersalaman dan berfoto bersama.

Tepat pukul 17.10, dengan menggunakan bus yang sama, rombongan Bank ANZ Australia meninggalkan Mitra Netra diiringi ucapan selamat jalan dari Bambang dan para tunanetra. Terima kasih ANZ. Semoga di lain waktu kita dapat berjumpa kembali. *Muizzudin Hilmi

Leave Comment