seorang laki-laki sedang bekerja di depan laptop

Masih teringat jelas di kepala saya saat itu, tahun 2010, saat usia 24 tahun. saya mengalami kebutaan total akibat pecahnya pembuluh darah di mata saya. Dunia seolah-olah menjadi gelap gulita dalam sekejap.

Saya adalah M. Reza Akbar, biasa dipanggil Ega. Kehilangan penglihatan ini tentu saja menjadi pukulan berat bagi saya. Saya merasa kehilangan jati diri dan tidak percaya diri untuk menghadapi dunia.

Saya sempat mengurung diri di rumah selama kurang lebih 4 tahun, tanpa berani keluar menjalani kehidupan. Hal ini salah satunya disebabkan oleh minimnya pengetahuan saya mengenai dunia tunanetra. Saya merasa bahwa saya telah kehilangan kesempatan untuk bekerja dan berkarya hanya karena kehilangan penglihatan.

Tetapi, seperti halnya kehidupan yang selalu menyajikan pelajaran berharga, satu pintu harapan akhirnya terbuka untuk saya. Tahun 2014, saya mendengar kabar bahwa tunanetra pun bisa mengoperasikan komputer dan smartphone. Informasi inilah yang membuat saya sadar bahwa saya tak boleh terus menerus berdiam diri dalam kegelapan.

Memberanikan Diri untuk Keluar

Saya pun memutuskan untuk menghadapi ketakutan dan malu saya. Saya memberanikan diri untuk datang ke Yayasan Mitra Netra di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, yang menyediakan pelatihan komputer bicara untuk tunanetra.

Setelah saya mengikuti beberapa pelatihan, saya pun mulai bisa mengoperasikan komputer dan smartphone. Dengan bekal kemampuan tersebut, akhirnya saya mulai memberanikan diri untuk mencari pekerjaan. Dan itulah awal dari perjalanan saya menuju inklusivitas.

Perjalanan Karier pun Dimulai

Saya memulai karier pertama sebagai tunanetra dengan menjadi seorang Social Media Specialist. Saat itu saya mendapatkan kesempatan untuk bergabung dengan tim digital dari seorang pimpinan lembaga tinggi negara. Saya mulai belajar bagaimana berinteraksi dengan dunia luar secara mandiri. Saya juga mulai menyadari bahwa saya bisa berkarya dan berkontribusi di masyarakat.

Ini adalah langkah pertama saya dalam dunia profesional, dan saya tahu bahwa tantangan yang dihadapi oleh seorang tunanetra tidaklah kecil. Ditambah lagi, dunia digital marketing juga merupakan hal baru bagi saya saat itu. Namun, saya percaya bahwa semuanya mungkin jika kita berani mencoba.

Di tim tersebut, saya adalah satu-satunya anggota dengan disabilitas. Awalnya, komunikasi antara saya dan rekan-rekan satu tim berjalan agak kaku. Tetapi seiring berjalannya waktu, kami mulai mengerti satu sama lain dengan lebih baik.

Karier Baru di Tempat Baru

Setelah kurang lebih 2 tahun, akhirnya pada tahun 2016, saya mendapatkan kesempatan untuk bergabung dengan Think.Web, sebuah digital & technology agency di Jakarta. Saya pun memutuskan untuk mengambil kesempatan ini dan lebih serius mendalami industri digital marketing.

Saya memulai karier saya di Think.Web Sebagai Social Media & Digital Activity Officer. Di sini, saya belajar untuk menciptakan konten yang menarik di berbagai platform sosial media dan mengimplementasikan aktivitas digital di seluruh platform tersebut. Awalnya, saya merasa ini adalah sebuah tantangan, namun saya mulai merasa tertarik dalam menjelajahi dunia digital.

Pengalaman Bekerja di Lingkungan Kerja Inklusif

Sama seperti pengalaman sebelumnya, saat pertama kali masuk ke Think.Web, saya sempat merasa teman-teman saya masih agak kaku terhadap saya. Mereka mungkin masih belum terbiasa berinteraksi dengan tunanetra. Ini merupakan hal yang wajar, karena saya sendiri merupakan karyawan tunanetra pertama di Think.Web.

Namun, saya tidak menyerah. Saya berinisiatif untuk secara perlahan memberikan edukasi kepada mereka bagaimana berinteraksi dengan seorang tunanetra. Saya menjelaskan bahwa kita bisa berinteraksi seperti biasa saja, hanya bedanya saya tidak bisa melihat.

Saya juga menjelaskan bahwa saya memiliki kebutuhan khusus, seperti bantuan untuk membaca dan menulis. Saya meminta teman-teman saya untuk membantu saya jika saya membutuhkannya.

Pada awalnya, teman-teman saya mungkin masih canggung. Namun, lama kelamaan mereka mulai terbiasa. Mereka juga mulai memahami kebutuhan saya.

Saya sangat bersyukur memiliki teman-teman yang suportif dan mau memahami saya. Berkat dukungan mereka, saya bisa bekerja dengan nyaman dan produktif di Think.Web.

Dukungan dari Atasan

Selain teman-teman, saya juga memiliki dua orang atasan yang sangat concern dengan inklusivitas. Kedua pimpinan saya sangat terbuka untuk berdiskusi dengan saya jika saya memang memiliki kebutuhan khusus di kantor.

Atasan saya juga selalu mendorong saya untuk berkembang dan berprestasi. Beliau percaya bahwa saya bisa berkontribusi secara maksimal di perusahaan, meski saya tunanetra.

Pihak manajemen di Think.Web memperlakukan saya dengan adil dan memberdayakan saya dengan kesempatan yang sama seperti rekan-rekan kerja lainnya. Karier saya terus tumbuh, dan saya merasa bangga menjadi bagian dari tim ini.

Perkembangan Karier

Berkat dukungan dari teman-teman dan atasan, saya bisa mengembangkan karier saya di Think.Web. Pada tahun 2018, saya mulai menjalani posisi sebagai Content Writer, di mana saya bertanggung jawab untuk menciptakan konten dan merancang rencana aktivitas digital. Saya mulai memahami betapa pentingnya konten berkualitas dalam mencapai tujuan komunikasi dan pemasaran.

Tantangan berikutnya datang pada tahun 2019, ketika saya menempati posisi sebagai Content Editor. Dalam peran ini, saya mengawasi seluruh proses, mulai dari menulis hingga mengedit dan mengevaluasi semua konten yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan klien dalam strategi komunikasi mereka di berbagai platform digital. Ini adalah tonggak penting dalam perkembangan karier saya di dunia digital.

Perjalanan karier saya di Think.Web mencapai puncaknya pada tahun 2022, ketika saya dipercaya untuk menempati posisi sebagai Head of Engagement. Dalam peran ini, saya memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan semua materi promosi sesuai dengan kebutuhan klien dalam menjalankan kampanye digital mereka. Saya juga bertanggung jawab atas kinerja tim konten dan memastikan pekerjaan diselesaikan tepat waktu, mencapai target yang ditentukan, dan menciptakan lingkungan kerja yang kondusif untuk kerja sama tim.

Pentingnya Lingkungan Kerja Inklusif

Di  Think.Web, saya menemukan lingkungan kerja yang benar-benar inklusif. Saya telah menghadapi berbagai tantangan dalam perjalanan ini, tetapi dukungan dari teman-teman, rekan kerja, dan pimpinan di Think.Web telah menjadi pendorong bagi perkembangan karier saya. Mereka telah membantu menciptakan lingkungan kerja yang inklusif di mana semua orang dihargai dan diberdayakan.

Pengalaman saya bekerja di Think.Web telah mengajarkan saya banyak hal. Saya belajar bahwa lingkungan kerja yang inklusif sangat penting bagi penyandang disabilitas. Saya juga belajar bahwa penyandang disabilitas bisa berkarya dan berkontribusi di masyarakat, jika diberikan kesempatan dan dukungan.

Saya berharap kisah perjalanan karier saya ini dapat menginspirasi banyak pihak, baik itu teman-teman disabilitas pencari kerja maupun pihak pemberi kerja. Ini adalah bukti bahwa inklusivitas bukanlah impian belaka, tetapi sesuatu yang dapat kita wujudkan jika kita semua bersatu untuk menciptakannya.

Inklusivitas bukan hanya tentang memahami perbedaan, tetapi juga tentang menerima dan mendukung satu sama lain. Saya percaya bahwa dengan pendekatan yang baik, kita semua dapat berkontribusi pada dunia kerja yang lebih inklusif.

 

 

Penulis: M. Reza Akbar

Juara Favorit Lomba Menulis Esai Mitra Netra Youth Festival 2023

Leave Comment