Tahun ajaran baru 2020-2021 telah dimulai. Mitra Netra menyampaikan ucapan selamat kepada siswa penyandang tunanetra di seluruh Indonesia yang sejak tanggal 13 Juli yang lalu telah masuk ke kelas yang baru, baik yang naik kelas maupun yang masuk ke sekolah yang baru setelah lulus dari sekolah sebelumnya. Bagi siswa tunanetra yang telah lulus dari kelas XII dan akan melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi, tentu saat ini sedang menyiapkan diri. Sekali lagi, selamat untuk semua siswa tunanetra yang sedang berjuang membangun masa depan.

Tapi, jangan lupa, kita masih ada di masa pandemi, itu sebabnya, para siswa, termasuk siswa penyandang tunanetra masih harus tetap belajar di rumah. Begitu pun para mahasiswa, perkuliahan pun juga masih akan dilakukan secara daring. Banyak pihak telah menyampaikan bahwa belajar di rumah tidak sama dengan belajar di sekolah; ada banyak aspek dari pendidikan yang tidak dapat diperoleh dan dicapai para siswa saat mereka harus belajar di rumah. namun, kita semua juga memahami, dimasa pandemi di saat penularan COVID 19 masih begitu tinggi, membuka kembali sekolah akan sangat beresiko untuk para siswa, guru-guru dan pemangku peran lain yang ada di sekolah.

Menyadari situasi ini, Mitra Netra berkomitmen mengambil peran sesuai fungsinya sebagai pengembang dan penyedia layanan untuk tunanetra di bidang pendidikan, sesuai dengan kemampuan lembaga saat ini, di masa pandemi.

Apa yang akan Mitra Netra lakukan?

Lembaga ini akan menggunakan matematika untuk memberdayakan siswa tunanetra. Kita semua memahami, salah satu tujuan mengapa di dalam kurikulum pendidikan ada mata pelajaran matematika adalah, di samping melatih kemampuan berhitung atau bekerja dengan angka-angka, yang kelak akan berguna sebagai salah satu pilihan karir di masa mendatang, melalui matematika para siswa juga belajar dan dilatih untuk berpikir kreatif dan sistematis, serta berlatih melakukan problem solving atau penyelesaian masalah.

Fakta menunjukkan, belum semua guru matematika di sekolah reguler memahami bahwa untuk belajar matematika, siswa tunanetra memerlukan strategi khusus. Akibatnya, sering kali siswa tunanetra tidak dapat belajar matematika dengan maksimal; Bukan karena mereka tidak mampu, namun karena proses belajar yang disajikan tidak dapat mereka ikuti dengan baik.

Dalam situasi belajar tatap muka saja, siswa tunanetra mengalami tantangan dalam belajar matematika, apalagi dalam proses pembelajaran jarak jauh di masa pandemi ini.

Mencermati kondisi ini, Mitra Netra akan mengembangkan layanan yang berkaitan dengan pembelajaran matematika di masa pandemi COVID 19.

Memberdayakan orang tua.

Bagi siswa tunanetra yang duduk di sekolah dasar, sebagaimana dengan siswa sekolah dasar yang tidak menyandang tunanetra, mereka masih lebih banyak tergantung pada bimbingan orang tua. Di sisi lain, tidak semua orang tua memahami konsep matematika dengan baik, apalagi strategi pembelajarannya untuk siswa tunanetra. Untuk mengatasi tantangan ini, Mitra Netra mengadakan sesi tutorial untuk orang tua yang memiliki anak tunanetra tingkat sekolah dasar, mengajarkan bagaimana cara mendampingi anak tunanetra tingkat sekolah dasar dalam belajar matematika.

Di tingkat sekolah dasar, konsep matematika yang abstrak harus lebih dibuat lebih kongkrit, sehingga siswa tingkat sekolah dasar lebih mudah memahami konsep-konsep matematika tersebut. Untuk membuat konsep matematika yang abstrak menjadi lebih konkrit, diperlukan alat peraga yang dapat diakses oleh siswa tunanetra, baik yang tidak dapat melihat sama sekali maupun yang berpenglihatan lemah. Alat peraga itu harus dapat dibuat dengan mudah, menggunakan bahan-bahan yang ada di rumah kita. Orang tua akan diajak berlatih dan belajar membuat alat peraga sederhana untuk membantu anak tunanetra mereka yang duduk di sekolah dasar dapat memahami konsep matematika dengan baik.

Untuk mendokumentasikan tutorial bagi orang tua ini, Mitra Netra menyusun panduan bagi orang tua; Di samping itu, sesi tutorial yang dilakukan secara daring juga didokumentasikan dalam bentuk video sederhana, sehingga dapat dimanfaatkan dalam jangka panjang dan dapat menjangkau orang tua di mana pun mereka berada.

Kursus Abakus.

Bagi yang tidak familiar dengan istilah abakus, – abakus adalah alat bantu berhitung, yang juga biasa disebut sempoa. Fakta menunjukkan, di antara kebiasaan para pemenang olimpiade matematika adalah mereka belajar dan berlatih menghitung cepat dengan bantuan abakus pada awalnya, dan lambat laun mereka mampu menghitung cepat tanpa bantuan abakus. Jadi, abakus membantu penggunaanya untuk membangun kemampuan menghitung cepat tanpa bantuan alat apa pun, atau yang biasa disebut mental aritmatika.

Di beberapa negara, contohnya India, Filipina, berhitung dengan menggunakan abakus menjadi bagian dari kurikulum di sekolah. Sayangnya di Indonesia tidak.

Setelah melalui proses belajar dari para ahli pembelajaran matematika untuk tunanetra dari beberapa negara, Mitra Netra meyakini bahwa pembelajaran abakus juga perlu diajarkan kepada siswa tunanetra di Indonesia, karena dengan memiliki kemampuan berhitung cepat bahkan tanpa alat bantu apa pun, akan membantu mereka dalam belajar matematika.

Di tengah situasi pandemi di saat siswa tunanetra tidak pergi ke sekolah, Mitra Netra akan berupaya meningkatkan kemampuan siswa tunanetra dalam berhitung melalui pembelajaran abakus. Dari hasil evaluasi pendidikan anak Indonesia yang pernah dilakukan dan dimuat di banyak media arus utama nasional, kemampuan berhitung anak-anak Indonesia masih rendah. Mitra Netra ingin berperan mengatasi kesenjangan ini, khusus di kalangan anak-anak tunanetra. Kursus abakus ini pun dilakukan secara daring. Pada tahun akademik ini, sebagai tahap awal, Mitra Netra mulai dengan 16 siswa tunanetra yang telah terdata menjadi klien di Mitra Netra.

Tutorial Matematika.

Dalam kondisi biasa, di saat siswa tunanetra yang bersekolah di sekolah reguler harus berada di sekolah dari pagi hingga jelang pukul tiga sore hari, untuk mengikuti layanan tutorial matematika menjadi tantangan tersendiri; Tantangannya adalah menjadwalkan waktu. Dengan kondisi pandemi yang mengharuskan siswa belajar di rumah, mengikuti tutorial matematika secara daring menjadi lebih mudah.

Mitra Netra ingin memaksimalkan waktu yang ada, di saat para siswa tunanetra tidak perlu ke luar rumah, untuk mereka dapat mengikuti tutorial matematika dengan lebih leluasa, dan mencapai hasil dan dampak yang lebih maksimal. Siswa tunanetra yang dapat diterima di Universitas Indonesia melalui seleksi nasional misalnya, adalah mereka yang rajin mengikuti tutorial matematika di Mitra Netra. Di sesi-sesi tutorial matematika, para tutor menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa tunanetra, sehingga mereka dapat memahami konsep-konsep matematika dengan baik dan menyelesaikan soal-soal secara lebih cepat dan akurat.

Di tengah banyaknya pertanyaan yang mempertanyakan efektifitas pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang terpaksa dilaksanakan saat ini, Menteri Pendidikan Dan kebudayaan Nadiem Makarim mengatakan bahwa hal tersebut bukan keinginan pihak kementerian, namun, keadaanlah yang memaksa itu semua harus dilakukan. Kita semua menyadari, dengan pola PJJ ini, ada banyak hal yang seharusnya siswa dapatkan jika mereka pergi ke sekolah menjadi hilang. Namun, kita dapat memanfaatkan kondisi ini dengan memaksimalkan apa saja yang masih dapat kita lakukan untuk siswa-siswa kita. Ihtiar membangun generasi unggul tidak boleh terhalang oleh pandemi. Semua pihak yang berkecimpung di dunia pendidikan dituntut untuk lebih kreatif dalam menyajikan sesi-sesi pembelajaran untuk anak-anak kita. Demikian pula dengan orang tua, yang harus lebih banyak berperan dan terlibat.

Sebagai lembaga pendukung pendidikan bagi tunanetra, Mitra Netra pun berperan dan terus mengembangkan kreatifitas agar layanan pendukung pendidikan untuk tunanetra tetap ada dan berkualitas, demi membangun generasi muda tunanetra yang mandiri, cerdas dan dapat bermakna di masyarakat yang inklusif.

*Aria Indrawati.

Leave Comment