siswa tunanetra sedang mencoba braille display

Di tengah kondisi darurat COVID 19, berita gembira datang dari tunanetra kelas XII yang baru saja mengakhiri masa studi mereka dengan cara yang tidak biasa. Fauzi dan Raditya, tunanetra kelas XII dari SMAN 66 Jakarta selatan diterima di Universitas Indonesia melalui seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) dengan program / jalur Prestasi dan Pemerataan Kegiatan Belajar PPKB. Penilaian atas Fauzi dan Raditya didasarkan pada prestasi belajar mereka selama di SMAN 66 Jakarta Selatan; Jadi, tanpa tes.

Fauzi dan Raditya adalah dua dari sekian banyak tunanetra yang Mitra Netra layani. Mereka adalah hasil dari sebuah proses panjang, pemberdayaan tunanetra di bidang pendidikan, hingga akhirnya mereka mencapai tahap seperti sekarang. Fauzi yang ingin menjadi pengacara benar-benar mencapai tujuan jangka pendeknya, melanjutkan studi ke Fakultas Hukum Universitas Indonesia, kampus impiannya. Begitu pula dengan Raditya yang akhirnya diterima di sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya.

Layanan pendampingan yang Mitra Netra kembangkan dan sediakan untuk mereka telah menunjukkan hasil, mewujud pada apa yang Fauzi dan Raditya capai.

Apa yang Mitra Netra kembangkan dan sediakan untuk tunanetra memang bukan layanan yang “instan”. Butuh waktu, komitmen dan ketekunan, baik dari para pengurus, para karyawan maupun dari para tunanetra serta keluarga mereka. Di Mitra Netra, karyawan yang melayani dan klien yang dilayani serta keluarga mereka adalah tim yang harus terus membangun soliditas. Untuk menghasilkan seorang “Fauzi dan Raditya” yang mampu bersaing di SNMPTN melalui jalur undangan PPKB butuh dukungan banyak pihak, termasuk pihak sekolah reguler yang menerima mereka belajar.

Mitra Netra selalu percaya, jika tunanetra tidak memiliki disabilitas intelektual, tempat belajar terbaik mereka adalah di sekolah reguler; Dengan bersekolah di sekolah reguler, pemberdayaan dan pengembangan kapasitas para tunanetra yang tidak memiliki disabilitas kecerdasan akan lebih maksimal. Namun, sekolah reguler tidak dapat dibiarkan bekerja sendirian; Sekolah reguler butuh mitra kerja, yaitu lembaga pengembang dan penyedia layanan pendukung untuk peserta didik penyandang disabilitas; Untuk peserta didik tunanetra di Jakarta, lembaga itu adalah Mitra Netra. Bagaimana dengan peserta didik tunanetra di daerah lain?

Prestasi Fauzi, Raditya dan para tunanetra lain yang tidak dapat disebut satu per satu yang telah Mitra Netra layani di tahun ajaran 2019-2020 adalah kado terindah untuk Mitra Netra yang pada 14 Mei mendatang akan genap berusia 29 tahun.

“Menjadi pengembang dan penyedia layanan untuk tunanetra guna menciptakan kehidupan tunanetra yang cerdas, mandiri dan dapat bermakna di masyarakat yang inklusif”, adalah visi Yayasan Mitra Netra. Pendidikan dan pekerjaan adalah dua bidang yang Mitra Netra pilih, dengan fokus pada peningkatan kualitas dan partisipasi tunanetra di kedua bidang tersebut. Ada dan melayani tunanetra selama 29 tahun adalah perjuangan dan perjalanan panjang. Selain terus bersyukur atas rahmat dan anugrah yang terus diberikanNya, Penghargaan dan ucapan terima kasih senantiasa disampaikan kepada para donatur, baik lembaga maupun perorangan, baik dalam maupun luar negeri, yang terus mendukung Mitra Netra, sehingga Yayasan ini dapat terus berkarya untuk para tunanetra.
*Aria Indrawati.

Leave Comment