Kita bisa memikat dan menghipnotis orang dengan suara kita, kata Nuning Purnama, penyiar radio dari jaman ke jaman. Pagi itu, Nuning mengajar di sesi olah suara, yang merupakan bagian dari pelatihan pra kerja untuk tunanetra, yang diselenggarakan Mitra Netra. Bagi sebagian tunanetra, suara Nuning tak asing lagi. Ia adalah volunteer di Mitra Netra sebagai pembaca buku audio digital sejak tahun 2006, termasuk diffa versi audio. mengajar di sesi olah suara, yang merupakan bagian dari pelatihan pra kerja untuk tunanetra, yang diselenggarakan Mitra Netra. Itu sebabnya Mitra Netra memintanya mengajar di sesi olah suara.

Pelatihan pra kerja adalah salah satu layanan Mitra Netra pada tunanetra di Jakarta, untuk memberikan ketrampilan halus pada mereka agar lebih siap mandiri di masyarakat dengan bekerja.

Setelah mengikuti sesi pertama dengan materi menghancurkan hambatan mental, selasa 12 April lalu, bertempat di kantor majalah diffa, 12 tunanetra peserta pelatihan pra kerja ini belajar olah suara.

Suara merupakan modalitas penting saat kita melakukan komunikasi verbal. Agar komunikasi verbal kita menarik, kita dapat melatihnya dengan olah suara. Komunikasi verbal yang menarik merupakan salah satu kunci keberhasilan di bidang apa pun.

Beberapa hal mendasar yang diajarkan di pelatihan olah suara ini antara lain adalah latihan pernafasan, intonasi bicara, kecepatan bicara, serta kreatifitas mengolah kata menjadi kalimat yang menarik. Materi tidak hanya disampaikan dalam bentuk teori-teori, namun peserta juga diharuskan mempraktekkannya secara langsung. Bahkan, agar pelatihan ini dapat mencapai hasil yang lebih optimal, peserta juga diminta untuk berlatih sendiri sesering mungkin.

Tunanetra menjadi pribadi yang cerdas, mandiri, produktif dan bermakna di masyarakat yang inklusif adalah impian Mitra Netra. Untuk mencapainya, diperlukan proses yang panjang. Bermula dari menyediakan pendidikan yang berkualitas, dan diakhiri dengan pelatihan pra kerja.

Pelatihan pra kerja yang telah Mitra Netra mulai sejak tahun 1994 hingga kini terus dikembangkan, baik dari sisi materi pelatihannya, maupun metode pengajarannya. Hasilnya pun telah nampak di masyarakat. Tunanetra bekerja sebagai operator telepon, konselor, penterjemah, penulis, staf administrasi, tele sales/tele marketer, dan masih akan terus dikembangkan. Jumlahnya memang belum banyak. Tapi, mereka adalah bukti, bahwa, jika tunanetra diberi pendidikan dan ketrampilan yang berkualitas, mereka juga dapat produktif dan berfungsi di masyarakat. *Aria Indrawati

Leave Comment