Juwita di depan koleksi karya Andrea Hirata di Museum Laskar Pelangi

Pertama kali, Hari Buku Nasional ditetapkan pada tanggal 17 Mei 2002 oleh Menteri Pendidikan saat itu, Abdul Malik Fadjar. Tujuannya, yaitu untuk menumbuhkan minat membaca dan menulis (budaya literasi) di kalangan masyarakat. Namun, bagaimana perkembangan budaya literasi sejauh ini? Apakah budaya literasi tersebut juga sudah bisa diikuti oleh Sahabat Tunanetra? Apakah tunanetra sudah bisa mengakses buku sebaik orang-orang berpengelihatan awas pada umumnya?

Tak bisa dipungkiri, hingga saat ini jumlah buku yang aksesibel untuk dibaca oleh tunanetra masih sangat terbatas. Jika “buku adalah jendela dunia”, maka kesempatan tunanetra untuk menimba ilmu dan memperluas wawasan lewat membaca buku masih sangat sempit. Nah, dalam rangka memperingati Hari Buku Nasional kali ini, mari kita berbincang sejenak bersama Juwita Maulida, seorang Sahabat Tunanetra yang sangat gemar membaca buku. Seperti apa ya pengalaman Juwita mengakses buku-buku favoritnya? Simak dalam bincang ringan berikut ini, ya.

Q: Hai Juwita. Dengar-dengar, kamu suka banget ya baca buku. Sejak kapan sih kamu hobi baca buku?

Hmm… jadi ceritanya begini. Aku terlahir sebagai anak bungsu dari dua bersaudara. Papa, mama dan kakak perempuanku punya hobi membaca. Membaca apa saja lho, ya! mulai dari koran, majalah, tabloid, artikel, ensiklopedia, novel dan komik juga. jadi gak heran sih kalau aku jadi ikutan suka baca buku sejak kecil.

Q: Wah, berarti kebiasaan membaca memang sudah ada dalam keluarga sejak kamu kecil ya. Lalu, setelah jadi tunanetra sempat nggak bisa baca buku ya? Gimana perasaan kamu saat itu?

Sebenarnya dengan mengalami penurunan penglihatan sejak SMP, bikin aku tahu kalau aku bakal jadi tunanetra total cepat atau lambat. Tapi aku mulai menyadari satu hal yang ternyata justru ironisnya bikin aku sedih dibanding hal-hal lain yang udah nggak bisa aku lakukan kalau jadi tunanetra. satu hal itu adalah aku tidak bisa membaca buku lagi.

Waktu itu aku sering banget membuka ensiklopedia yang baru dibelikan oleh papa dan belum sempat kubaca. Aku raba tekstur kertasnya yang halus, aku cium bau harum bukunya dan aku sedih banget karena belum sempat membaca isi keseluruhan isinya. Aku kadang masih berharap bisa membaca buku lagi saat itu. Sedih lah pokoknya!

Q: Duh, sedih banget ya. Lalu sejak jadi tunanetra, bagaimana kamu menjalani hobimu itu?

Nah, ketika aku mengalami penurunan penglihatan di umur 10 tahun karena ada kelainan saraf pada retina mataku, kebiasaan baca buku juga jadi sedikit berubah. Mulai dari cari buku-buku bergambar dan bukan novel yang isinya Cuma teks. Trus biasanya aku juga cari buku yang tulisannya besar-besar atau cetak tebal gitu. Aku ingat waktu itu, novel Harry Potter lagi booming banget. Saking pengen baca, tapi mata udah nggak sanggup baca tulisannya, alhasil setiap hari aku nodong satu orang temanku secara bergantian buat bacain satu bab novel Harry Potter itu hahahaha…

Cara lainnya, aku merekam buku yang sedang dibacain sama temanku dengan walkman dan kaset pita kosong. Tujuannya biar aku bisa mengulang buku yang sudah dibacakan tadi. Penuh perjuangan banget lah buat baca buku dan belajar.

Q: Kok bisa sih kamu tahu tentang perpustakaan Mitra Netra?

Ketika SMA, suatu hari aku menyaksikan sebuah tayangan di TV tentang Yayasan Mitra Netra di program Kick Andy. Setelah sekian lama aku mikir nggak bakalan bisa baca buku lagi kalau nggak dibacain, eh ternyata di Jakarta ada perpustakaan khusus tunanetra. Saat itu, aku yang masih tinggal di Bojonegoro langsung bilang sama mamaku dan diriku sendiri, kalau aku harus ke sana, dan pasti bisa ke sana. Heheh…

Baca juga: Siasati Work From Home, Ini Strategi Produksi Buku Mitra Netra

Q: Sejauh pengetahuanmu, seperti apa situasi dunia perbukuan di Indonesia? Apakah Sahabat Tunanetra sudah cukup dapat menikmati beragam jenis buku yang beredar di pasaran?

Aku rasa masih belum banyak berubah sejak aku SMA ya. meskipun pemerintah Indonesia sudah meratifikasi Marrakesh Treaty, tapi implementasinya belum banyak ditemui di tengah masyarakat. Kita sebagai penyandang tunanetra masih sulit untuk mengakses buku-buku terbitan baru karena format bukunya nggak aksesibel untuk dibaca tunanetra. Sementara, untuk mengkonversi buku-buku itu ke format Braille, audio book, atau e-pub dibutuhkan waktu cukup lama karena panjangnya antrean buku-buku yang akan diproduksi oleh Perpustakaan Mitra Netra.

Kalau nggak salah, beberapa tahun lalu, salah satu toko buku terbesar Indonesia itu juga mulai menyediakan platform untuk menjual versi elektronik dari buku cetak tinta yang dijual di store-nya. Aku pernah coba beli satu buku, eh tapi ternyata e-book yang sudah dibeli nggak bisa terbaca oleh perangkat lunak pembaca layar pada gawai tunanetra. Rumit kan buat baca buku aja!

Q: Wah, kalau begitu kesempatan tunanetra untuk mengakses buku masih sangat terbatas ya. Nah, dengan kehadiran buku-buku di Perpustakaan Mitra Netra apakah cukup membantu Sahabat Tunanetra dalam membaca buku? Menurut kamu, seberapa besar manfaat layanan perpustakaan Mitra Netra untuk perkembangan hidupmu serta Sahabat Tunanetra lainnya?

Manfaat layanan peminjaman buku di perpustakaan Mitra Netra ini sudah membantu aku memberikan beberapa referensi untuk menyelesaikan kuliahku. Selain itu, aku juga sering meminjam buku sekolah untuk menjadi bahan mengajar teman-teman tunanetra yang mempersiapkan ujian kejar paket.

Selain itu, aku juga sering meminjam novel untuk hiburan atau sekedar mengisi waktu luang. Buatku, membaca buku itu salah satu cara untuk memperluas wawasan dan pengetahuan. Aku meyakini, sesederhana apapun sebuah cerita, ada hal-hal yang bisa kita pelajari. Misalnya pesan moralnya, budaya dari tempat atau setting cerita, , atau hal-hal kecil yang mungkin kadang Cuma jadi ornamen cerita, tapi justru bisa jadi hal yang menarik ketika akan membangun percakapan dengan orang baru.

Q: Hmmm… Sepertinya kamu sering banget ya pinjam buku di Perpustakaan Mitra Netra. Seberapa sering sih kamu pinjam buku di sana?

Haha… pertanyaan menarik nih! Seberapa sering ya, aku pinjam buku di perpustakaan Mitra Netra. Sejak tahun 2012 aku jadi anggota perpustakaan, bisa dibilang hampir tiap hari aku pinjam buku di situ. Sampai mbak Endah, pustakawannya, bosan banget lihat mukaku saking seringnya aku nongkrong di perpus dan nanyain ada buku bagus apa hahaha…

Q: Genre buku apa aja yang sudah kamu baca dari perpustakaan Mitra Netra?

Soal genre buku yang aku baca, cukup beragam. Selain  buku kuliah, buku panduan untuk keperluan mengajar serta novel dan cerita anak, aku juga suka banget pinjam buku-buku umum yang berbau dengan sejarah atau budaya. Genre buku psikologi populer atau motivasi juga aku pinjam sesekali. Yang nggak ketinggalan, khususnya kalau masa-masa di bulan Ramadhan kayak begini, aku favorit banget baca buku agama. Biasanya aku baca biografi Nabi Muhammad dan para sahabat, atau buku agama dengan tema pengetahuan tentang islam.

Baca juga: Akhirnya Ada Dukungan Regulasi untuk Layanan Fasilitasi Tunanetra ke Buku

Q: Mitra Netra telah mengembangkan beragam format buku yang aksesibel untuk tunanetra, seperti buku Braille, buku audio, dan buku e-pub. Format mana sih yang jadi favoritmu dalam membaca buku? Kenapa?

Untuk format buku yang paling aku sukai di perpustakaan Mitra Netra saat ini adalah digital talking book atau yang lebih familiar disebut audio book. Nah, dengan audio book, aku lebih suka untuk membaca cerita ringan atau novel. Apalagi kalau relawan pembaca bukunya membacakan cerita dengan penuh ekspresi. Bisa dipastikan seru abis.. hahaha…

Untuk beberapa jenis buku, aku juga masih meminjam buku braille di perpustakan. Bagiku membaca dengan Braille itu akan melatih perabaan dan kelancaran membaca braille itu sendiri. Selain itu, aku juga membaca dengan buku elektronik format e-pub untuk beberapa buku nonfiksi. Formatnya memudahkan tunanetra untuk bisa mengeja kata dan huruf, sehingga memudahkan tunanetra untuk mengidentifikasi kata atau istilah asing yang ditemukan saat membaca buku tersebut.

Q: Adakah harapanmu untuk perpustakaan Mitra Netra di masa mendatang?

Harapan buat perpustakaan Mitra Netra ya! hmm… mungkin bisa semakin banyak koleksi genre dan judul bukunya. Kalau bisa tahun terbitnya juga lebih baru. Layanan katalog online-nya segera bisa diwujudkan. Ya intinya semakin baik layanannya, sehingga semakin banyak tunanetra yang bisa meminjam dan membaca buku.

Q: Nah, terakhir nih. Di Hari Buku Nasional kali ini, adakah harapanmu untuk dunia perbukuan dan literasi bagi Sahabat  Tunanetra?

Harapan di hari buku nasional ini, terutama untuk dunia perbukuan dan literasi di Indonesia adalah masyarakat semakin gemar membaca buku, bukan membaca social media hehehe… khusus untuk teman-teman tunanetra, semoga dunia perbukuan dan literasi Indonesia semakin akses bagi penyandang tunanetra.

Aku berharap sahabat tunanetra bisa membeli, meminjam atau mengakses buku dengan lebih mudah, cepat serta aksesibel. Untuk mewujudkannya, tentunya diperlukan peran berbagai pihak—bukan hanya Perpustakaan Mitra Netra, tetapi juga penerbit, perpustakaan umum, serta pihak-pihak lain yang berkaitan dengan industry perbukuan dan literasi. Dengan demikian, tidak ada lagi kesenjangan dalam kesempatan membaca buku antara tunanetra dengan mereka yang non-tunanetra.

Wah, ternyata dengan berbagai tantangan yang ada, Juwita dan Sahabat Tunanetra lainnya memiliki ketertarikan yang kuat untuk bisa banyak membaca buku sebagaimana orang-orang berpengelihatan awas. Hari Buku Nasional kali ini semoga jadi pengingat bagi kita semua untuk bersama-sama meningkatkan akses tunanetra pada bahan bacaan. Dengan demikian, Sahabat Tunanetra juga punya kesempatan yang sama untuk membaca buku, meningkatkan kapasitas diri, serta memperluas wawasan lewat membaca buku. Selamat Hari Buku Nasional 2020!

* Ramadhani*

Leave Comment