Stella Putri mengenakan hijab merah tersenyum ke arah kamera

Kehilangan penglihatan bisa dialami oleh siapapun dan kapan pun, bahkan di usia produktif. Banyak faktor yang bisa menjadi penyebab seseorang menjadi tunanetra di usia dewasa. Sebut saja, kecelakaan; penyakit atau komplikasi; gaya hidup yang berpengaruh secara langsung atau tidak pada mata; faktor genetik/keturunan;  bahkan ada pula gangguan penglihatan yang belum diketahui penyebabnya. Hal ini seperti yang dialami oleh Stella Putri. Salah satu klien Mitra Netra ini tak hanya kehilangan penglihatannya di usia produktif, hingga kini ia juga tak mengetahui penyebab pasti dari ketunanetraannya. Lalu, bagaimana cerita Stella menghadapi situasi tersebut? Lanjut baca kisahnya, yuk!

Baca juga: Aryani Sri Ramadhani: Tak Gentar Taklukkan Tantangan Dunia Perkuliahan

 

Profil Stella dan Proses Menjadi Tunanetra

Stella Putri Juwita, demikian nama lengkapnya. Putri kedua dari pasangan Steven Ihutua Mauri dan Elvy Christina Rahayu  ini terlahir dengan penglihatan yang berfungsi dengan baik. Stella menjalani kehidupannya sebagai remaja perempuan yang ceria dan bersemangat. Usai menuntaskan studinya di jurusan broadcasting Universitas Mercu Buana Jakarta, Stella menggeluti pekerjaan di industri pertelevisian. Namun, tuntutan kerja dan waktu yang tak menentu di industri tersebut menjadi pertimbangan Stella untuk berpindah pekerjaan di bidang digital marketing. Pada tahap ini, perempuan kelahiran Oktober 1990 ini sangat menikmati hidup dan kariernya.

 

Pada 2018, Stellah mulai merasakan ada yang berbeda dengan penglihatannya. Setiap kali ia membaca, pandangan matanya mendadak kosong dan sekejap  tak terlihat apapun. Namun, karena situasi tersebut hanya terjadi sekilas, maka ia tak terlalu mengkhawatirkannya. Beberapa waktu berselang, tepatnya September 2019, Stella semakin tidak nyaman dengan gangguan pada matanya. ia lantas segera periksa ke dokter spesialis mata. Betapa terkejutnya Stella saat dokter menyatakan bahwa penglihatannya hanya sekitar 25% dan terus menurun secara progresif.

diagnosa dokter adalah Papiledema akut atau pembengkakan saraf optik mata di area optic disc. Akan tetapi, dari berbagai pemeriksaan yang dijalani Stella, dokter tidak dapat memperoleh penyebab pasti penurunan penglihatan tersebut. Padahal Stella juga berusaha mendapatkan penjelasan dari beberapa dokter lainnya, namun diagnosa yang didapatkannya tetap sama. Dalam waktu singkat, penurunan penglihatan matanya sangat drastis sehingga tak pelak lagi, Stella harus melepas pekerjaannya. Hal ini lantaran pada Maret 2020, Stella telah menjadi seorang tunanetra total.

Baca juga: Berani Mencoba. Jurus Sakti Ayu Ningsih Hadapi tantangan sebagai low vision

 

Kabar Baik dari Seorang Sahabat dan Perjumpaan dengan Mitra Netra

Dalam kondisinya yang telah menjadi tunanetra total, Stella tak lantas terpuruk. Gadis kelahiran Jakarta ini tetap beraktivitas secara mandiri, meski hanya di lingkungan sekitar rumah. Selama masa adaptasi dengan ketunanetraannya tersebut, Stella mendapat sebuah kunjungan dari seorang sahabat dari Yogyakarta. Ternyata kedatangan teman lamanya itu membawa sebuah kabar baik. Iffie, sahabat Stella, ternyata tidak sekedar bersilaturahmi, tapi juga memberikan masukan agar Stella bergabung di yayasan yang dapat memberdayakan penyandang tunanetra.

Ya jadi waktu itu dibantu sama mbak Iffie untuk cari di google tentang yayasan untuk penyandang tunanetra. Karena waktu itu aku belum bisa nggunain gadget. Dari situ baru dapat pencerahan. Ketemu instagram mitra netra. Ketemu lagi youtube-nya juga”

Baca juga: Meluruhkan Persepsi Keliru tentang Tunanetra dan Matematika

 

Dari instagram Mitra Netra tersebut, Stella berhasil mengontak kantor Yayasan Mitra Netra untuk mendapatkan informasi terkait program dan layanan yang bisa ia ikuti. Bahkan, Stella dan Iffie juga sempat menonton banyak video Bincang Daring Mitra Netra (BDM) di channel Youtube Mitra Netra. Stella dan Iffie sangat takjub karena baru saat itulah mereka mengetahui bahwa ada beragam profesi yang dapat digeluti oleh tunanetra.

“Aku baru tahu dari youtube Mitra Netra yang kita tonton itu. kita tahunya kan tunanetra punya peluang kerja hanya tukang pijit, singer, atau pedagang kerupuk. Ternyata banyak teman tunanetra yang punya peluang karier lain, seperti content writer, jurnalis atau terjun di dunia politik. Jadi waktu itu mbak Iffie semangatin aku biar nggak di rumah aja, bisa kerja lagi, dan bisa lebih mandiri”

Stella merasa mendapat ‘angin segar’ usai memperoleh informasi dari media sosial dan telepon ke kantor Mitra Netra. Meski pada saat itu Mitra Netra masih tutup lantaran pandemi Covit-19, Stella tetap rajin mencari informasi tentang program dan layanan daring Mitra Netra. Tak hanya itu, ia pun rajin menjalin kontak dengan teman-teman sesama tunanetra. hingga pada pertengahan tahun 2022, Stella akhirnya bisa berkunjung ke Mitra Netra. Di sana ia bertemu dengan para tunanetra lain dan merasa sangat bersyukur karenanya.

“perasaannya seneng banget. Lebih excited bisa kenal mereka (tunanetra lain). Denger cerita mereka, kegiatan dan aktivitas mereka, bisa orientasi mobilitas dan bisa ke mana-mana sendiri. Seneng karena jadi nggak merasa sendirian, ketemu temen seperjuangan, dan bisa main lagi kayak dulu sebelum jadi tunanetra”

Terhitung sepanjang 2022, Stella telah aktif mengikuti layanan di Mitra Netra. Diawali dari mengikuti english club secara daring. Kemudian menyusul mendaftar pada kursus komputer bicara daring pada semester kedua di tahun yang sama. Stella memulai pelatihan orientasi mobilitas dan baca tulis braille-nya ketika Mitra Netra dibuka kembali secara bertahap. Selain itu, perempuan yang hobi berenang ini juga bergabung sebagai anggota perpustakaan Mitra Netra. kini ia lebih sering mengisi waktu luangnya di rumah dengan membaca buku-buku dari perpustakaan khusus tunanetra tersebut.

“alhamdulillah manfaatnya banyak banget belajar di Mitra Netra. Belajar bahasa inggris memperlancar speaking dan grammar-ku. Kursus komputer bicara, ya jadi bisa pakai laptop lagi dan bisa untuk kerja lagi nanti. Untuk OM juga, aku jadi bisa bermobilitas dengan tongkat. Tau cara menyeberang jalan tuh kayak gimana, meskipun belum lancar-lancar banget. Tapi setidaknya aku sekarang udah lebih berani bermobilitas dan order ojek online sendiri. Kalau belajar braille, sekarang juga udah cukup lancar. Aku pengennya nanti bisa lanjut ke membaca Alquran braille”

Baca juga: Rifka Aprilia: Aktif Berperan di Masyarakat dan Cita-Cita untuk Sesama Perempuan Tunanetra

 

Keinginan untuk Kembali Membangun Karier dan Menjadi Business Woman

Setelah merasakan berbagai manfaat dari layanan Mitra Netra, Stella kini berkeinginan untuk kembali berkarya di tengah masyarakat. Perempuan yang suka hang out ini mengakui masih banyak hal yang perlu dipelajarinya sebagai tunanetra, khususnya tentang kemandirian. Jika suatu hari Stella ingin bekerja kembali sebagai wanita karier, maka ia harus bersungguh-sungguh untuk menguasai keterampilan komputer bicara dan orientasi mobilitas. Di usia produktifnya, Stella telah menggeluti berbagai pekerjaan, seperti Creative TV, asisten produksi pada Production Hous, dan social media specialyst, baik secara full time maupun freelance.

“saat ini aku belum bekerja lagi karena masih mengikuti kursus komputer bicara dan orientasi Mobilitas. Tapi, nanti kalau sudah lancar, berharap bisa balik bekerja lagi. Mungkin nggak di industri pertelevisian lagi. Tapi, syukur-syukr kalau bisa kerja lagi yang cocok dengan bidang ilmu yang aku miliki”

Tak hanya itu, perempuan yang gemar memasak ini juga ingin merintis dan mengembangkan usaha di bidang kuliner. Aku sedang merintis juga jadi business woman. Karena pernah ikut pelatihan seduh kopi, sama aku juga hobi bikin kue. Itu karena waktu SMK dulu, aku juga ambil jurusan tata boga, lebih tepatnya pastry dan bakery”, ungkapnya sambil tersenyum.

 

Tak seorang pun di dunia ini yang ingin kehilangan penglihatannya. Demikian pula Stella Putri. Ada rasa sedih, kebimbangan, bahkan ketakutan yang menyergap ketika dalam waktu yang singkat dunia menjadi gelap total. Namun peran sahabat merupakan ‘bahan bakar’ yang menghidupkan kembali harapan dan semangat Stella untuk berkarya. Seperti halnya Iffie, sahabat baik yang mengantarkannya berjumpa dengan Mitra Netra. Layaknya pertemanan Stella dengan sesama tunanetra lainnya yang menyuntikkan motivasi baru. Bagi Stella Mitra Netra bukan hanya tempat berkumpulnya para penyandang tunanetra, melainkan sebagai ‘sahabat’ yang mengajarkan banyak hal baru padanya, yang telaten dan sabar mendampinginya, serta mendukungnya untuk terlahir kembali menjadi individu yang mandiri, berdaya dan produktif.

“aku pengen bisa hidup lebih mandiri dan penuh motivasi. Nggak ada lagi kebingungan, dan keraguan. Bisa bermobilitas sendiri. Ketemu lebih banyak teman, jadi bisa makin happy. Untuk Mitra Netra, semoga bisa menghadirkan semakin banyak program, layanan, dan pelatihan yang bermanfaat untuk klien-klien tunanetranya”, pungkasnya.

*Juwita Maulida

 

Leave Comment