siswa tunanetra sedang mencoba braille display

Beberapa waktu yang lalu, Mitra Netra melaksanakan uji coba software MathMBC. Kegiatan uji coba software yang diklaim dapat membantu peserta didik tunanetra dan para pengajar dalam strategi pembelajaran matematika tersebut dilakukan dalam dua tahap. Di uji coba kedua, terdapat satu alat pendukung yang disebut Braille Me atau Braille Display. Alat ini dianggap sangat penting dalam penggunaan software MathMBC nantinya. Seperti apakah cara kerja Braille Display ini dalam penggunaan MathMBC atau seberapa besar perannya dalam keberhasilan strategi pembelajaran matematika pada Sahabat Tunanetra? simak uraiannya berikut yuk!

Pada dasarnya software MathMBC adalah sebuah perangkat lunak yang berfungsi sebagai jembatan antara guru atau dosen dengan murid atau mahasiswa tunanetranya ketika belajar matematika. Cara kerja Software MathMBC adalah menerjemahkan persamaan matematika dari pengajar ke peserta didik tunanetra dan sebaliknya dalam format braille matematika.

“selama ini yang terjadi adalah pelajar atau mahasiswa tunanetra menganggap matematika itu sukar karena tidak dapat memahami atau tidak bisa membayangkan persamaan matematika yang dibacakan oleh pengajar, jadi hal itulah yang coba dijembatani oleh software MathMBC ini” Terang Indah Lutfiah salah satu tim penguji MathMBC.

Baca juga: Mitranetra Braille Converter

Sebagai pengajar matematika bagi Sahabat Tunanetra di Mitra Netra, Indah merasa bahwa peserta didik tunanetra bukannya tidak mampu mengerjakan soal-soal matematika, melainkan tunanetra tidak dapat membayangkan sebuah persamaan matematika yang dibacakan oleh guru atau dosen di kelas. Jika seorang murid atau mahasiswa tunanetra tidak dapat membayangkan sebuah persamaan matematika tersebut, maka dapat dipastikan mereka tidak memahaminya, sehingga pada akhirnya solusi pemecahannya pun tak dapat dicari. Karena kesenjangan itulah, Mitra Netra mencoba menjembantaninya dengan software MathMBC yang rencananya akan segera di-launching dalam di penghujung tahun ini. Indah yang juga Kabag Produksi Buku dan Perpustakaan Mitra Netra ini menjelaskan kedua tahap uji coba MathMBC yang telah dilaksanakan.

“uji coba yang pertama adalah penggunaan software MathMBC dari guru atau dosen kepada murid atau mahasiswa tunanetra, jadi pengajar mengetikkan persamaan matematika dengan software MathMBC ini”, ujar Indah menjelaskan.

Pada uji coba tahap pertama, para pengajar diminta untuk mengetikkan persamaan matematika pada perangkat komputer yang telah dilengkapi dengan software MathMBC. Persamaan matematika diketikkan dengan tulisan atau simbol matematika biasa yang kemudian diterjemahkan oleh MathMBC ke format braille matematika. kemudian para pengajar dapat mencetak file dari MathMBC tersebut dengan printer braille dan dilakukan pengecekan oleh murid atau mahasiswa tunanetra. jika peserta didik tunanetra dapat membaca persamaan matematika dengan benar, itu berarti guru dan dosen dapat menggunakan software MathMBC tersebut untuk menuliskan soal-soal yang dapat dipahami oleh peserta didik tunanetranya.

“di uji coba pertama braille display belum diperlukan, karena ini dari guru ke murid, sehingga lebih ditekankan pada bagaimana pengajar mampu menuliskan persamaan matematika yang benar dan kemudian di-translate ke format braille matematika”, lanjut Indah.

Berbeda dengan tahap pertama, di uji coba kedua peran alat Braille Display sangat dibutuhkan. Pada uji coba kedua tersebut, murid atau mahasiswa diharuskan mengetikkan persamaan matematika dalam bentuk braille yang nantinya akan dilakukan back translate oleh MathMBC untuk dapat dibaca oleh guru dan dosen. Pada awalnya, peserta didik tunanetra mencoba mengetikkan persamaan matematika menggunakan perangkat komputer yang dilengkapi software pembaca layar dan MathMBC. Akan tetapi ketika diterjemahkan kembali ke persamaan matematika biasa, justru terdapat kekurangan.

“ternyata format braille matematika tidak dapat dibacakan dengan screen reader biasa, harus disuntikkan sebuah plug in yang memang khusus membacakan persamaan matematika yang benar, dan saat ini tim pengembang software dan Mitra Netra sedang mengusahakan itu untuk beberapa waktu ke depan”, imbuh Indah.

Untuk itu, sementara plug in pembaca layar khusus pembacaan persamaan matematika ini sedang dikembangkan, maka Braille Display sangat dibutuhkan. Braille Display inilah yang menjadi solusi dari kekurangan yang ditemukan pada uji coba tahap kedua. Braille Display adalah alat yang dapat dihubungkan langsung dengan perangkat komputer dan memunculkan simbol-simbol braille untuk langsung dibaca oleh Sahabat Tunanetra. Braille Display dilengkapi dengan beberapa tombol menu dan kombinasi 6 titik yang dapat digunakan Sahabat Tunanetra mengetikkan persamaan matematika dalam format braille. begitu Sahabat Tunanetra mengetikkan persamaan dalam foramat braille matematika, maka saat itu juga MathMBC dapat menerjemahkan persamaan matematika pada layar komputer untuk guru dan dosen.

“braille display ini membantu dalam translate maupun back translate saat uji coba MathMBC. Yang terpenting adalah peserta didik tunanetra dapat menuliskan persamaan dalam format braille matematika yang tepat”, terang Indah bersemangat.

Baca juga: Dari Matematika Hingga Bahasa Inggris: Layanan Pendampingan Belajar Tunanetra di Mitra Netra

Fungsi Braille Display yang mampu memunculkan persamaan matematika dalam format braille juga membawa keuntungan yang lain. Guru atau dosen tidak perlu mencetak persamaan matematika terlebih dahulu untuk mengetahui penulisan yang benar. Begitu guru atau dosen mengetik pada perangkat komputer yang telah dilengkapi MathMBC, maka saat itu juga muncul persamaan matematika dalam format braille pada alat Braille Display yang dapat langsung diraba oleh murid atau mahasiswa tunanetra.

“jadi bisa dibayangkan betapa pentingnya braille display ini untuk penggunaan MatMBC saat ini. Dan memang testimoni dari teman-teman tunanetra, braille display ini sangat nyaman digunakan”, tambah Indah.

Dalam penuturannya, Indah juga menyatakan bahwa penggunaan Braille Display ini sangat efektif. Mengingat masih ada kekurangan pada software pembaca layar yang belum dapat membacakan foramat braille matematika dengan benar, maka Braille Display ini menjadi jalan keluar selama plug in yang diharapkan masih dalam proses pengembangan. Di samping itu, Indah juga menyebutkan bahwa para pengajar sangat dianjurkan mempelajari cara pembacaan istilah matematika yang telah ditetapkan secara internasional, yang dikenal dengan sebutan Math Grammar. Dengan demikian, diharapkan suatu saat para peserta didik baik yang tunanetra atau pun yang non-disabilitas, beserta seluruh tenaga pengajar matematika memiliki satu cara penyebutan yang serupa pada istilah-istilah pelajaran matematika.

“semoga dengan adanya software MathMBC ini, ditambah dengan pendukung seperti braille display dan ditambah lagi dengan sedikit demi sedikit membiasakan pengucapan istilah matematika yang benar berdasarkan math grammar, menjadikan matematika bukan subjek pelajaran yang sulit dipelajari bagi para peserta didik khususnya teman-teman tunanetra”, pungkas Indah menuturkan harapannya.

*Juwita Maulida