Berita gembira datang dari Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti), khususnya Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT). Pada tahun akademik 2019-2020 mendatang, LTMPT akan mulai menerapkan ujian bersama masuk perguruan tinggi negeri berbasis komputer. Aplikasi UTBK telah dikembangkan; namun kemudian lembaga ini menyadari mereka belum mempertimbangkan aspek aksessibilitas, terutama bagi calon peserta penyadang tunanetra, yang dalam menggunakan komputer harus dibantu dengan aplikasi pembaca layar.

Menyadari hal tersebut, pada tanggal 12 Februari, LTMPT telah mengadakan pertemuan untuk. membahas bagaimana UTBK yang aksessibel untuk peserta penyandang disabilitas. Pertemuan dilaksanakan di gedung rektorat Universitas Pajajaran Bandung. Dalam pertemuan ini, Yayasan Mitra Netra diundang untuk memberikan masukan, mengingat salah satu keunggulan Yayasan ini adalah “mengembangkan keahlian terkait aksessiblitas teknologi bagi tunanetra”.

Setelah mempertimbangkan aplikasi UTBK yang akan digunakan sudah terlanjut dibuat tanpa memperhitungkan aksessibilitas, dan, jika memperbaikinya akan membutuhkan upaya yang lebih rumit, maka diputuskan LTMPT akan membuat aplikasi baru untuk memfasilitasi UTBK bagi peserta penyandang disabilitas. Aplikasi akan dibuat berbasis web HTML, dan aplikasi pembaca layar yang direkomendasikan adalah NVDA – Non Visual Desktop Access, aplikasi pembaca layar tak berbayar yang saat ini digunakan oleh sebagian besar tunanetra di dunia.

Harapan kita semua, pengembangan UTBK untuk peserta penyandang disabilitas ini adalah pertolongan pertama; Sedangkan untuk selanjutnya, aplikasi apa pun yang dibuat untuk layanan publik, termasuk layanan di sektor pendidikan, dibuat dalam desain universal, sehingga dapat diakses oleh semua, termasuk tunanetra pengguna aplikasi pembaca layar.

Yang tidak boleh dilupakan adalah juga langkah mensosialisasikan UTBK ini kepada calon peserta penyandang disabilitas, sehingga mereka dapat mempersiapkan diri dengan baik. Kita jangan hanya berpatokan kondisi di pulau Jawa; Namun juga harus memperhitungkan penyandang tunanetra di propinsi-propinsi di mana akses mereka ke teknologi komputer masih sangat terbatas.  *Aria Indrawati.

Leave Comment