Mulai 19 Agustus 2020, Yayasan Mitra Netra kembali mengaktifkan kursus “abacus” yang pernah diselenggarakan sebelumnya pada seputar tahun 2000 – 2004. Untuk angkatan pertama paska berhenti selama kurang lebih 16 tahun, ada delapan anak tunanetra tingkat SD hingga SMA mengikuti kursus tersebut. Sebagaimana dengan pembelajaran lainnya di masa pandemi ini, kursus abacus pun dilaksanakan secara daring.

Apa itu “abacus”?

Abacus yang juga dikenal dengan “sempoa” adalah alat bantu berhitung; Di Indonesia, masyarakat mengenal etnik Tionghoa dahulu menggunakan sempoa untuk berhitung ketika mereka berdagang. Di era tahun 1970an, berhitung menggunakan sempoa diajarkan kepada anak-anak di tingkat sekolah dasar. Namun sayang, lambat-laun mata pelajaran berhitung menggunakan sempoa ini kemudian dihilangkan. Di tahun 1970an, bentuk abacus yang digunakan sedikit berbeda; saat itu abacus menggunakan manik-manik dengan komposisi “dua di atas dan lima di bawah”. Saat ini, abacus dibuat lebih kecil sehingga lebih mudah dibawa, dan komposisi manik-manik yang digunakan pun “satu di atas dan empat di bawah”. Desain abacus yang digunakan oleh tunanetra dibuat sedikit berbeda; Pada dasar papan abacus diletakkan busa tipis dengan tujuan agar manik-manik abacus tidak mudah bergeser saat tunanetra mengoperasikan abacus dengan perabaan jari-jari mereka.

Mengapa belajar abacus?

Belajar berhitung dengan menggunakan abacus akan melatih anak-anak memiliki ketrampilan dan kemampuan untuk berhitung lebih cepat. Pada awalnya, abacus digunakan sebagai “media” untuk membantu berhitung cepat. Lambat laun, setelah terbiasa berhitung cepat, anak-anak yang semula belajar berhitung menggunakan abacus akan mampu berhitung cepat tanpa abacus, yang biasa disebut membangun “mental aritmatika, atau kemampuan berhitung secara mental”.

Berdasarkan informasi dari para akademisi bidang matematika yang selama ini mendampingi siswa-siswa Indonesia yang mengikuti Olimpiade science dan matematika, pada umumnya para juara Olimpiade matematika juga belajar abacus.

Saat mengikuti kursus abacus secara daring di Mitra Netra yang berlangsung sekali seminggu selama masing-masing satu jam, anak-anak tunanetra juga didampingi oleh para orang tua, agar orang tua dapat mengikuti proses pembelajaran tersebut dan membantu anak-anak tunanetra berlatih lebih banyak setelah sesi belajar di Mitra Netra. Untuk tahap awal, kedelapan anak tunanetra ini belajar penambahan dan pengurangan; Mulai dari penambahan dan pengurangan sederhana, hingga nanti mencapai pengurangan dan penjumlahan yang lebih kompleks, termasuk untuk bilangan-bilangan desimal. Instruktur yang mengajar pun ada tiga orang sekaligus; Satu orang instruktur utama yang mengajar, dan ada dua orang asisten yang memantau anak-anak tunanetra mengoperasikan abacus sesuai perintah instruktur utama. Jika ada anak yang belum mengikuti langkah-langkah dengan benar, asisten instruktur akan mengkoreksi sehingga langkah yang dilakukan benar.

Meski belajar berhitung, para instruktur memfasilitasinya dengan cara yang menyenangkan, dengan harapan anak-anak menjadi senang belajar berhitung. Setiap kali mereka berhasil menyelesaikan satu tugas, anak-anak dan para instruktur melakukan selebrasi dengan mengangkat serta menggoyang-goyangkan abacus masing-masing di depan kamera; Semuanya semangat dan ceria!

Setelah angkatan pertama ini menyelesaikan paket dasar penjumlahan dan pengurangan, mereka akan berlanjut ke paket tingkat berikutnya, yaitu perkalian dan pembagian. Pada saat yang sama, perekrutan untuk peserta baru yang akan belajar paket dasar juga akan dilakukan.

Sebagai lembaga pengembang dan penyedia layanan untuk tunanetra di Indonesia, Mitra Netra berkomitmen untuk terus mengembangkan layanan agar para tunanetra memiliki fondasi yang kuat di bidang matematika. Kita semua ketahui, pada dasarnya manusia harus memiliki dua ketrampilan dasar sebagai bekal hidup sukses, yaitu ketrampilan berbahasa dan ketrampilan berhitung. Melalui mata pelajaran matematika berikut subjek lain yang serumpun dengan matematika, di antaranya statistik, kita dilatih agar memiliki ketrampilan berhitung, mulai dari perhitungan sederhana hingga perhitungan yang rumit dan kompleks. Penyelenggaraan kursus abacus adalah salah satu bentuk komitmen Mitra Netra untuk memberdayakan anak-anak tunanetra agar memiliki ketrampilan yang lebih unggul dalam berhitung, hingga akhirnya nanti membangun mental aritmatika mereka.

*Aria Indrawati

Leave Comment