Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB), adalah perkumpulan istri-istri menteri dan wakil menteri yang tergabung dalam Kabinet Indonesia Bersatu pembantu Presiden SBY. Masyarakat telah mendengar eksistensi SIKIB yang dibina oleh Ibu Negara (RI 3) dan Ibu Wakil Presiden (RI 4). Sejak periode pemerintahan presiden SBY yang pertama. Beberapa kegiatan yang kita kenal antara lain adalah perpustakaan keliling berbasis teknologi dengan nama mobil pintar dan motor pintar, membantu penanggulangan korban bencana alam, bantuan kesehatan ke masyarakat tak mampu serta kegiatan menanam pohon.

Hingga memasuki periode kedua pemerintahan presiden SBY ini, kita belum pernah mendengar SIKIB melakukan sesuatu untuk tunanetra dan penyandang disabilitas pada umumnya.

Namun, tampaknya itu tak selamanya. Ini berawal dari perkenalan Imas Fatimah, salah seorang penasehat Mitra Netra yang berprofesi sebagai notaris. Setelah pensiun dari pejabat publik di bidang transaksi hukum itu, Imas kemudian mendirikan kantor konsultan hukum. Dan, salah seorang partnernya adalah Lusie Indrawati Susanto, istri Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susanto, yang juga pengurus SIKIB.

Setelah berkunjung ke Mitra Netra dan mulai memahami peran serta tantangan yang dihadapi Mitra Netra dalam menyediakan dan mengembangkan layanan untuk tunanetra di Indonesia, Lusie, begitu ia biasa disapa, mengagendakan Mitra Netra melakukan presentasi di hadapan SIKIB, khususnya pilar Indonesia Peduli, yang diketuai oleh Silvie Agung Laksono “ istri Menkokesra Agung Laksono, dan dikoordinatori oleh Ani Freddy Numberi “ istri Menteri Perhubungan Freddy Numberi. Presentasi itu juga dihadiri oleh wakil dari beberapa kementerian, yaitu kementerian perhubungan, kementerian Sosial dan Kementerian Pendidikan Nasional.

Sebagai koordinator yang juga istri Menteri Perhubungan, Ani Numberi berkeinginan agar Kementerian yang suaminya pimpin bisa menjadi pelopor, kementerian yang memiliki kepedulian baik terhadap tunanetra dan penyandang disabilitas pada umumnya.

Salah satu persoalan yang masih sering dihadapi penyandang disabilitas di bidang perhubungan adalah layanan transportasi yang belum ramah pada penyandang disabilitas.

Pada pertemuan yang memberikan kesempatan pada Mitra Netra menyampaikan program dan layanannya, Mitra Netra juga menyampaikan secara spesifik perlakuan diskriminatif apa yang biasa dialami penyandang disabilitas di bidang transportasi. Di samping masih minimnya ketersediaan aksessibilitas fisik, contoh yang paling mencolok adalah, perlakuan diskriminatif oleh perusahaan penerbangan. Diskriminasi itu diwujudkan dalam bentuk, penyandang disabilitas masih disamakan dengan orang sakit, dan harus menandatangani pernyataan yang seharusnya diperuntukkan penumpang yang sedang sakit.

Mendengar ini, Ani Numberi meminta agar kondisi ini segera diatasi. Ini tak boleh terus dibiarkan. Tunanetra juga memiliki hak yang sama dengan warga negara lain yang tidak tunanetra, begitu ungkapnya di sela-sela diskusi.

Tindak lanjut yang SIKIB lakukan memang terhitung cepat. Beberapa hari setelah pertemuan di kantor SIKIB yang berada di jalan Teuku Umar nomor 10 Jakarta Pusat, Lusie Indrawati menghubungi Bambang Basuki Direktur Mitra Netra, menyampaikan bahwa Sriwijaya Air telah ia hubungi dan memberikan respon positif, serta berniat untuk membuat perusahaan mereka menjadi airline yang ramah pada tunanetra. Untuk itu, Pihak Sriwijaya Air berniat untuk menjalin kerja sama secara resmi dengan Mitra Netra. *Aria Indrawati.

Leave Comment