Anak-anak Tunanetra pada dasarnya sama dengan anak-anak lain yang tidak tunanetra. Mereka ingin bermain, ingin berteman, dan juga ingin belajar serta bersekolah. Seperti anak-anak yang tidak tunanetra, saat belajar anak-anak tunanetra juga membutuhkan buku. Tapi, buku untuk anak-anak tunanetra tentu saja berbeda dari anak-anak yang tidak tunanetra; buku untuk mereka antara lain dibuat dalam huruf Braille, yang sering disebut dengan buku Braille.

Lalu, di mana anak-anak tunanetra bisa mendapatkan buku Braille? Tak ada toko buku yang menjual buku Braille, juga tak ada perpustakaan umum yang meminjamkan buku Braille.

Jawabnya adalah di perpustakaan Yayasan Mitra Netra. Sebagai sebuah pusat sumber yang menyediakan layanan pendukung pendidikan yang komprehensif bagi tunanetra, buku adalah salah satu kebutuhan dasar yang menjadi pusat perhatian Mitra Netra.

Berbeda dari buku-buku biasa, buku Braille tidak dijual; jika anak tunanetra membutuhkan, mereka meminjam melalui layanan perpustakaan Yayasan Mitra Netra. Buku pelajaran dapat dipinjam selama mereka mempelajari subject tersebut di sekolah, sedangkan buku bacaan lainnya dapat dipinjam selama satu bulan.

Mengapa Buku Braille tidak dijual? Karena, untuk memproduksi buku Braille, rata-rata kita membutuhkan dana tiga sampai empat kali lipat dibandingkan dengan memproduksi buku biasa. Sebabnya adalah, pertama, kertas yang digunakan harus memiliki ketebalan khusus minimal 120 gram; kedua, ukuran huruf Braille haruslah standar, tidak boleh dibuat lebih kecil atau lebih besar agar mudah dikenali dengan ujung jari tunanetra, karena dua alasan itulah maka buku Braille jauh lebih tebal dibandingkan buku biasa. Sebagai gambaran, 100 halaman buku biasa sama dengan 350 sampai 400 halaman buku Braille. Akibatnya, satu judul buku biasa, jika kita buat dalam versi Braille, biasanya kita bagi menjadi beberapa volume buku Braille. di samping itu, ukuran buku Braille lebih besar daripada buku biasa.

Atas dasar alas an tersebut, di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, penyediaan buku Braille dilakukan melalui layanan perpustakaan; bahkan, di Negara-negara maju, Pemerintah memberikan buku Braille secara cuma-cuma kepada warga masyarakat yang tunanetra.

Sebagai lembaga yang secara terus-menerus memproduksi buku untuk tunanetra, hingga kini kapasitas Mitra Netra sangat terbatas. Saat ini, Mitra Netra baru bisa memproduksi buku-buku pelajaran untuk kurang lebih 100 siswa di Jakarta. Tentu saja ini masih jauh dari cukup. Berdasarkan data Depdiknas tahun 2000, ada 2000 anak tunanetra usia sekolah yang bersekolah, dan semua siswa ini juga membutuhkan buku; tidak hanya buku pelajaran, tapi juga buku-buku pengetahuan umum lainnya, termasuk karya-karya sastra.

Agar Mitra Netra dapat memproduksi lebih banyak buku Braille, tidak hanya buku pelajaran dan buku produksi Mitra Netra juga dapat dinikmati lebih banyak tunanetra, kami bermaksud mengajak masyarakat berpartisipasi. Salah satu di antaranya adalah dengan mengajak siswa-siswa sekolah melalui kegiatan yang kami beri nama “Celengan Untuk Sahabat.”

Tujuan kegiatan ini adalah

Tujuan Khusus:
1. Mengajak siswa-siswa sekolah belajar berbagi pada sesama
2. Menghimpun dana melalui partisipasi siswa-siswa sekolah guna memungkinkan Mitra Netra mencetak lebih banyak buku Braille untuk lebih banyak tunanetra.

Tujuan Umum:
1. Meningkatkan kualitas siswa tunanetra melalui penyediaan lebih banyak buku Braille untuk mereka.
2. Membangun masyarakat tunanetra yang gemar membaca dan belajar

Di samping mendidik para siswa untuk berbagi, kegiatan ini juga diharapkan dapat memperkenalkan kepada mereka bahwa sebagian teman-teman mereka ada yang tunanetra, yang juga membutuhkan buku untuk belajar, akan tetapi buku untuk teman-teman tunanetra harus dibuat dalam bentuk berbeda, yaitu dalam bentuk buku Braille.

Bagaimana jalannya kegiatan “Celengan Untuk Sahabat” ini?

Melalui kegiatan “Celengan Untuk Sahabat” Mitra Netra bermaksud mengajak siswa-siswa sekolah untuk menabung, agar mereka dapat berpartisipasi membantu teman-teman mereka yang tunanetra mendapatkan lebih banyak Buku Braille.

Untuk keperluan ini, Mitra Netra akan membagikan “celengan”, tempat siswa-siswa menyimpan uang; satu siswa menerima satu buah celengan. Dengan celengan ini, siswa diharapkan menabung sesuai kemampuan masing-masing; tiap satu orang siswa diharapkan mengumpulkan dana sekurang-kurangnya seratus ribu rupiah. Dengan uang sebesar seratus ribu rupiah, tiap siswa telah berpartisipasi membantu produksi satu buah buku Braille.

Celengan yang dibagikan kepada siswa-siswa tersebut diharapkan disimpan saja di sekolah, dengan demikian kegiatan menabung ini juga akan berlangsung di sekolah di bawah pengawasan para guru. Agar kegiatan ini juga dapat diketahui oleh para orang tua, Mitra Netra mengharapkan pihak sekolah juga menginformasikannya kepada orang tua para siswa.

Penempatan “Celengan Untuk Sahabat” di sekolah ini diharapkan akan berlangsung selama tiga bulan; setelah jangka waktu ini berakhir, Mitra Netra akan mengumpulkannya kembali. Selanjutnya, perolehan dana dari kegiatan ini berikut pemanfaatannya akan dilaporkan ke sekolah; dan pihak sekolah diharapkan menyampaikannya kepada murid-murid serta orang tua.

Di samping melalui sekolah, Mitra Netra juga mengajak para orang tua yang memiliki anak-anak usia sekolah dasar melalui komunitas-komunitas; kantor, hobi, arisan, pengajian, olahraga, dll.

Lebih dari seratus tahun lalu, Louis Braille, seorang anak tunanetra asal Perancis berhasil menemukan huruf khusus untuk tunanetra, yang kemudian dinamakan huruf Braille.

Melalui penemuan ini, Louis Braille memimpikan anak-anak tunanetra di seluruh dunia dapat menulis dan membaca, dapat bersekolah serta menuntut ilmu, dan akhirnya dapat menjadi manusia yang berguna bagi masyarakat dan bangsa.

Kegiatan “Celengan untuk Sahabat” ini diselenggarakan, dalam rangka mewujudkan sebagian impian Louis Braille, menyediakan lebih banyak bahan bacaan untuk tunanetra di Indonesia dalam bentuk buku Braille.
Melalui Buku Braille, Tunanetra Melihat Dunia Dengan Jari Mereka.

Mitra Netra menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada sekolah dan masyarakat melalui komunitas-komunitas yang telah bergabung dengan kegiatan ini.

Berikut adalah mereka yang telah berpartisipasi:

SD Islam Al-Fajri (Bekasi), SD Islam Al-Azhar 17 (Bintaro), SD Islam Ruhama (Cibinong), SD Islam Al-Azhar Syifa Budi (Jati Bening)

Leave Comment