Banyak orang senang dan ingin melakukan studi banding di negara-negara maju seperti Jepang, Korea Selatan, Australia, bahkan Eropa dan Amerika. Namun, mari renungkan kembali. Biasanya, sepulang studi banding dari negara-negara maju seperti itu, lalu dihadapkan pada tugas untuk mulai menerapkan hasil studi banding tersebut di negara kita sendiri, biasanya sederet alasan akan kita munculkan. Negara mereka kan kaya atau pemerintahan mereka kan sudah maju. Dan sehalaman penuh alasan-alasan lainnya.

Dalam hal tertentu, belajar dari negara-negara maju memang baik. Namun, dalam hal tertetnu lainnya, tak ada salahnya kita juga belajar dari sesama negara sedang berkembang, yang faktanya memang telah lebih baik dari negara kita.

Pada diffa edisi Maret kita belajar dari kesungguhan India membangun sistem jaminan sosial bagi penyandang disabilitas. Kini, mari kita belajar dari Vietnam, sesama negara Asia Tenggara, yang bahkan baru terbebas dari perang saudara pada tahun 1974.

Ada beberapa hal yang dapat kita pelajari dari beberapa organisasi, baik lembaga pemerintah maupun organisasi non-pemerintah, di Vietnam yang memberdayakan penyandang disabilitas, khususnya tunanetra.

Yang Kecil yang Berbagi

Itulah Sao Mai Computer Center for The Blind (SMCC). Sao Mai dalam bahasa Vietnam berarti bintang di pagi hari. Indah namanya, indah pula kiprahnya.

Organisasi non-pemerintah ini didirikan Association For Children with Disability (Persatuan untuk Anak-anak dengan Disabilitas) kurang lebih 10 tahun lalu. Organisasi ini memusatkan kegiatan pada pemanfaatan teknologi komputer atau teknologi informasi dan komunikasi untuk kemandirian hidup tunanetra. SMCC adalah lembaga pertama di Vietnam yang memperkenalkan pemanfaatan teknologi komputer adaptif untuk tunanetra.

SMCC bukanlah lembaga besar. Mereka berkantor di sebuah rumah dua lantai berukuran kurang lebih 90 meter persegi di kawasan perumahan di wilayah Tan Binh Dist, Ho Chi Minh City. Struktur organisasinya pun sangat ramping. SMCC dipimpin seorang tunanetra sebagai direktur, seorang wakil direktur yang bertanggung jawab untuk segala urusan administratif, seorang penasihat, dan tujuh instruktur pelatihan komputer. Semuanya, kecuali sang penasihat, adalah generasi muda. Suasana organisasi yang dikelola generasi muda ini sangat terasa.

Yang unik dari SMCC adalah semangat untuk berbagi dan membangun. Melalui program training of trainers yang dilakukan secara rutin, pada usia 10 tahun, SMCC telah merintis unit pelatihan komputer untuk tunanetra di 28 provinsi. Belum lagi dukungan terhadap sekolah-sekolah luar biasa dan pusat layanan untuk tunanetra di seluruh Ho Chi Minh. Hal ini aku ketahui saat berkunjung ke beberapa lembaga yang menyediakan layanan pendidikan untuk tunanetra di Ho Chi Minh. Di lembaga-lembaga tersebut senantiasa terdapat layanan kursus komputer untuk tunanetra dan layanan itu terselenggara berkat dukungan SMCC berupa pelatihan untuk instruktur.

SMCC juga mengadakan penelitian dan pengembangan perangkat lunak serta aplikasi untuk mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi bagi kemandirian hidup tunanetra. Misalnya pengembangan perangkat lunak untuk membuat buku Braille dalam bahasa Vietnam. Hasil penelitian mereka selanjutnya dimanfaatkan seluruh lembaga penyedia layanan untuk tunanetra di negeri itu.

Membangun laboratorium komputer untuk tunanetra di 28 provinsi belumlah genap 50 persen dari 60 provinsi di seluruh Vietnam. Namun, bola salju yang digelindingkan itu terus bergulir. Mencapai 60 provinsi hanya soal waktu.

Kepedulian Masyarakat

Contoh kepedulian masyarakat pada perjuangan penyandang disabilitas di Vietnam tampak nyata pada Mai Am Thien An, pusat sumber yang menyediakan layanan pendidikan untuk tunanetra di Ho Chi Minh.

Pusat sumber ini berada di sebuah gedung megah empat lantai. Untuk menuju lantai atas, kita dapat menggunakan tangga atau lift. Sudah barang tentu tunanetra dapat menggunakan lift itu secara mandiri, karena dilengkapi simbol Braille dan audio display.

Seperti Sao Mai Computer Center, Thien An juga dipimpin seorang tunanetra. Pusat sumber ini memberikan dukungan pada tunanetra yang menempuh pendidikan di sekolah umum dan perguruan tinggi yang menerapkan pendidikan inklusif. Hebatnya, Thien An tak memungut biaya untuk layanan mereka .

Guna membiayai layanan ini, Thien An didukung donasi rutin dari masyarakat, perseorangan, komunitas penganut Katolik, Saigon Charity Community, serta sektor usaha. Meski demikian, untuk mendukung kemandirian lembaga secara finansial, pusat sumber yang menyediakan asrama bagi tunanetra yang mereka layani ini juga memiliki usaha, yaitu memproduksi alat bantu untuk tunanetra seperti alat untuk menulis Braille, tongkat, papan catur untuk tunanetra, dan lain-lain.

Semangat untuk Tumbuh

Lain halnya dengan Nhat Hong School. Sekolah luar biasa untuk anak tunanetra dan siswa dengan disabilitas ganda ini dikelola para biarawati. Melihat penampilan dan aktivitas sehari-hari mereka, hampir tak tampak mereka adalah biarawati.

Nhat Hong didirikan pada tahun 1995. Hanya dalam 12 tahun sekolah yang telah melahirkan banyak sarjana tunanetra ini berhasil memiliki bangunan megah empat lantai.

Untuk membiayai seluruh layanan mereka, selain menerima donasi dari dalam ataupun luar negeri, Nhat Hong memiliki aneka usaha ekonomi produktif, yang pengelolaannya selalu melibatkan para tunanetra. Usaha mereka antara lain kedai fotokopi, klinik pijat terapi yang sangat profesional, memproduksi dan menjual suvenir karya tunanetra bahkan hingga manca negara, memproduksi air kemasan serta sabun cair baik untuk cuci piring dan cuci tangan yang dijual di pasaran umum. Semua unit usaha itu dilakukan di lokasi yang sama dengan gedung sekolah, kecuali kedai fotokopi dan klinik pijat terapi. Kedua unit usaha ini berada di kawasan bisnis yang memungkinkan orang datang dengan mudah.

Lembaga Pemerintah yang Dinamis

Contoh yang satu ini lembaga pemerintah, yaitu NDC Special School, sekolah luar biasa untuk tunanetra dan tunanetra plus disabilitas lain seperti autistik, hambatan kecerdasan, serta hambatan pendengaran.

Tak seperti rata-rata sekolah luar biasa di Indonesia yang dikelola pemerintah, dinamika NDC sebagai lembaga sangat terasa. Layanan yang mereka sediakan pun sangat komprehensif.

NDC memiliki laboratorium komputer dengan 10 komputer yang selalu ramai dikunjungi siswa, termasuk siswa yang memiliki disabilitas ganda. Juga memproduksi banyak buku Braille dan perpustakaan yang lengkap. Mengembangkan alat bantu pembelajaran yang sederhana dan murah. Layanan dini untuk anak-anak dengan disabilitas yang melibatkan partisipasi aktif orang tua. Mengajarkan keterampilan membuat suvenir yang memenuhi standar kualitas pasaran umum. Memiliki gedung sekolah dan asrama yang memadai.

Pelajaran dari Vietnam ini benar-benar nyata. Memberdayakan penyandang disabilitas memang membutuhkan partisipasi kalangan yang sangat luas, yaitu para penyandang disabilitas sendiri, keluarga, masyarakat, komunitas dengan berbagai kepedulian, sektor usaha, dan pemerintah. *Aria Indrawati

Leave Comment