Mungkin belum banyak yang mendengar namanya. “Verbatim”; adalah satu profesi yang jasanya sangat diperlukan oleh masyarakat modern, yang makin dinamis ini. Pekerjaan di bidang “verbatim” adalah mengalihkan dari data yang berupa rekaman suara menjadi teks atau tulisan. Siapa yang memerlukan jasa “verbatim”?

Banyak sekali. Contohnya, peneliti; yang saat menghimpun data, melakukannya dengan mewawancarai responden. Untuk memanfaatkan data yang diperoleh dari proses wawancara, peneliti biasanya menggunakan jasa “verbatim” untuk mengalihkan rekaman suara proses wawancara menjadi tulisan atau teks. Juga perusahaan yang melakukan assessment pada calon partnernya; Atau, manager HRD yang sedang memproses kenaikan jenjang seorang karyawan, atau dalam proses merikrut karyawan; yang melakukan pekerjaannya dengan proses wawancara, dan sebagainya. Orang yang menjalankan pekerjaan verbatim dapat disebut “transcripter”.

Apakah tunanetra dapat melakukannya?

Tunanetra sangat memungkinkan melakukan pekerjaan verbatim. Pekerjaan ini membutuhkan ketelitian dalam mendengar, lalu mengalihkan data berupa rekaman suara yang didengar menjadi tulisan dengan menggunakan komputer bicara, yaitu komputer yang dilengkapi dengan aplikasi pembaca layar.

Norma Amalia – biasa dipanggil “Lia” adalah contohnya. Perempuan yang mengalami penglihatan lemah ini mulai belajar di Yayasan Mitra Netra pada pertengahan tahun 2015. Saat pertama bergabung di Yayasan Mitra Netra, ia memfokuskan diri untuk belajar menggunakan komputer bicara. Setelah mahir, dan berusaha melamar pekerjaan secara formal namun belum berhasil, akhirnya, atas bantuan dari keluarganya, Lia mulai menjalani profesi di bidang “verbatim” sejak pertengahan tahun lalu.

Bagaimana pekerjaan “verbatim” dilakukan?

Seorang transkripter yang bekerja di bidang “verbatim” cukup menulis kata demi kata dari rekaman suara yang diperolehnya. Data rekaman suara biasanya dikirimkan via email, lalu dibuka dengan menggunakan program winem. Saat mentraskripsi data suara menjadi tulisan, transkripter menggunakan program ms word; berarti transkripter membuka dua jendela saat bekerja, yaitu ms word untuk mengetik teks, dan winem untuk mendengarkan hasil rekaman suara yang harus ditranskrip menjadi tulisan.

Seorang transkripter tidak diperbolehkan melakukan penafsiran, atau mengganti kata; Seorang transkripter hanya ditugasi mengalihkan data dari rekaman suara menjadi teks atau tulisan dalam MS Word.

Mencermati pekerjaan “verbatim” ini, sudah barang tentu tunanetra dapat melakukannya, bahkan dengan baik, karena tunanetra telah terbiasa dan terlatih mendapatkan informasi dengan mendengar. Saat menggunakan komputer misalnya, tunanetra mendengarkan suara aplikasi pembaca layar yang membacakan untuk mereka. Saat menggunakan telepon pintar pun demikian, – baik yang berbasis IOS atau pun yang berbasis android, mereka menggunakannya dengan bantuan “voice over”.

Jadi, mengapa tidak, tunanetra bekerja di bidang “verbatim”. Pekerjaan ini bahkan dapat dilakukan secara freelence. Ketrampilan tambahan yang perlu dimiliki adalah “ketrampilan memasarkan diri”; dengan bantuan media social, hal ini tentu bukan hal yang sulit.

*Aria Indrawati.

Leave Comment