laptop, notebook, dan secangkir kopi

Di era digital yang terus berkembang, media sosial menjadi wahana ekspresi dan komunikasi utama bagi masyarakat global. Bagi saya, sebagai seorang Tunanetra yang mendapat kesempatan untuk menjadi content writer untuk media sosial sebuah social enterprise, yakni Difalink, pengalaman ini bukan hanya pekerjaan. Melainkan sebuah perjalanan penuh makna yang memotivasi dan mengubah paradigma.

Langkah pertama saya ke dunia menulis konten untuk media social, diawali dengan mengikuti beberapa pelatihan kepenulisan kreatif digital, seperti Creative Writing Training yang diadakan oleh PERTUNI dan dilanjutkan dengan Digital Content Writing Batch 5 yang diadakan oleh SUARISE. Kemudian, SUARISE merekomendasikan saya untuk mengikuti program magang di salah satu partner mereka, yaitu Difalink.

Lalu, adakah tantangan yang saya hadapi?

Tantangan pastinya ada, mengingat masih adanya asumsi umum tentang keterbatasan yang dimiliki oleh seseorang dengan disabilitas visual. Namun, Difalink memberikan peluang yang didasari oleh semangat inklusivitas dan keyakinan bahwa keberagaman adalah kekayaan dan menjadi salah satu kunci utama dalam mewujudkan dunia kerja yang inklusif.

Tantangan aksesibilitas dalam mengoperasikan media social, menjadi bagian dari keseharian saya. Tetapi, dukungan dari rekan-rekan di Difalink dan ketersedian informasi yang melimpah seputar pemanfaatan teknologi di internet, memainkan peran penting dalam memperlancar proses kerja. Penggunaan perangkat lunak aksesibilitas, seperti screen reader, juga sangat membantu saya. Tidak hanya dalam mengumpulkan informasi, namun juga dalam merespons dan berkolaborasi dengan efisien dalam tim.

Meskipun Difalink perlu melakukan beberapa penyesuaian. Dikarenakan ternyata alat kerja yang biasa mereka gunakan dalam penjadwalan dan berkolaborasi sesama tim, tidak cukup aksesibel untuk saya. Difalink bersedia menggunakan alat-alat kerja yang aksesibel bagi saya dalam menyelesaikan semua tugas yang diberikan.

Bagi saya, kemurahan hati Difalink ini merupakan salah satu bentuk perwujudan lingkungan kerja yang inklusif yang memberikan kepercayaan pada karyawan untuk menyelesaikan tugasnya dengan caranya sendiri. Karena cara penyelesaian tugas dengan cara yang berbeda, tidak berarti tidak bisa, bukan?

Pelajaran berharga

Saya sangat yakin bahwa di luar sana banyak sekali teman-teman disabilitas yang memiliki kemampuan dan potensi yang luarbiasa. Namun sayangnya,  mereka belum mendapatkan apa yang Difalink berikan kepada saya dengan tangan terbuka, yaitu sebuah “kesempatan”.

Difalink memberi saya kesempatan untuk belajar, bertumbuh, berkembang, menggali potensi  dan mencoba hal baru. Mulai dari menulis topik-topik yang berani, mengisi voice over, hingga mewawancarai CEO sebuah Perusahaan.

Bekerja dalam tim media sosial Difalink, juga mengajarkan saya untuk  dapat bertoleransi dan berempati terhadap rekan kerja. Karna apa yang saya kerjakan, juga menentukan apa yang akan dikerjakan rekan saya dalam tim.

Begitu juga dengan dateline, saya harus menyadari bahwa dateline yang diberikan bukan hanya untuk saya sendiri, tapi juga berhubungan dengan rekan kerja saya satu tim. Serta, kesalahan dan keterlambatan yang saya lakukan, juga akan menyebabkan keterlambatan tim dalam menyelesaikan tugas.

Pengalaman sebagai content writer untuk media social Difalink

Sebagai seorang content writer yang memiliki keterbatasan dalam visual, saya belajar untuk mendekati sebuah tugas dengan perspektif yang unik. Riset yang mendalam dan memaksimalkan indera lain yang lebih sensitif terhadap nuansa Bahasa, juga  memberikan dimensi baru pada konten yang saya hasilkan.

Saya belajar untuk menyampaikan pesan yang tidak hanya memenuhi kebutuhan teman-teman yang juga memiliki kedisabilitasan dan para penyedia lapangan pekerjaan, tetapi juga menjangkau khalayak yang lebih luas.

Dalam peranan saya sebagai penulis konten untuk media sosial Difalink, saya merasa memiliki tanggung jawab untuk menyajikan informasi yang relevan dan berguna mengenai dunia disabilitas dan kaitannya dengan ruang lingkup dunia kerja professional.

Pengalaman pribadi saya sebagai Tunanetra juga memberikan dimensi autentisitas pada tulisan saya, menghadirkan perspektif yang mungkin terlewatkan oleh banyak orang.

Sebagai seorang content writer untuk media social Difalink, saya bukan hanya menulis untuk mengisi halaman, tetapi juga untuk menyuarakan keberagaman, menginspirasi teman-teman disabilitas dalam mencapai karier impiannya, serta mengedukasi Masyarakat dan para penyedia lapangan pekerjaan mengenai dunia disabilitas hingga potensi yang mereka miliki.

Dampak yang diberikan melalui Difalink

Difalink memiliki misi sosial yang luar biasa dalam Mengikis stigma dan asumsi terhadap penyandang Disabilitas, komitmen untuk menciptakan dunia kerja yang lebih inklusif di Indonesia dan mendorong perusahaan menjadi lebih siap bekerja dengan Penyandang Disabilitas.

Melalui Difalink, saya bisa menjadi bagian dari upaya yang lebih berdampak positif bagi banyak orang, khususnya teman-teman disabilitas. Hal ini tidak hanya  dapat berdampak bagi tujuan yang ingin diwujudkan Difalink, tetapi juga memperkuat esensi inklusivitas yang menjadi inti dari nilai-nilai Difalink itu sendiri.

Dalam perjalanan ini, saya menyadari bahwa kemampuan untuk berkontribusi melalui tulisan tidak terbatas oleh pandangan mata, tetapi lebih ditekankan oleh kepekaan hati dan kemauan untuk berbagi pengalaman yang membentuk kita sebagai individu yang lebih baik.

 

Penulis: Dheny Marsyelina

Juara II Lomba Menulis Esai Mitra Netra Youth Festival 2023

Leave Comment