Bogor 25 Juli. Pemda kota Bogor memfasilitasi gerakan “Tantangan Berbagi Buku Untuk Tunanetra”. Bertempat di halaman balai kota Bogor, kurang lebih 500 relawan berkumpul, menyelesaikan kegiatan pengetikan ulang buku-buku populer, yang selanjutnya akan diolah menjadi buku elektronik format epub dan Braille untuk tunanetra. Relawan yang hadir terdiri dari pelbagai kalangan. Siswa SMA dan SMK, Mahasiswa, karang taruna, Masyarakat Umum, dan tak ketinggalan adalah staf Pemda kota Bogor. Buku-buku yang diketik ulang adalah buku-buku populer dan pengetahuan umum, yang disediakan oleh perpustakaan daerah kota Bogor. Kegiatan ini diharapkan menyumbang sekurang-kurangnya 150 judul buku dalam bentuk soft copy hasil ketikan para relawan kepada Yayasan Mitra Netra, lembaga non pemerintah yang selama 25 tahun mendedikasikan diri membangun sistem produksi dan distribusi buku untuk tunanetra di Indonesia.

Pada acara ini, Wali Kota Bogor Bima Arya pun didaulat untuk menyelesaikan hasil ketikan buku seorang relawan, dan setelah mengetik dan menyelesaikannya, buku tersebut langsung diunggah di perpustakaan on line buku elektronik yang sedang dikembangkan Mitra Netra bersama IBM Indonesia, http://mitranetra.web.id

Tantangan Berbagi Buku Untuk Tunanetra merupakan metamorfosa dari “gerakan Seribu Buku Untuk Tunanetra” yang telah dicanangkan Yayasan Mitra Netra sejak 30 Januari 2006. Melalui kerja sama dengan IBM Indonesia, Yayasan Mitra Netra kembali menggaungkan kegiatan kerelawanan ini, agar dapat menjangkau lebih banyak kalangan bergabung menjadi relawan, dan menghasilkan lebih banyak buku untuk tunanetra di Indonesia.

Kita semua memaklumi bahwa, penerbit buku hanya menerbitkan buku dalam bentuk cetak tinta yang tentu saja tidak dapat dibaca oleh tunanetra. Karenanya, di toko buku maupun perpustakaan umum kita tidak dapat menjumpai buku-buku untuk tunanetra. Beberapa penerbit menerbitkan buku audio, namun, karena produksi buku audio itu tidak memperhatikan faktor aksessibilitas, akibatnya buku audio yang ada di toko tidak dapat dibaca tunanetra dengan mudah, sesuai kebutuhan mereka. Agar tunanetra dapat membaca buku, harus ada lembaga yang secara khusus memfasilitasi akses tunanetra ke buku, dengan mengubah buku cetak tinta menjadi buku dalam format yang dapat dibaca secara mandiri oleh tunanetra. Di Indonesia, satu dari sedikit lembaga yang secara konsisten melakukan hal tersebut adalah Yayasan Mitra Netra. Pada awalnya, Mitra Netra memproduksi buku audio analog dalam bentuk kaset dan buku Braille. , Sejak tahun 2006 lembaga ini beralih ke teknologi digital dalam memproduksi buku audio — dalam bentuk CD. Dengan buku audio digital, tunanetra dapat mencari bagian-bagian tertentu dari buku yang ingin dibaca dengan mudah. Di tahun 2016 ini, Mitra Netra kembali melakukan rekayasa teknologi dengan memproduksi buku elektronik format epub, yang dapat dibaca tunanetra dengan perangkat teknologi, baik komputer maupun telepon pintar. Buku elektronik foramt epub ini akan diunggh ke perpustakaan on line, sehingga tunanetra Indonesia yang telah menjadi anggota di mana pun berada dapat mengunduhnya secara cuma-cuma.

Dalam menjalankan tugas memfasilitasi tunanetra membaca buku, Mitra Netra tak dapat bekerja sendiri. Melalui gerakan “Seribu Buku Untuk Tunanetra”, Mitra Netra menggalang relawan berperan membantu. Tugas relawan adalah mengetik ulang atau memindai buku-buku populer ke dokumen “word”.

Di tahun 2016 ini, Mitra Netra menjalin kerja sama dengan IBM Indonesia. Kerja sama dilakukan dalam beberapa kegiatan. Pertama, menggaungkan kembali gerakan penghimpunan relawan dengan memanfaatkan media sosial, bertajuk “Tantangan Berbagi Buku Untuk Tunanetra”. Kedua, menyelenggarakan kegiatan mengumpulkan relawan di suatu tempat untuk bersama-sama mengetik ulang buku-buku populer; Ketiga, membangun sebuah perpustakaan on line yang akan dimanfaatkan untuk mendistribusikan buku elektronik format epub untuk tunanetra di Indonesia; Keempat menyediakan dana untuk mengolah hasil ketikan para relawan menjadi buku elektronik format epub dan buku Braille.

Ada yang berbeda dengan gerakan “Tantangan Berbagi Buku Untuk Tunanetra”. Gerakan ini memanfaatkan media sosial secara lebih maksimal untuk mengajak masyarakat berpartisipasi menjadi relawan. Ajakan juga dilakukan kepada penulis dan penerbit untuk menyumbangkan soft copy buku-buku karya mereka atau yang mereka terbitkan. Jika sebelumnya hasil ketikan relawan hanya diolah menjadi buku Braille; kini, hasil kerja relawan lebih diprioritaskan untuk diolah menjadi buku elektronik format epub, dan buku elektronik format epub ini akan dihimpun dalam sebuah perpustakaan online, yang beranggotakan tunanetra di Indonesia secara Cuma-Cuma.

“Tantangan berbagi buku untuk tunanetra tidak hanya mengajak masyarakat menjadi relawan, juga mengajak masyarakat turut berperan menyebarluaskan gerakan ini melalui media sosial, sehingga dapat menjangkau masyarakat dari pelbagai kalangan seluas mungkin”, ungkap Bambang Basuki, Ketua Yayasan Mitra Netra.

Bersama IBM Indonesia, Mitra Netra melakukan “road show” gerakan “Tantangan Berbagi Buku Untuk Tunanetra” ke beberapa kota. Setelah berhasil di Jakarta bersama Kementerian Koordinator Pembangunan Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan pada 17 Mei lalu, tanggal 25 Juli gerakan ini berkunjung ke kota Bogor bersama Pak Wali Kota Bima Arya. “Membaca buku adalah kebutuhan pokok kita dalam pendidikan, tak terkecuali penyandang tunanetra. Saat saya diberitahu bahwa akses tunanetra ke buku masih terbatas dan masyarakat dapat membantu dengan mudah, saya langsung menerima tantangan IBM dan Yayasan Mitra Netra untuk mengadakan event mengumpulkan relawan pada hari ini”, kata Wali Kota Bogor.

Acara juga dimeriahkan dengan penampilan tunanetra kota Bogor. Ada yang menyanyi dan main musik — organ tunggal, ada pula yang membaca puisi. PT Gas Negara TBK pun tak ketinggalan, mendonasikan 11 telepon pintar untuk tunanetra binaan Yayasan Bakti Nurani Bogor.

Di akhir acara, setelah berdialog dengan para wartawan, Wali Kota Bogor Bima Arya menantang “Wali Kota Bandung Ridwan Kamil” untuk mengadakan kegiatan serupa di kota Bandung. “Ini adalah kegiatan yang mulia. Olehkarenanya, saya menantang kolega saya, Wali Kota Bandung, yang saya tahu juga banyak mengadakan kegiatan kerelawanan di kota yang dipimpinnya, untuk mengadakan kegiatan Tantangan Berbagi Buku Untuk Tunanetra”, ungkap Bima Arya, mengakhiri jumpa pers.

“Dengan diselenggarakannya road show ini diharapkan gerakan “Tantangan Berbagi Buku Untuk Tunanetra” dapat menjadi perhatian para kepala daerah, dan melalui media sosial, para kepala daerah yang menjadi tuan rumah diharapkan menghimbau para follower mereka agar bergabung dengan gerakan kerelawanan ini”, jelas Santi Diansari Hargianto, Country Manager Corporate Citizen & Corporate Affair/ CC&CA & Corporate Social Responsibility/ CSR IBM Indonesia

Dalam memfasilitasi akses tunanetra membaca buku, Mitra Netra berlandaskan pasal 44 Undang-Undang No. 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta. Pasal tersebut menjelaskan, upaya memfasilitasi mereka yang mengalami hambatan penglihatan untuk memmbaca buku, baik dalam bentuk buku Braille maupun buku audio dan bentuk lainnya bukan merupakan pelanggaran hak cipta, asalkan upaya itu hanya diperuntukkan tunanetra, tidak dikomersialkan dan sumbernya disebutkan secara lengkap.

“Dengan jari relawan berbagi cinta, dengan jari tunanetra melihat dunia”.

Untuk menindaklanjuti siaran pers ini, silakan hubungi:
Aria Indrawati, Kabag Humas Yayasan Mitra Netra: 081219724433
http://seribubuku.kebi.or.id

Leave Comment