rumus matematika di papan tulis

“Tunanetra dan matematika”. Apa yang terlintas di benakmu ketika mendengar dua hal tersebut? Apakah kamu berpikir tentang tunanetra yang sulit atau tidak mampu menguasai matematika? Atau kamu menganggap bahwa matematika merupakan pelajaran dengan simbol-simbol visual sehingga mereka yang tak dapat melihat, pasti lemah dalam bidang studi matematika?

 

Penyebab Persepsi yang Keliru

Meski persepsi di atas bersifat global, tapi faktanya pandangan tersebut sungguh keliru. Yayasan Mitra Netra sebagai pengembang dan penyedia layanan bagi tunanetra, khususnya di bidang pendidikan menyakini hal yang berbeda. Bambang Basuki, Ketua Pengurus Yayasan Mitra Netrra, pernah menyatakan pada sebuah webinar bahwa persepsi keliru tentang matematika dan tunanetra terjadi karena pengajar tidak memahami kebutuhan siswa tunanetra. di samping itu, guru juga kerap kali mengajarkan materi dengan cara yang tidak deskriptif dan cenderung mengandalkan daya visual, sehingga siswa tunanetra memiliki fondasi yang lemah dalam memahami pelajaran matematika.

Aria Indrawati, Kabag Humas Yayasan Mitra Netra, mengimani hal senada. Merangkum beberapa tulisannya, Aria menyatakan bahwa anggapan tentang matematika merupakan pelajaran yang bersifat visual adalah hal yang keliru. Matematika merupakan sebuah “konsep”. Agar orang non tunanetra bisa lebih mudah memahami konsep matematika, maka dibuatlah gambar-gambar. Semakin tinggi kelas siswa, maka pembelajaran matematika akan semakin abstrak. Itu musababnya gambar diciptakan, agar yang abstrak bisa menjadi konkret dan mudah dibayangkan. Lalu, bagaimana dengan siswa tunanetra yang tak dapat melihat?

Baca juga: Peran Penting Braille Display dalam Pembelajaran Matematika untuk Tunanetra

 

Upaya yang Telah Dilakukan Mitra Netra

Sejak beberapa tahun terakhir, Mitra Netra telah melakukan berbagai upaya dalam meluruhkan stigma dan persepsi keliru tentang tunanetra dan matematika yang ada di masyarakat. Kesulitan dalam pembelajaran matematika yang dialami oleh para siswa tunanetra selama ini dipandang sebagai sebuah tantangan yang harus diusahakan solusinya. Merebaknya pandemi Covid-19 dan berlakunya sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ), alih-alih membuat perjuangan Mitra Netra kendor, justru sebaliknya semakin menggebu. Hal ini didasari pemikiran bahwa kesulitan belajar matematika yang dialami tunanetra ketika pembelajaran tatap muka akan semakin diperparah dalam PJJ.

Oleh karena itu, Mitra Netra memutuhskan untuk  menyelenggarakan kursus matematika, dan memperluas cakupan pesertanya, tidak hanya jabodetabeg saja, namun seluruh Indonesia. Hal ini dimungkinkan, karena kursus dilaksanakan secara daring. Melalui kursus ini, Mitra Netra menerapkan strategi pembelajaran matematika untuk tunanetra, yang telah dikembangkan sebelumnya     selama bertahun-tahun.

Baca juga: Karya Terbaru Mitra Netra Di Usianya yang Ke-30

 

Komitmen tinggi Mitra Netra dalam menjawab tantangan terkait tunanetra dan matematika, secara perlahan namun pasti terus dibuktikan. Sebagai lembaga non profit yang selalu bekerja sama dengan berbagai pihak, Mitra Netra tak hanya menghadirkan solusi bagi klien tunanetranya saja, melainkan dengan seluruh stakeholder-nya, seperti pemerintah, lembaga penyelenggara pendidikan, para guru dan pengajar, hingga orang tua yang memiliki anak tunanetra. beberapa program dan layanan yang telah dilaksanakan Mitra Netra, antara lain:

  • Bersama para partnernya, Mitra Netra menginisiasi pengembangan sistem simbol Braille Indonesia bidang matematika, bersamaan dengan bidang fisika, kimia dan bahasa, yang telah dikukuhkan dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional tahun 1999 untuk digunakan secara resmi di Indonesia. Hal ini perlu dilakukan lantaran sebelumnya simbol Braille matematika hanya ada pada tingkat sekolah dasar.
  • Mengembangkan MathMBC (Math Mitranetra Braille Converter,), sebuah perangkat lunak yang berfungsi membantu guru dan pengajar dalam membuat naskah braille dalam pemmbelajaran matematika, serta menerjemahkan hasil kerja siswa tunanetra yang diketik dalam format braille.
  • Menyusun buku Panduan strategi pembelajaran matematika untuk peserta didik tunanetra. Buku panduan ini terdiri dari 13 buku, yaitu 1 buku panduan untuk umum dan 12 buku untuk kelas 1 hingga 12. Buku panduan tersebut telah didaftarkan ke Perpustakaan Nasional untuk mendapatkan ISBN dan terdokumentasi di Perpustakaan Nasional.
  • Bermitra dengan Direktorat Jendral Guru dan Tenaga kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dalam penyelenggaraan kegiatan bimbingan teknis (bimtek) strategi pembelajaran matematika untuk peserta didik tunanetra, bagi guru sekolah khusus (SLB) negeri dan swasta dari 34 provinsi.
  • Membangun kerja sama dengan Program Studi Pendidikan Matematika beberapa perguruan tinggi, Yaitu Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta (UIN Suka), dan Universitas Negeri Surabaya (Unesa), sejak akhir 2019. Tujuannya adalah mendorong Program Studi Pendidikan Matematika di kampus tersebut menjadi pioneer guna mengajarkan topik “strategi pembelajaran matematika bagi peserta didik tunanetra” kepada mahasiswa mereka yang kelak akan menjadi guru matematika di sekolah reguler.
  • Mengunggah video-video tutorial pembelajaran matematika di channel youtube Mitra Netra, diperuntukkan bagi orang tua yang mendampingi anak-anak tunanetra belajar matematika selama masa pembelajaran jarak jauh.
  • Menyediakan kursus matematika dan abakus secara daring untuk siswa tunanetra tingkat SD hingga SMA.

Baca juga: Bimbingan Teknis Bagi Guru: Strategi Mengajarkan Matematika Untuk Peserta Didik Tunanetra

 

Pencapaian yang Telah Diraih

Mengingat perjuangan Mitra Netra yang terus dijalankan, daftar tersebut diharapkan akan terus bertambah panjang dan menunjukkan hasil yang maksimal. Bicara tentang hasil, daftar yang disebut terakhir saat ini menunjukkan hasil dan manfaat yang sungguh menggembirakan. Meski awalnya sistem pembelajaran daring dianggap bakal lebih menyulitkan pembelajaran matematika bagi tunanetra, namun ternyata dengan strategi yang telah diterapkan oleh Mitra Netra, pembelajaran matematika dan abakus dapat dipahami dengan baik oleh para peserta. Bahkan, karena dilaksanakan secara daring, para siswa tunanetra yang berasal dari luar Jabodetabek, kini juga dapat menikmati layanan tersebut. Salah satunya adalah si kembar Wanda dan Windi. Siswa kelas 12 dari SMA Muhammadiyah 1 Gresik ini merasa bersyukur dengan adanya kursus matematika secara daring lantaran mereka tinggal di Jawa Timur dan di asrama yang terpisah dari pendampingan orang tua.

“Kami butuh mendapatkan informasi dan pengetahuan yang lebih detail, selain yang kami dapatkan di sekolah. Menjadi siswa tunanetra di sekolah reguler harus lebih banyak belajar dan cari tahu, biar nggak ketinggalan dengan siswa lainnya”, tutur Wanda Nur Nabilah mengungkapkan alasannya mengikuti layanan perpustakaan dan kursus matematika  di Mitra Netra. Wanda bercerita, bahwa ia dan saudara kembarnya mendapatkan informasi kursus matematika dari grup-grup WhatsApp. Kemudian mereka pun langsung mendaftar kursus matematika dan bergabung menjadi anggota perpustakaan Mitra Netra.

Melengkapi penjelasan saudara kembarnya,  Windi mengaku bahwa sebagai siswa tunanetra yang bersekolah di sekolah reguler, banyak tantangan yang dihadapi. Salah satunya, dianggap sulit beradaptasi. “Makanya bersyukur ada Mitra Netra yang sudah melakukan pemberdayaan untuk teman-teman tunanetra di Indonesia sehingga bisa mendampingi belajar buat kami yang tinggal jauh di Jawa Timur”, imbuh Windi Nur Fadilah.

Dengan banyaknya tantangan yang dialami dalam menjalani pendidikannya di kelas 12 sekolah reguler, keikutsertaan dalam kursus matematika Mitra Netra menjadi bentuk dukungan tersendiri  bagi Wanda dan Windi. Keduanya merasa lebih mudah memahami pelajaran matematika berkat metode pembelajaran yang disampaikan melalui kursus matematika di Mitra Netra.  “Dari segi pengajarannya mudah diakses dan dipahami. Kalau ada yang nggak dimengerti, bisa langsung dikomunikasikan”, ucap Windi. Senada dengan  Windi, Wanda pun mengungkapkan pengalaman serupa.

“kalau belajar matematika di sekolah itu kan guru biasanya nunjuk di papan tulis, terus banyak rumusnya. Tapi, kalau di Mitra Netra itu kursus matematika bisa lebih dimengerti dan lebih dipahami melalui penjelasan yang cukup sederhana”, tegas Wanda.

Baca juga: Memberdayakan Siswa Tunanetra Melalui Pembelajaran Matematika Yang Akomodatif Di Masa Pandemi

Si kembar Wanda dan Windi merupakan sebagian kecil dari siswa tunanetra yang menemukan fakta bahwa matematika bisa menjadi sebuah pelajaran yang mudah dipahami berkat strategi pemelajaran yang tepat. Dengan demikian, persepsi keliru bahwa matematika pelajaran yang bersifat visual dan tunanetra  lemah dalam bidang studi tersebut, dapat dipatahkan. Nah, bagaimana dengan siswa-siswa tunanetra lainnya? ingin mengikuti jejak Wanda dan Windi yang belajar matematika secara daring di Mitra Netra? Yuk langsung hubungi Bapak Muizzudin Hilmi, Kabag Diklat Yayasan Mitra Netra di 021-7651386 pada hari dan jam kerja, ya!

Yuk, belajar matematika lebih mudah bersama Mitra Netra!

 

*Juwita Maulida

Editor Hadianti Ramadhani

 

Leave Comment