Riandi Pratama tersenyum menghadap kamera

Satu lagi kabar gembira dari Sahabat Tunanetra! Pada bulan Juni 2022, Riandi  Pratama berhasil lolos seleksi perekrutan karyawan di kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)RI. Rian diterima sebagai staf tenaga It dengan menyisihkan sejumlah kandidat dari sesama penyandang disabilitas. Nah, bagaimana proses perekrutan ini berlangsung dan apa kunci sukses Rian menembus loker Bappenas? Yuk, simak ceritanya!

Baca juga: Kamu wajib tahu! 5 Tips Sukses Berkarier Sebagai ASN bagi Tunanetra

 

Profil dan Masa Kecil

Riandi Pratama MZ atau akrab disapa Rian merupakan anak sulung dari 3 bersaudara pasangan Manzi dan Arpiyani. Pemuda asal Palembang ini lahir pada Agustus 1992 dalam kondisi penglihatan yang berfungsi dengan baik. Namun, di usianya yang menginjak 5 tahun, Rian mulai mengalami gejala seperti rabun senja. Pada siang hari atau kondisi yang terang, Ia mampu melihat dan beraktivitas secara mandiri. Namun, ketika malam hari atau kondisi gelap, kemampuan penglihatannya menurun drastis.

Kendati telah dibantu dengan kacamata, gejala rabun senja itu terus memburuk hingga pada 2010, dokter mendiagnosa bahwa dirinya mengalami ritinitis pigmentosa. Dikutip dari situs Alodokter, “Retinitis pigmentosa (RP) merupakan kumpulan penyakit pada retina yang dapat menyebabkan penderitanya mengalami rabun senja serta gangguan penglihatan yang berkembang secara bertahap, hingga akhirnya mengalami kebutaan”.

Setelah menyelesaikan studinya pada jurusan MIPA kimia, Universitas Sriwijaya dengan susah payah karena kondisi penglihatan yang terus menurun, pada 2019, Rian merantau ke Jakarta bersama adik perempuannya. Ia berupaya mencari alternatif diagnosa atau tindakan medis dari beberapa dokter spesialis mata. Namun, malang tak dapat ditolak. Diagnosa yang diterimanya pun sama dan tak ada tindakan medis yang mampu menyembuhkan atau mengembalikan kondisi penglihatannya. Di tengah kebingungan menentukan masa depannya, Rian mendapat informasi dari sebuah tayangan TV tentang Kerjabilitas, sebuah lembaga yang membantu penyandang disabilitas memperoleh kesempatan kerja. setelah berusaha menghubungi hotline lembaga tersebut, akhirnya Rian diarahkan ke Yayasan Mitra Netra.

Baca juga: 4 Fakta Adinugraha, Tunanetra yang Berprofesi Sebagai Programmer

 

Dari Mitra Netra Menuju Bappenas RI

Pada Agustus 2019, Rian membuka periode baru kehidupannya di Mitra Netra. Ia sungguh merasa kagum melihat para Sahabat Tunanetra yang belajar kemandirian dan menguasai teknologi komputer bicara untuk mendukung aktivitas mereka sehari-hari. Tak ayal, Rian yang telah menjadi tunanetra total, seperti menemukan kembali cahaya masa depannya. Ia tak ingin menyia-nyiakan waktu dan kesempatan belajar di Mitra Netra. Dalam waktu singkat, Rian mampu mengejar ketertinggalannya. Dari semula yang tak tahu sama sekali, mejelma menjadi tunanetra yang jago teknologi. Jika disimpulkan, maka ada 3 kunci sukses Rian dalam memperoleh pencapaiannya. Yang penasaran, berikut rahasianya!

 

Ketekunan dan kesungguhan

Tercatat pada awal keberadaannya di Mitra Netra, berbagai pelatihan telah diikuti Rian. Mulai dari baca tulis braille, orientasi mobilitas, komputer bicara, bahasa inggris, hingga kursus musik gitar dan keyboard. Ketertarikannya pada penguasaan teknologi membuat Rian terus menekuni pelatihan komputer bicara tingkat dasar, tingkat lanjut, dan materi pemrograman. Ia sangat tekun dan bersungguh-sungguh dalam mengikuti setiap pelatihan karena tekadnya yang ingin segera mendapatkan pekerjaan.

Salah satu bukti keseriusannya dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja, mahasiswa pasca sarjana jurusan hukum Universitas Pamulang ini juga mengikuti pre-employment soft skill training. Rian mengaku bahwa pelatihan persiapan kerja yang terselenggara atas kerja sama Mitra Netra, Pertuni, dan Universitas Yarsi, yang didukung oleh giz, sebuah lembaga dari jerman   itulah yang mempengaruhi perkembangan soft skill-nya. Bahkan, berkat training tersebut, Ia cukup percaya diri ketika menjalani wawancara kerja  di  Bappenas.

Baca juga: Taufik Zulfikri: Raih Segudang Pengalaman dengan Aktif Berkomunitas

 

Rajin Menambah Ilmu dan Pengalaman

Selain di Mitra Netra, Rian juga rajin menambah ilmu dan pengalamannya, terutama di bidang pemrograman. Kecintaannya pada bahasa coding dimulai dari kursus HTML, PHP dan C++ di Mitra Netra. Kemudian dilanjutkan dengan mengikuti pelatihan web development yang diadakan berbagai pihak. Sebut saja di antaranya, program Tech Muda dari Plan Indonesia,  Axioo Class Program dari ILO. Tak hanya itu, Rian bersama Sahabat Tunanetra lain yang disebut “Kotrium” juga mengikuti lomba Dilo Hackathon Festival 2020 dan meraih juara pertama kategori edukasi. Yang terbaru, Rian mewakili tim Kotrium menjadi pembicara pada ajang Indonesia Development Forum (IDF), Maret 2022. IDF merupakan forum yang dilaksanakan Bappenas RI untuk memberikan ide atau gagasan untuk pembangunan Indonesia dari berbagai pihak. Nah, ternyata setelah belajar dari Mitra Netra, Rian tidak lantas berhenti untuk melakukan upgrade pada ilmunya, ya! Ia rajin menambah pengalamannya dan mengisi waktu dengan hal-hal yang bermanfaat. Keren, ya!

Baca juga: Bangga, Ini Dia Tunanetra muda pemenang Dilo Hackathon Festival 2020!

 

Selalu Berusaha Melakukan yang Terbaik

Selama mengikuti banyak lomba atau melamar pekerjaan, Rian tak selalu merai keberhasilan. Namun, satu hal yang pasti dilakukan oleh Rian adalah “do the best”. Ia selalu melakukan ikhtiar yang maksimal dan diiringi dengan doa. Seperti halnya ketika Rian melamar pekerjaan sebagai staf IT di Kementerian Bapenas. Kendati sempat merasa ragu, Ia tetap memutuskan untuk melamar pekerjaan tersebut. Rian merasa dirinya tak memenuhi persyaratan dari kandidat yang akan direkrut. Misalnya saja, tidak memiliki latar belakang pendidikan atau berkuliah di program studi IT dan sejenisnya. Selain itu, dari nilai IPK pun Rian hanya memiliki 2,54 dari minimal 3,0 yang disyaratkan.

Usaha tak pernah mengkhianati hasil. Meski merasa dirinya masih minim pengalaman, Rian berhasil lolos seleksi perekrutan. Ia mendapatkan panggilan untuk mengikuti tes kompetensi dan praktik demo tentang database MySQL, serta interview via zoom. Dalam proses perekrutan itu, Ia berhasil menyisihkan kandidat potensial dari sesama penyandang disabilitas daksa dan tuli dari berbagai wilayah di Indonesia. Sejak Juni 2022, Rian resmi diterima sebagai staf kontrak bidang IT pada Direktorat penanggulangan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat (PKPM) kemeenterian PPN/Bappenas RI. Bahkan, berkat sejumlah pengalaman, prestasi, dan jurusan kuliah hukum yang dijalaninya, Rian dapat membantu berbagai pekerjaan  di luar bidang IT.

Baca juga: Rifka Aprilia: Aktif Berperan di Masyarakat dan Cita-Cita untuk Sesama Perempuan Tunanetra

 

Harapan dan Cita-cita

Rian memiliki cita-cita dan harapan dengan dimulainya babak baru kehidupannya berkarya di tengah masyarakat. Ia berharap dapat menjadi pribadi yang menjalani tanggung jawab dengan sebaik-baiknya, serta mampu bersosialisasi dan bekerja sama dengan rekan-rekan  kerjanya di Bapenas. Penerima beasiswa riset tesis dari BAZNAS ini juga bercita-cita menjadi manusia yang bermanfaat, khususnya bagi penyandang tunanetra dan disabilitas lainnya. Ia merasa telah menemukan banyak hal berharga ketika berada di Mitra Netra. Mulai dari bertemu teman-teman tunanetra lainnya, bisa mahir menguasai teknologi, melanjutkan pendidikan ke tingkat pasca sarjana, dan banyak pengalaman yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Karenanya Rian juga berharap akan semakin banyak Sahabat Tunanetra yang dapat menemukan kembali harapannya, khususnya di bidang pendidikan dan ketenagakerjaan bersama Mitra Netra.

 

*Juwita Maulida

Leave Comment