Foto Nugi dengan latar belakang langit biru

Beragamnya minat tunanetra dalam membangun karir, menjadi latar belakang Mitra Netra mengembangkan program diversifikasi peluang kerja sejak 1990-an hingga kini. Meski dalam pelaksanaannya menemui berbagai tantangan, tetapi upaya tersebut   senantiasa menunjukkan kemajuan. Salah satu hasilnya adalah peluang kerja sebagai programmer. Dalam Bincang Daring Mitra Netra edisi Januari 2022,  hadir seorang tunanetra yang berkarya sebagai back end programmer untuk menuturkan pengalamannya. Penasaran? Berikut rangkuman faktanya!

Baca juga: Rifka Aprilia: Aktif Berperan di Masyarakat dan Cita-Cita untuk Sesama Perempuan Tunanetra

 

Back End Programmer Pilihan Ideal untuk Tunanetra

Muhammad Adinugraha Wicaksana  merupakan salah satu narasumber  dalam acara Bincang Daring Mitra Netra 29 Januari 2022. Sosok tunanetra muda yang akrab disapa Nugi inilah yang  diperkenalkan sebagai    tunanetra yang  menggeluti profesi programmer. Sejak 5 Oktober 2021, Nugi  telah resmi bekerja menjadi back end programmer di  lembaga BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional).

Sebagai informasi, back end programmer atau disebut juga dengan back end developer merupakan profesi di mana seseorang bertugas untuk merancang, mengembangkan, menyimpan database, serta memastikan kinerja sebuah aplikasi atau situs. Pada dasarnya, seorang yang bekerja sebagai back end programmer lebih banyak terlibat dengan server , sehingga dapat dikatakan mereka bekerja di balik layar sebuah website/aplikasi. Berbeda dengan front end programmer/developer yang bertugas mengembangkan desain dan tampilan website yang tentu saja memerlukan kemampuan visual, maka profesi back end programmer ini sangat mungkin untuk dikerjakan oleh tunanetra. namun, dengan kemajuan teknologi yang cukup pesat, tak menutup kesempatan bila suatu saat nanti Sahabat Tunanetra juga bisa berprofesi sebagai front end programmer, lho!

Baca juga: Putri Rokhmayati: Mahasiswi Tunanetra Pertama di Jurusan Teknik Informatika Unpam

 

Alumni pelatihan programming Mitra Netra

Sebelum resmi bekerja di BAZNAS, Nugi mengaku cukup akrab dengan dunia coding. Lulusan fakultas ilmu pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) ini pernah mengenyam perkuliahan pada jurusan teknik informatika di Universitas Gunadarma. Namun, karena kondisi glaukoma yang menyebabkan penglihatannya menurun dengan cepat, membuat Nugi urung melanjutkan studinya di teknik informatika untuk kemudian pindah ke jurusan pendidikan bahasa inggris di UMJ. Pada saat mengalami ketunanetraan, Nugi merasa hasrat dan cita-citanya untuk menjadi seorang programmer harus dikubur dalam-dalam karena ketika itu belum ada universitas di Indonesia yang memberi kesempatan tunanetra untuk belajar di program studi teknik informatika. Dalam kebimbangan itulah, akhirnya Nugi memutuskan untuk mempelajari berbagai hal termasuk komputer bicara di Yayasan Mitra Netra.

selepas lulus kuliah, hasrat untuk menjadi programmer kembali muncul pada diri Nugi. Percikan motivasi tersebut diawali ketika ia mengikuti pelatihan java script yang diadakan oleh Mitra Netra. Nugi baru mengetahui fakta bahwa tunanetra  pun berpeluang menggeluti profesi programmer. Bahkan, waktu itu pun mulai ada kampus yang memberikan kesempatan untuk tunanetra berkuliah di jurusan teknik informatika. Sejak menyelesaikan pelatihan java script dari Mitra Netra itulah, asa Nugi untuk menjadi programmer tumbuh subur dan   fokus untuk mengejar karir sesuai passion-nya.

Baca juga: Cheta Nilawaty: Tetap Jalani Profesi Sebagai Jurnalis Tunanetra Berkat Program “Return to Work”

 

Proses Perekrutan dengan Berbagai Penyesuaian

Kini Nugi telah berkarya sebagai staf pengembangan aplikasi di BAZNAS. Lalu, bagaimana dengan proses perekrutan yang dijalani Nugi? Menurut pemuda kelahiran Jakarta ini, proses perekrutan nya tak jauh berbeda dengan mereka yang non-tunanetra. Nugi harus mengerjakan psikotes dan proses interview. Perbedaannya, pertanyaan psikotes yang berupa gambar diganti menjadi pertanyaan dalam bentuk wawancara. Selain itu, proses perekrutan juga dilaksanakan secara daring.

Achmad Setio Adinugroho, Direktur Inovasi dan Teknologi Informasi BAZNAS turut mengamini pernyataan Nugi. Laki-laki yang akrab disapa Thio ini menuturkan bahwa sebelum proses prekrutan resmi dari BAZNAS, Thio terlebih dahulu melakukan pendekatan pada Nugi. Hal ini dilakukan Thio untuk meyakinkan diri bahwa Nugi memang memiliki kemampuan dan kompetensi yang  memenuhi standar staf programmer di BAZNAS. Setelah melalui beberapa tes pembuktian dan Thio meyakini jika Nugi akan dapat mengikuti alur kerja di BAZNAS, maka proses prekrutan segera dilakukan.

Ada pun penyesuaian lain yang diterima Nugi adalah pekerjaan yang dapat dilakukan secara jarak jauh atau remote working. Nugi cukup hadir di kantor jika diperlukan atau bila ada rapat khusus. Selain itu, saat ini Nugi juga masih melakukan berbagai adaptasi  dari segi perangkat dan alur kerja di bawah pengawasan langsung dari Thio. Hal ini perlu dilakukan sebelum pada akhirnya nanti Nugi dapat bergabung dengan tim dari divisinya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Nugi mendapatkan pekerjaan tersebut karena kemampuan yang dimilikinya serta kepercayaan dari pemberi kerja, bukan semata-mata berdasarkan rasa belas kasihan. Sementara penyesuaian yang diberikan pun karena memang dibutuhkan sebagai bentuk akomodasi yang layak dalam mendukung pekerjaannya.

Baca juga: Kembali Bekerja Setelah Jadi Tunanetra, Ini 3 Hal yang Wajib Kamu Ketahui !

 

Kuasai Bahasa Inggris dan Jadi Tunanetra Tangguh

Sebagai sosok tunanetra yang telah memiliki pencapaian, tentunya Nugi dapat menjadi role model bagi tunanetra lain yang ingin mengikuti jejaknya, yaitu berprofesi sebagai programmer. Nugi mengakui bahwa berada dalam posisinya saat ini bukan suatu proses yang instan. Dirinya harus melalui banyak tantangan dan persiapan, baik secara hard skill maupun soft skill. Nugi yang menjadi tunanetra sejak 2012 ini harus mempelajari dan mencoba banyak hal terlebih dahulu hingga sampai pada pekerjaan yang dicita-citakannya. Bahkan, Ia pun sempat merasa susah payah saat baru kehilangan penglihatannya.

Tapi, Nugi tak berhenti dengan keadaan itu. Dia terus belajar dan mencoba hal baru. Oleh karena itulah, Nugi berpesan pada Sahabat Tunanetra yang ingin menjadi programmer. Terus belajar, terus mencoba, dan jadi tunanetra yang kuat dengan tak banyak mengeluh. Di sisi lain, Nugi juga memberikan tips untuk tunanetra calon programmer. Kuasai keterampilan bahasa inggris, rajin mengikuti berbagai pelatihan programming, serta bergabung dengan komunitas programmer, baik yang daring maupun yang luring. Nah, kamu tertarik jadi programmer seperti Nugi? Yuk, bisa dicoba tipsnya, nih!

Tonton Bincang Daring “Peluang Kerja Tunanetra sebagai Programmer” di sini!

 

Pencapaian Nugi yang bekerja menjadi back end programmer, juga menjadi pencapaian bagi Mitra Netra dan BAZNAS. Pasalnya, Mitra Netra telah membuktikan bahwa program diversifikasi peluang kerja untuk tunanetra sebagai programmer telah membuahkan hasil. Sementara itu, BAZNAS pun telah memenuhi harapannya untuk merekrut penyandang disabilitas dalam jajarannya. Tentunya ini bukan akhir dari perjuangan Mitra Netra untuk melakukan diversifikasi peluang kerja bagi tunanetra. akan ada pencapaian-pencapaian lainnya di masa yang akan datang. Bagi para pemberi kerja yang ingin memberikan kesempatan kerja dan magang untuk Sahabat Tunanetra, dapat berkonsultasi lebih lanjut dengan menghubungi Aria Indrawati, Kabag Humas dan Ketenagakerjaan Yayasan Mitra Netra di 021 7651386.

*Juwita Maulida

 

Leave Comment